BYD Explorer No. 1 Pergi, Tinggalkan Ribuan Mobil Listrik di Tanjung Priok

oleh
BYD

Laporan menunjukkan armada pengangkut kendaraan milik raksasa mobil listrik asal China. Build Your Dreams (BYD), telah menyelesaikan misi pentingnya di Indonesia. Kapal angkut raksasa (Mother Vessel/MV) BYD Explorer No. 1. Meninggalkan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, setelah terduga kuat menurunkan ribuan unit mobil listrik. Termasuk model termurah yang paling konsumen Tanah Air nantikan, BYD Atto 1.

Keberangkatan kapal Roll-on/Roll-off (RoRo) super besar ini memicu spekulasi bahwa BYD. Sudah memulai pengiriman unit kepada konsumen yang telah melakukan Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) besar-besaran sejak pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025.

Bukti Visual di Media Sosial

Unggahan video singkat di media sosial awalnya menyebarkan informasi mengenai kedatangan dan keberangkatan kapal jumbo tersebut. Unggahan ini termasuk yang akun resmi Pelabuhan Tanjung Priok dan sejumlah dealer resmi BYD bagikan.

Video tersebut menunjukkan Kapal BYD Explorer No. 1 sedang berlayar keluar dari perairan Jakarta. Narasi video menyebutkan bahwa kapal tersebut baru saja menyelesaikan bongkar muat unit baru dan segera bergerak kembali menuju Shanghai, China. Dalam video terpisah, terlihat mobil-mobil city car berukuran kompak, di antaranya BYD Atto 1 berkelir kuning dan putih. Tengah melaju keluar dari lambung kapal menuju area pelabuhan.

Salah satu dealer resmi BYD di Bogor bahkan mengonfirmasi kabar tersebut. “BYD Atto 1 sudah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, unit siap dikirim ke konsumen,” tulis dealer tersebut.  Menegaskan bahwa penantian panjang pemesan, khususnya untuk model Atto 1, kini berakhir.

Kapal Raksasa Kebanggaan BYD

BYD Explorer No. 1 bukanlah kapal pengangkut biasa. Kapal ini merupakan kapal pertama dari armada pengiriman kendaraan laut milik BYD yang perusahaan itu luncurkan pada Januari 2024. BYD merancang kapal RoRo ini secara khusus untuk memperkuat logistik ekspor globalnya secara mandiri.

Kapal yang berbendera Liberia ini memiliki spesifikasi yang mengesankan: panjang keseluruhan (LOA) mencapai 200 meter dan lebar 38 meter. Kapasitas angkutnya sangat masif; BYD mengklaim kapal tersebut mampu membawa hingga 7.000 unit kendaraan dalam sekali pelayaran. Kemampuan ini menjadi kunci agresivitas BYD dalam mendominasi pasar mobil listrik di berbagai negara, termasuk Indonesia.

BYD berencana mengoperasikan total delapan kapal sejenis, dengan beberapa nama kapal lain seperti Zhengzhou, Hefei, Changzhou, dan Jinan, untuk memastikan pasokan unit CBU (Completely Built Up) dari China ke pasar internasional berjalan lancar. Sebelumnya, pada Agustus 2025, kapal BYD Zhengzhou juga pernah berlabuh perdana di Tanjung Priok, mengindikasikan bahwa Indonesia telah menjadi salah satu prioritas utama jalur ekspor mereka.

Respon Pasar dan Tantangan Logistik

Kedatangan unit ini sangat krusial mengingat tingginya minat konsumen Indonesia terhadap BYD, terutama model Atto 1, yang BYD luncurkan dengan harga yang sangat kompetitif, menjadikannya salah satu mobil listrik termurah di pasaran. Sejak BYD memperkenalkannya di GIIAS, konsumen telah mengumpulkan ribuan SPK.

Luther T. Panjaitan, Head of Public and Government Relations PT BYD Motor Indonesia, sebelumnya pernah menyatakan bahwa perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin mengirimkan kendaraan tepat waktu. Pengiriman unit ke pemesan yang sempat tertunda kini diperkirakan akan berlanjut masif mulai paruh kedua tahun ini.

Penjualan BYD di Indonesia sendiri sempat mencatatkan dominasi yang signifikan, bahkan menguasai lebih dari separuh pangsa pasar EV hingga pertengahan 2025. Namun, laporan penjualan September menunjukkan adanya sedikit penurunan distribusi. Dengan adanya kapal pengangkut raksasa yang membawa stok baru, BYD diharapkan dapat mengatasi isu pasokan dan kembali memperkuat posisinya di puncak pasar mobil listrik nasional.

Langkah BYD untuk mengoperasikan armada kapal sendiri menunjukkan keseriusan perusahaan untuk mengendalikan rantai pasok global dan menjamin ketersediaan produk di pasar yang sedang berkembang pesat seperti Indonesia.

Baca Juga : J-10 China yang Dibidik TNI AU: Mengintip Spesifikasi Jet Tempur Multiperan Setara F-16