Aktris kenamaan Indonesia, Dian Sastrowardoyo. Kembali menarik perhatian publik dengan pandangannya yang tegas dan inspiratif mengenai ageism, atau diskriminasi berbasis usia yang sering menimpa perempuan. Dalam sebuah acara di Jakarta. pemeran film Gadis Kretek ini membagikan filosofi pribadinya dalam menghadapi stigma dan batasan yang oleh masyarakat seputar usia, di mana ia menegaskan bahwa perlawanan dari langkah sederhana: self-care.
Bagi Dian, melawan ageism bukan semata-mata soal menolak pandangan masyarakat luar, melainkan merupakan sebuah perjalanan pribadi dalam mencintai diri sendiri di setiap tahapan kehidupan. Ia menyoroti bahwa banyak perempuan sering merasa terbebani oleh batas waktu yang seolah-olah masyarakat untuk berkarya, mengeksplorasi hobi, atau bahkan tampil menarik.
Self-Care sebagai Bentuk Perlawanan Diri
Dian menjelaskan bahwa self-care atau merawat diri secara konsisten adalah kunci utama. Tindakan ini, menurutnya, bukanlah bentuk kepatuhan terhadap standar kecantikan yang usang, melainkan sebuah penghargaan dan investasi pada diri sendiri.
“Dengan merawat diri secara konsisten, seorang perempuan bisa menghadapi setiap fase kehidupan dengan tenang dan tetap percaya diri. Ini bukan tentang tampil awet muda, tetapi tentang merasa nyaman dan sehat di kulit sendiri,” ujar Dian. Ia menambahkan bahwa fokus pada kesehatan dan well-being batin akan memancarkan energi positif yang membuat perempuan tidak merasa gentar menghadapi bertambahnya usia. Ketenangan batin inilah yang menjadi fondasi untuk melawan rasa takut terlihat menua.
Mengubah Filosofi Usia: Layaknya Bawang
Kunci lain dalam melawan ageism yang ditekankan Dian adalah mengubah cara pandang terhadap makna usia itu sendiri. Ia menganalogikan usia layaknya sebuah filosofi bawang, yang memiliki banyak lapisan.
“Terkadang di usia yang lebih matang, kita justru menjadi lebih tahu persis ingin memulai hal apa di dalam hidup ini,” tambahnya. Pengalaman dan kedewasaan yang didapatkan seiring bertambahnya usia tidak seharusnya menjadi batasan, melainkan kekuatan dan kejelasan arah. Ia menilai, semakin matang usia, semakin jelas pula pondasi mental untuk mengambil keputusan berani dan menanggung risiko.
Mendobrak Batas dalam Karier dan Impian
Pandangan Dian Sastrowardoyo tidak hanya berhenti pada aspek perawatan diri, tetapi juga tercermin dalam perjalanan kariernya. Ia mencontohkan bagaimana ia berani mewujudkan mimpi yang tertunda dan mengambil langkah besar di usia 40-an tahun, yaitu dengan membangun perusahaan film dan manajemen artisnya sendiri.
Dian menganggap langkah ini sebagai bentuk nyata perlawanan terhadap ageism di dunia profesional. Ia menegaskan, “Untuk melawan ageism di karier aku, yaitu dengan membangun perusahaan film di usia 40 tahun.” Ini menunjukkan bahwa tidak ada kata terlambat untuk push karier, mencoba hal baru, atau bahkan menjadi pemimpin di bidang yang berbeda.
Menurutnya, stigma yang ada di masyarakat sering kali memberi batasan usia pada perempuan untuk berani mengambil langkah baru, seolah-olah setelah usia 20-an, waktu untuk eksplorasi telah habis. Padahal, ia menuturkan bahwa setiap individu memiliki ritme hidupnya masing-masing.
Mendirikan usaha sendiri di usia matang menuntut kedewasaan, perhitungan, dan ketelitian tinggi—kualitas yang menurutnya semakin terasah seiring bertambahnya usia. Keberanian dan tekad yang kuat adalah kunci untuk bertahan, dan pengalaman hidup yang kaya justru menjadi modal berharga.
Melalui pandangannya ini, Dian Sastrowardoyo mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk tidak menyerah pada ageism. Pesan utamanya jelas: Setiap perempuan berhak untuk terus tumbuh, belajar, dan berkarya tanpa terbatas oleh umur, dan semua dari self-care serta keberanian untuk berani mencoba.
Baca Juga : Hotel Rosewood Menawarkan Pengalaman Mewah







