Sebuah insiden Driver Shopeefood Dianiaya di Sleman, Yogyakarta, viral dan memicu kemarahan besar dari komunitas ojek online. Kejadian ini menjadi sorotan nasional setelah video penganiayaan tersebar luas di media sosial dan memicu aksi solidaritas ratusan driver yang mendatangi rumah pelaku.
Kronologi Kejadian Driver ShopeeFood Dianiaya
Peristiwa bermula pada Kamis malam, 3 Juli 2025, ketika seorang driver ShopeeFood bernama Arzeto Duta (25) bersama pacarnya Ayuningtyas (24) mendapat double order melalui aplikasi. Sistem memaksa mereka harus menyelesaikan dua pengantaran sekaligus. Salah satu pesanan ditujukan ke seorang pelanggan berinisial T, yang beralamat di kawasan Godean, Sleman.
Karena kondisi pengantaran ganda, Arzeto mengalami keterlambatan sekitar lima menit dari estimasi waktu pengantaran. Saat tiba di lokasi, pelanggan langsung menunjukkan sikap tidak menyenangkan dan memarahi driver. Meskipun Arzeto telah menjelaskan situasi dengan sopan, pelanggan tetap emosi dan mulai menyerang verbal bahkan fisik.
Situasi memanas saat pacar Arzeto mencoba melerai. Korban perempuan tersebut mengalami luka ringan berupa cakaran di bagian wajah dan rambut yang dijambak. Aksi penganiayaan ini terjadi di depan rumah pelanggan dan sempat direkam warga sekitar.
Korban Melapor ke Polisi
Tidak terima atas perlakuan tersebut, Arzeto dan Ayuningtyas langsung melaporkan kejadian itu ke Polresta Sleman pada Jumat dini hari, 4 Juli 2025. Laporan mereka diterima dengan dasar dugaan penganiayaan ringan dan kekerasan secara fisik terhadap perempuan.
Video rekaman pertengkaran kemudian menyebar luas di media sosial. Netizen menyoroti pernyataan pelanggan yang menyebut dirinya sebagai “orang pelayaran”, yang kemudian dijadikan julukan viral: “Mas Pelayaran”. Ucapan arogan itu memicu reaksi keras dari warganet dan komunitas driver ojol, khususnya pengguna ShopeeFood.
Ratusan Driver Geruduk Rumah Pelanggan
Sabtu dini hari, 5 Juli 2025, ratusan driver ShopeeFood dari berbagai wilayah di Yogyakarta berkumpul dan melakukan aksi solidaritas. Mereka beramai-ramai mendatangi kediaman T di kawasan Sidoarum, Godean. Massa mengungkapkan kemarahan atas tindakan tidak manusiawi yang diterima rekan mereka.
Melihat massa semakin memadati rumahnya, T dilaporkan sempat bersembunyi di pos sekuriti lingkungan perumahan. Aparat kepolisian segera datang ke lokasi untuk mengamankan situasi. Pelaku akhirnya dibawa ke Mapolresta Sleman untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Permintaan Maaf di Depan Massa
Di hadapan aparat dan perwakilan driver ojol, T akhirnya menyampaikan permintaan maaf secara langsung kepada korban dan seluruh driver yang hadir. Proses permintaan maaf dilakukan beberapa kali karena pada awalnya tidak diterima oleh massa.
Akhirnya, setelah penyampaian maaf diterima, sebagian besar massa membubarkan diri. Polisi tetap berjaga untuk menghindari eskalasi lebih lanjut. Namun sayangnya, tidak semua driver pulang.
Proses Hukum Berlanjut
Polisi menyatakan bahwa proses hukum terhadap T tetap berjalan, termasuk pemeriksaan saksi, korban, dan bukti rekaman CCTV. Sementara itu, penyelidikan terhadap pelaku perusakan mobil polisi juga telah dimulai. Aparat tengah mengidentifikasi identitas para pelaku melalui dokumentasi video dan foto dari warga.
Kapolresta Sleman mengimbau masyarakat untuk tetap menghormati proses hukum dan tidak terprovokasi oleh informasi yang beredar di media sosial.
Baca juga : Hyundai Palisade Terbaru Rilis: Gagah & Mewah, Ini Dia Simulasi Cicilan Biar Langsung Bawa Pulang!
Perusakan Mobil Polisi
Setelah suasana sempat mereda, sebagian massa kembali mendekat ke rumah pelaku. Dalam aksi lanjutan yang tidak terkendali, terjadi perusakan terhadap fasilitas umum, termasuk satu unit mobil patroli polisi yang sedang berjaga.
Pihak kepolisian menyayangkan insiden lanjutan tersebut dan langsung membuka laporan tambahan terkait aksi perusakan. Polisi juga mulai mengidentifikasi para pelaku yang terlibat dalam kericuhan tersebut dengan bukti rekaman CCTV dan dokumentasi warga.
Tanggapan Kepolisian dan Komunitas
Kapolresta Sleman menyatakan bahwa kasus ini kini ditangani dalam dua arah: penganiayaan terhadap driver ShopeeFood dan perusakan fasilitas negara. Ia mengimbau semua pihak untuk menempuh jalur hukum dan tidak melakukan aksi main hakim sendiri.
Sementara itu, komunitas driver ojol menyatakan dukungannya terhadap proses hukum yang berjalan dan berharap kejadian seperti ini tidak terulang. Mereka meminta agar masyarakat bisa lebih menghargai profesi driver pengantaran yang kerap mendapat tekanan dari sistem maupun pelanggan.
Penutup
Kasus Driver ShopeeFood dianiaya ini menjadi pengingat betapa pentingnya saling menghargai dalam layanan digital. Para driver ojol bukan hanya pekerja, tapi manusia yang layak diperlakukan dengan adil dan bermartabat. Kejadian ini tidak hanya menyoroti soal keterlambatan pesanan, tapi juga soal sikap dan empati dalam interaksi sehari-hari.