Dilema Rangkap Jabatan: Erick Thohir di PSSI dan Menpora, Mungkinkah?

oleh
Erick Thohir

Resmi Jadi Menpora, Akankah Erick Thohir Lepas Jabatan di PSSI?

Setelah Presiden Prabowo Subianto melantik Erick Thohir secara resmi sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora). Publik kini menyoroti statusnya di Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Sebelumnya, ia menjabat sebagai Menteri BUMN sejak 2019 dan secara bersamaan memimpin PSSI sebagai Ketua Umum. Kini, dengan jabatan barunya yang langsung mengawasi seluruh federasi olahraga nasional, sebuah pertanyaan besar dan mendesak muncul. Apakah ia akan melepaskan posisinya di PSSI demi menghindari konflik kepentingan yang jelas terlihat?

Pelantikan Erick Thohir sebagai Menpora di Istana Presiden, Jakarta, memberinya kewenangan mutlak. Ia dapat merumuskan kebijakan, mengelola anggaran, dan mengawasi seluruh organisasi olahraga, termasuk PSSI, federasi olahraga paling populer di Indonesia. Di sinilah letak dilemanya. Seorang regulator tidak seharusnya merangkap jabatan sebagai operator yang ia awasi, demi etika dan tata kelola yang baik. Keputusan strategis terkait pendanaan, regulasi, dan pembinaan cabang olahraga lain bisa menjadi bias jika pucuk pimpinan regulator memiliki afiliasi kuat dengan satu federasi.

Kejadian Seperti Ini Pernah Terjadi Di Masa Lalu

Sebagai perbandingan, situasi ini mengingatkan kita pada masa lalu. Mantan Menpora, Zainudin Amali, telah memberikan preseden kuat terkait persoalan ini. Pada 2023, Amali memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menpora setelah ia terpilih sebagai Wakil Ketua Umum PSSI. Ia beralasan bahwa keputusan itu ia ambil agar bisa fokus 100% pada satu pekerjaan, yaitu membenahi sepak bola nasional. Langkahnya mendapat apresiasi luas dan banyak orang menganggapnya sebagai tindakan bijak untuk menghindari potensi konflik kepentingan. Amali menunjukkan bahwa jika satu orang memiliki dua peran—sebagai pemimpin federasi dan sebagai pengawasnya—maka salah satu peran pasti akan mengalahkan yang lain.

Erick Thohir belum memberikan pernyataan resmi tentang apakah ia akan melepaskan jabatannya di PSSI. Saat ditanya tentang kemungkinan rangkap jabatan, ia justru mengalihkan fokus publik pada aturan yang ditetapkan oleh FIFA, badan tertinggi sepak bola dunia. “PSSI punya statuta, jadi kita akan lihat bagaimana aturannya.”

Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa regulasi internasional akan sangat memengaruhi keputusan final. Statuta FIFA memang dikenal sangat ketat dalam mengatur intervensi pemerintah terhadap federasi sepak bola di suatu negara. Namun, statuta tersebut tidak secara spesifik melarang seorang pejabat pemerintah untuk menjabat sebagai ketua federasi. Meskipun demikian, secara etika profesional, banyak pihak menilai rangkap jabatan semacam ini tidak ideal karena berpotensi menggerus independensi PSSI dan menciptakan kesan bahwa federasi berada di bawah kendali pemerintah.

Manfaat dan Risiko Rangkap Jabatan

Meskipun potensi konflik kepentingan menjadi isu utama, ada juga pandangan yang melihat sisi positif dari rangkap jabatan ini. Sejumlah pihak berpendapat bahwa jika Erick Thohir memegang kendali di kedua posisi, PSSI akan mendapatkan dukungan politik dan anggaran yang lebih besar dari pemerintah. Posisinya sebagai Menpora akan memungkinkannya memangkas birokrasi, mempercepat proses perizinan, dan melancarkan program pengembangan sepak bola nasional secara lebih efisien. Dukungan ini sangat penting untuk melanjutkan momentum positif yang ia bangun di bawah kepemimpinannya, khususnya dalam hal transparansi dan perbaikan kompetisi.

Namun, kita juga harus mempertimbangkan risikonya yang sangat besar. Jika Erick Thohir tetap di PSSI, perhatiannya bisa terpecah dan ia akan kesulitan memprioritaskan pembangunan cabang olahraga lain. Indonesia memiliki banyak atlet berbakat di berbagai bidang, seperti bulu tangkis, angkat besi, dan atletik, yang juga membutuhkan perhatian dan dukungan penuh dari pemerintah. Kegagalan memberikan perhatian yang seimbang bisa memicu rasa ketidakadilan dan menghambat potensi prestasi di cabang olahraga lain.

Opini Publik dan Harapan di Persimpangan Jalan

Opini publik terbelah. Banyak penggemar sepak bola berharap Erick Thohir tetap memimpin PSSI untuk melanjutkan reformasi yang telah dimulai, terutama karena kualifikasi timnas terus meningkat. Di sisi lain, para pengamat dan aktivis olahraga menganggap rangkap jabatan ini sebagai kemunduran dalam upaya menciptakan tata kelola olahraga yang sehat dan profesional di Indonesia. Mereka percaya bahwa pemisahan yang jelas antara regulator dan operator adalah kunci untuk membangun ekosistem olahraga yang mandiri dan berintegritas.

Baca Juga : Mendagri: Evaluasi Tunjangan Perumahan DPRD

Erick Thohir adalah tokoh yang dikenal profesional, tegas, dan memiliki rekam jejak baik dalam memimpin berbagai perusahaan global. Publik pun kini menanti keputusan akhirnya. Pilihannya akan menentukan tidak hanya masa depan sepak bola, tetapi juga arah kebijakan olahraga nasional secara keseluruhan. Apapun keputusannya, yang terpenting adalah memastikan bahwa ia menjadikan kepentingan olahraga dan prestasi bangsa sebagai prioritas utama, tanpa mengorbankan integritas dan tata kelola yang baik.