Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) kini tengah menggodok usulan radikal yang dapat mengubah wajah olahraga bulutangkis secara permanen: menjadi Format 11 hari BWF. Wacana ini, yang rencananya akan diterapkan pada empat turnamen bergengsi BWF World Tour Super 1000—termasuk All England dan Indonesia Open—serta BWF World Tour Finals, mendapatkan respons positif dari banyak atlet dan pelatih. Mereka melihatnya sebagai langkah progresif untuk meningkatkan kualitas pertandingan, kesehatan atlet, dan daya tarik olahraga.
Selama bertahun-tahun, keluhan utama datang dari jadwal turnamen yang sangat padat. Para pemain profesional, khususnya di sektor ganda, seringkali harus bertanding pada hari yang berdekatan, bahkan berturut-turut. Kondisi ini menuntut fisik yang luar biasa, meminimalkan waktu pemulihan, dan meningkatkan risiko cedera. Format 11 hari BWF menawarkan solusi nyata untuk masalah-masalah tersebut, memberikan para atlet ruang bernapas yang sangat mereka butuhkan.
Mengapa Format 11 Hari BWF Sangat Penting bagi Pemain
Jadwal turnamen yang padat telah lama menjadi momok bagi para atlet. Dalam format tujuh hari, pemain sering kali harus berjuang melawan jet lag, kelelahan, dan kurangnya waktu pemulihan. Mereka mungkin tiba di lokasi, langsung bertanding, dan esok harinya sudah harus kembali ke lapangan. Ini jelas menguras energi dan mengurangi kualitas permainan.
“Usulan 11 hari ini, menurut saya, sangat bagus,” ungkap salah satu pemain ganda putra top Indonesia. “Dengan durasi yang lebih panjang, kami bisa mendapat lebih banyak waktu istirahat di antara pertandingan. Biasanya, selesai main sore, besoknya sudah harus main lagi. Ini sangat menguras tenaga.”
Pelatih legendaris Herry Iman Pierngadi (Herry IP) juga menyambut baik ide ini. Ia dikenal memiliki perhatian mendalam terhadap kondisi fisik dan mental anak didiknya. “Waktu tambahan itu krusial. Pemain bisa pulih lebih baik, menganalisis lawan lebih dalam, dan bahkan punya waktu untuk sesi latihan ringan atau pemulihan di luar lapangan,” jelas Herry IP. Ia menambahkan bahwa ini bukan hanya tentang memenangkan pertandingan, tetapi juga tentang menjaga karier atlet agar lebih panjang dan bebas dari cedera.
Meningkatkan Kualitas Persiapan dan Strategi Permainan
Perpanjangan waktu turnamen tidak hanya memberikan manfaat fisik, tetapi juga strategis. Dengan durasi yang lebih panjang, para pemain mendapatkan kesempatan lebih baik untuk melakukan persiapan matang sebelum setiap pertandingan. Ini termasuk menganalisis video lawan, menyusun taktik yang lebih terperinci, dan melakukan pemanasan yang lebih komprehensif. Dalam format padat sebelumnya, seringkali persiapan harus dilakukan terburu-buru, hanya mengandalkan insting dan pengalaman.
Kevin Sanjaya Sukamuljo, salah satu bintang ganda putra, ikut angkat bicara. “Sekarang kami bisa punya hari libur di antara pertandingan penting,” katanya. “Itu berarti kami bisa lebih fokus pada taktik untuk lawan berikutnya, tidak hanya sekadar memulihkan badan.”
Baca Juga : Bahlil Lahadalia Raih Penganugerahan Bintang Mahaputera
Peningkatan kualitas persiapan ini diharapkan akan menaikkan standar pertandingan secara keseluruhan. Penonton akan menyaksikan duel-duel yang lebih taktis dan menarik, karena para atlet datang ke lapangan dengan kondisi fisik dan mental yang optimal. Ini membuat setiap poin menjadi lebih berharga, dan setiap pertandingan menjadi lebih intens. Para pemain tidak lagi berpacu melawan waktu, tetapi berfokus pada strategi untuk mengalahkan lawan.
Peluang Adaptasi dan Menjaga Performa Puncak dalam Format 11 Hari BWF
Bagi pemain yang sering bepergian antar zona waktu, seperti atlet Indonesia saat berlaga di Eropa atau Tiongkok, waktu adaptasi menjadi kunci. Format 11 hari BWF memberikan kelonggaran untuk penyesuaian tubuh terhadap jet lag dan lingkungan baru. Hal ini dapat memengaruhi performa di awal turnamen, di mana seringkali kejutan terjadi karena pemain belum dalam kondisi terbaik.
Selain itu, waktu yang lebih panjang juga memungkinkan pemain untuk benar-benar mencapai peak performance mereka di fase-fase krusial seperti semifinal dan final. Dengan pemulihan yang lebih baik dan persiapan yang lebih detail, pertandingan puncak diharapkan akan menyajikan aksi terbaik dari para atlet elit dunia. Ini adalah win-win solution: atlet mendapatkan kondisi terbaik untuk bertanding, dan penonton mendapatkan hiburan bulutangkis terbaik.
Implikasi bagi Penyelenggara dan Penggemar Bulutangkis
Meskipun format 11 hari BWF mendapat sambutan positif dari atlet, perubahan ini tentu membawa implikasi bagi penyelenggara turnamen dan penggemar. Penyelenggara harus siap dengan logistik yang lebih kompleks, biaya operasional yang lebih tinggi, dan ketersediaan venue yang lebih lama. Di sisi lain, penggemar di venue akan memiliki lebih banyak hari untuk menikmati bulutangkis kelas dunia, meskipun mungkin dengan intensitas harian yang sedikit lebih rendah.
Seorang ofisial PBSI berkomentar, “Penting bagi BWF memastikan bahwa perubahan ini benar-benar membawa manfaat, bukan malah membebani. Bagaimana penjualan tiket, akomodasi, dan transportasi untuk para penggemar yang ingin menyaksikan dari awal hingga akhir?” Pertanyaan-pertanyaan ini menantang BWF.
Secara keseluruhan, anak didik Herry IP dan sebagian besar komunitas bulutangkis menyambut usulan format baru ini dengan optimisme. Langkah maju ini menunjukkan BWF mendengarkan masukan dari atlet demi kesejahteraan dan kualitas olahraga. Jika berhasil mengimplementasikannya, era baru bulutangkis yang lebih sehat, strategis, dan menarik mungkin akan segera terwujud, terutama di turnamen bergengsi sekelas Indonesia Open dan tiga seri Super 1000 lainnya. Ini adalah sinyal positif bahwa bulutangkis terus beradaptasi dan berkembang demi masa depan yang lebih cerah.
