,

Dolar AS Terjun Bebas ke Titik Terendah Sejak 1973, Apa Pemicunya?

oleh -13 Dilihat
Dolar AS

Dolar AS, mata uang cadangan dunia yang selama puluhan tahun menjadi simbol stabilitas ekonomi global, baru-baru ini mencatatkan kinerja terburuknya sejak krisis minyak 1973. Penurunan nilai yang signifikan ini telah memicu kekhawatiran di berbagai belahan dunia, membuat para ekonom, investor, dan pembuat kebijakan bertanya-tanya: ada apa di balik kemerosotan dolar yang dramatis ini?

Menganalisis Kedalaman Penurunan

Pada kuartal terakhir tahun ini, Dolar AS melemah secara substansial terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, termasuk Euro, Poundsterling Inggris, Yen Jepang, dan Dolar Australia. Penurunan ini bukan sekadar fluktuasi harian biasa, melainkan sebuah tren yang menandakan pergeseran fundamental dalam persepsi pasar terhadap ekonomi Amerika Serikat dan kebijakan moneternya. Untuk menemukan preseden penurunan sebanding, kita harus kembali ke tahun 1973, ketika embargo minyak Arab memicu guncangan ekonomi global yang parah dan memaksa Amerika Serikat melepaskan standar emas.

Faktor-faktor Pendorong Pelemahan Dolar

Beberapa faktor kunci diyakini berkontribusi terhadap pelemahan dolar yang mendalam ini:

1. Kebijakan Moneter Agresif Federal Reserve

Salah satu pendorong utama adalah pergeseran ekspektasi terkait kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed). Setelah periode pengetatan moneter yang agresif untuk memerangi inflasi, pasar kini melihat The Fed mendekati akhir siklus kenaikan suku bunganya. Sementara bank sentral lain, seperti Bank Sentral Eropa (ECB) atau Bank of England (BoE), mungkin masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut. Perbedaan prospek suku bunga ini membuat aset-aset berbasis dolar menjadi kurang menarik dibandingkan dengan aset di yurisdiksi lain yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Investor cenderung mengalihkan dana mereka ke tempat di mana mereka bisa mendapatkan keuntungan lebih besar.

2. Kekhawatiran Inflasi dan Utang Publik AS

Meskipun The Fed telah berjuang melawan inflasi, kekhawatiran tetap ada mengenai tingkat inflasi yang persisten di Amerika Serikat. Bersamaan dengan itu, tingkat utang publik AS yang membengkak telah menjadi perhatian serius. Defisit anggaran yang besar dan proyeksi kenaikan utang di masa depan dapat mengikis kepercayaan investor terhadap stabilitas fiskal negara tersebut, yang pada gilirannya menekan nilai mata uang.

3. Pemulihan Ekonomi Global yang Lebih Beragam

Ketika ekonomi global menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang lebih merata di luar Amerika Serikat, permintaan terhadap dolar sebagai tempat berlindung yang aman cenderung berkurang. Data ekonomi yang lebih kuat dari Eropa dan Asia telah mengalihkan sebagian fokus investor dari Dolar AS, mendorong mereka untuk mencari peluang di pasar yang sedang bangkit.

4. Geopolitik dan Perdagangan Internasional

Ketegangan geopolitik yang berkelanjutan dan dinamika perdagangan internasional juga memainkan peran. Meskipun Dolar AS secara tradisional dianggap sebagai aset safe-haven di masa ketidakpastian, ada indikasi bahwa beberapa negara sedang berupaya mengurangi ketergantungan mereka pada Dolar AS dalam perdagangan internasional. Dorongan untuk diversifikasi mata uang cadangan, terutama dari negara-negara berkembang dan blok ekonomi besar, dapat mengurangi dominasi Dolar AS dalam jangka panjang.

Dampak dan Prospek ke Depan

Pelemahan Dolar AS memiliki implikasi yang luas. Bagi eksportir AS, dolar yang lebih lemah membuat produk mereka lebih kompetitif di pasar internasional, yang berpotensi mendorong pertumbuhan ekspor. Namun, bagi importir, barang-barang impor akan menjadi lebih mahal, yang bisa memicu tekanan inflasi lebih lanjut.
Di pasar keuangan, investor yang memegang aset non-dolar mungkin melihat peningkatan nilai portofolio mereka dalam denominasi dolar, sementara yang memiliki aset berbasis dolar akan merasakan sebaliknya.

Baca Juga : Saham Nvidia Meroket, Tembus Rekor Tertinggi Sepanjang Masa di 2025

Prospek Dolar AS ke depan akan sangat bergantung pada respons The Fed terhadap data ekonomi yang masuk, terutama inflasi, dan bagaimana bank sentral global lainnya menyesuaikan kebijakan mereka. Jika The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari yang diperkirakan pasar, atau bahkan mempertimbangkan kenaikan tambahan, Dolar AS mungkin akan menemukan kembali kekuatannya. Namun, jika ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda perlambatan yang signifikan atau jika kekhawatiran fiskal terus meningkat, tekanan terhadap dolar bisa berlanjut.

Pelemahan dolar yang mencapai titik terendah dalam beberapa dekade ini adalah cerminan dari lanskap ekonomi global yang berubah cepat, di mana peran dominan AS sedang diuji oleh berbagai kekuatan makroekonomi dan geopolitik. Ini adalah periode yang membutuhkan pengawasan ketat dari semua pihak yang berkepentingan.

No More Posts Available.

No more pages to load.