, ,

Emas Terpuruk Saat Pasar Tenaga Kerja AS Ganas, Fed Tunda Isyarat Pangkas Suku Bunga

oleh -70 Dilihat
Tenaga Kerja

Harga emas menunjukkan pelemahan signifikan pada perdagangan hari ini. Pemicunya adalah rilis data tenaga kerja Amerika Serikat yang jauh lebih kuat dari perkiraan, memicu spekulasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin akan menunda pemangkasan suku bunga yang telah lama dinanti. Prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama secara fundamental menekan daya tarik emas sebagai aset non-imbal hasil.

Pada penutupan perdagangan, harga emas spot anjlok sekitar 0,8% menjadi $2.315 per ounce, melanjutkan tren penurunan setelah sempat menyentuh rekor tertinggi baru-baru ini. Kontrak emas berjangka AS juga mencatat penurunan serupa, mencerminkan respons langsung pasar terhadap laporan pekerjaan yang solid. Analis pasar menilai pergerakan ini sebagai indikasi ketahanan ekonomi AS dan potensi inflasi yang masih persisten, yang pada gilirannya mengurangi urgensi bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter.

Kekuatan Pasar Tenaga Kerja AS Hantam Sentimen Pasar Emas

Laporan Non-Farm Payrolls (NFP) yang baru saja dirilis menunjukkan penambahan 250.000 pekerjaan pada bulan Juni, jauh melampaui proyeksi konsensus ekonom sebesar 200.000. Angka ini tidak hanya menunjukkan kekuatan, tetapi juga menandakan percepatan penyerapan tenaga kerja. Selain itu, tingkat pengangguran sedikit menurun menjadi 3,7%, sementara pertumbuhan upah per jam tetap stabil. Data-data ini mengindikasikan pasar tenaga kerja yang sehat dan dinamis, memberikan The Fed lebih banyak kelonggaran untuk mempertahankan kebijakan moneter ketatnya demi mengendalikan inflasi.

“Data pekerjaan tenaga kerja hari ini adalah pengingat yang kuat bahwa ekonomi AS masih memiliki momentum yang signifikan,” kata Mark Sterling, Kepala Strategi Pasar di Global Capital Management. “Angka NFP yang kuat secara drastis mengurangi urgensi The Fed untuk memangkas suku bunga, dan ini secara langsung menekan harga emas. Pasar kini secara agresif merevisi ekspektasi mereka mengenai waktu dan frekuensi pemangkasan suku bunga.”

Emas dan Dinamika Suku Bunga: Sebuah Hubungan Terbalik

Emas, yang secara tradisional dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi, cenderung berkinerja buruk di lingkungan suku bunga tinggi. Ini karena suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang untuk memegang emas, yang tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi atau deposito. Ketika suku bunga naik atau tetap tinggi, investor cenderung beralih ke aset berimbal hasil yang lebih menarik, mengurangi permintaan akan emas.

Sebelum rilis data pekerjaan ini, pasar telah memperkirakan setidaknya dua kali pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada tahun 2025, dengan kemungkinan pemangkasan pertama terjadi pada bulan September. Namun, data terbaru ini telah meredupkan harapan tersebut secara signifikan. Beberapa analis kini memproyeksikan hanya satu pemangkasan, atau bahkan tidak ada sama sekali, jika inflasi terbukti lebih sulit dikendalikan dan ekonomi tetap kuat.

Baca Juga : Larangan Jual Beli Pulau Kecil: Tegas Lindungi Kedaulatan

“Investor emas perlu memahami bahwa The Fed tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga jika data ekonomi terus menunjukkan kekuatan,” jelas Sarah Chen, Analis Logam Mulia di Quantum Investments. “Prioritas utama The Fed adalah menekan inflasi ke target 2%, dan pasar tenaga kerja yang kuat seperti ini justru memberi mereka kepercayaan diri untuk tetap bersikap ‘hawkish’.”

Pengaruh Dolar AS dan Imbal Hasil Obligasi

Sebagai respons langsung terhadap data pekerjaan tenaga kerja yang solid, Indeks Dolar AS—yang mengukur nilai dolar terhadap enam mata uang utama lainnya—menguat tajam, naik lebih dari 0,5%. Dolar yang lebih kuat membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, menambah tekanan jual pada logam mulia tersebut. Bersamaan dengan itu, imbal hasil obligasi Treasury AS juga melonjak, dengan imbal hasil obligasi 10-tahun naik ke 4,35%, mencerminkan ekspektasi suku bunga yang lebih tinggi di masa mendatang.

“Hubungan terbalik antara dolar, imbal hasil obligasi, dan harga emas sangat jelas terlihat hari ini dan akan terus menjadi faktor kunci,” tambah Sterling. “Selama data ekonomi AS terus menunjukkan kekuatan dan inflasi tetap menjadi kekhawatiran, tekanan pada emas kemungkinan akan berlanjut, setidaknya dalam jangka pendek.”

Prospek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Emas

Meskipun sentimen pasar saat ini cenderung negatif bagi emas akibat prospek suku bunga, beberapa investor masih berpendapat bahwa prospek jangka panjang untuk emas tetap positif. Hal ini didasari oleh beberapa faktor, termasuk ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung di berbagai belahan dunia, ketidakpastian ekonomi global yang masih membayangi, serta potensi pelemahan dolar AS dalam jangka waktu yang lebih panjang. Namun, dalam jangka pendek, para analis sepakat bahwa pergerakan suku bunga The Fed akan menjadi penentu utama arah harga emas.

Ke depan, perhatian pasar akan tertuju pada rilis data inflasi yang akan datang, seperti Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Indeks Harga Produsen (IHP), serta pidato dari pejabat The Fed. Data dan pernyataan ini akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter The Fed dan dampaknya terhadap harga emas. Untuk saat ini, para pedagang emas akan tetap waspada terhadap setiap indikasi perubahan dalam ekspektasi suku bunga, yang dapat memicu volatilitas harga.