Jakarta, Nusasuara — Sama seperti Korea Selatan dan Jepang, Tiongkok kini juga menghadapi tantangan serius akibat penurunan angka kelahiran China. Tiongkok yang merupakan negara dengan populasi terbesar di dunia—mencapai 1,4 miliar jiwa. Data dari Biro Statistik Tiongkok menunjukkan hanya 9,54 juta bayi lahir pada tahun 2024, menandai penurunan selama tiga tahun berturut-turut.
Mahalnya Biaya Membesarkan Anak Menjadi Biang Keladi
Fenomena “Angka Kelahiran China Menurun” ini utamanya dipicu oleh tingginya biaya hidup dan biaya membesarkan anak di Tiongkok. Sebuah studi dari YuWa Population Research Institute menempatkan Tiongkok sebagai salah satu negara termahal di dunia untuk membesarkan anak.
Rata-rata, biaya untuk membesarkan seorang anak hingga usia 17 tahun di Tiongkok mencapai USD 75.700 (sekitar Rp 1,2 miliar).
Selain itu, angka kelahiran China pernikahan di Tiongkok juga mencapai titik terendah. Pasangan muda cenderung menunda memiliki anak, sebagian besar karena beban finansial yang besar dan kekhawatiran terkait karier.
Baca Juga : Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Invest Meroket Rp 942,9 T!
Subsidi dan Insentif Pemerintah untuk Mendorong Angka Kelahiran
Menanggapi krisis demografi yang mengancam stabilitas ekonomi terbesar kedua di dunia, pemerintah Tiongkok mulai menerapkan berbagai kebijakan untuk mendorong angka kelahiran China. Menurut laporan DW pada Kamis (31/7/2025), pemerintah pusat menawarkan subsidi sebesar 500 dollar AS (sekitar Rp 8 juta) per anak di bawah usia tiga tahun.
Bantuan ini diperkirakan menjangkau sekitar 20 juta keluarga untuk meringankan beban biaya membesarkan anak.
Insentif di Berbagai Daerah
Beberapa provinsi di Tiongkok juga telah menguji angka kelahiran China dengan perbandingan dari bentuk subsidi dan insentif:
- Hohhot, ibu kota Mongolia Dalam, sejak Maret mulai memberikan insentif finansial kepada keluarga dengan banyak anak. Pasangan yang memiliki tiga anak atau lebih bisa mendapatkan hingga 100.000 yuan (sekitar Rp 228 juta) untuk setiap bayi yang lahir.
- Di Shenyang, Provinsi Liaoning, pemerintah daerah memberikan 500 yuan (sekitar Rp 1 juta) per bulan kepada keluarga yang memiliki anak ketiga, hingga anak tersebut mencapai usia tiga tahun.
- Untuk menciptakan ‘masyarakat yang ramah kesuburan’, Provinsi Sichuan mengusulkan peningkatan cuti menikah dari 5 menjadi 25 hari, serta lebih dari dua kali lipat cuti hamil 60 hari saat ini menjadi 150 hari.
- Pekan lalu, pemerintah pusat di Beijing juga mendesak pemerintah daerah untuk menyusun rencana implementasi pendidikan prasekolah gratis.
