Jakarta — Dunia internasional diguncang oleh kabar tewasnya staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Lima, Peru, Zetro Leonardo Purba, pada Rabu (3/9). Polisi setempat menyatakan seorang pembunuh bayaran menembak korban hingga tewas di wilayah Kota Lince. Peristiwa ini menimbulkan keprihatinan luas di kalangan diplomat dan masyarakat Indonesia di luar negeri, karena menyasar seorang staf diplomatik yang semestinya mendapat perlindungan penuh.
Komisaris Polisi Peru, D. Guivar Z., menegaskan bahwa kasus ini merupakan insiden pertama sepanjang tahun yang melibatkan pembunuh bayaran di Kota Lince. Kepolisian Lince langsung bekerja sama dengan Seksi Investigasi Kriminal (SEINCRI) untuk menindaklanjuti kasus tersebut. Mereka memeriksa saksi, menelusuri jejak pelaku, dan mengumpulkan bukti fisik maupun elektronik. Tujuannya adalah menemukan motif di balik penembakan serta memastikan pelaku segera ditangkap.
Media lokal La Republica melaporkan bahwa pelaku membuntuti korban selama beberapa hari sebelum menyerang. Polisi menduga adanya kemungkinan konflik pribadi di KBRI atau keterlibatan jaringan kriminal internasional. Hingga kini, aparat masih meneliti semua petunjuk untuk menetapkan motif pasti.
KBRI Lima bersama Kementerian Luar Negeri Indonesia memberikan dukungan penuh kepada keluarga korban. Pihak kedutaan aktif memantau proses penyelidikan sambil bekerja sama dengan aparat Peru untuk memastikan keadilan dan transparansi. Pihak kedutaan juga menekankan perlunya penguatan keamanan bagi staf diplomatik Indonesia di seluruh dunia untuk mencegah insiden serupa.
Parade Militer China Pamer Rudal Nuklir
Sementara itu, perhatian dunia tertuju ke Beijing. China menggelar parade militer besar untuk memperingati 80 tahun kekalahan Kekaisaran Jepang. Dalam parade ini, pemerintah China menampilkan tiga kelas baru rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mampu membawa hulu ledak nuklir. Parade tersebut menampilkan kekuatan militer dan kemampuan teknologi pertahanan China di hadapan dunia internasional.
Para pengamat menilai langkah ini sebagai strategi penting Beijing untuk memperkuat posisi militernya terhadap negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat dan Eropa. Karena China belum membangun jaringan pangkalan militer global, pemerintah mengandalkan pengembangan senjata jarak jauh untuk melindungi negara dari ancaman ribuan kilometer jauhnya.
Selain rudal, parade militer menampilkan berbagai kendaraan tempur, pesawat canggih, dan formasi pasukan yang rapi. Acara ini menunjukkan kesiapan militer China menghadapi berbagai situasi. Parade juga menjadi simbol kekuatan sekaligus sinyal diplomatik bahwa China siap memperluas pengaruhnya di bidang pertahanan dan geopolitik.
Baca Juga: Prabowo Batal Kunjungan China, Fokus Tangani Protes
Prabowo Subianto Hadiri Parade Militer di Beijing
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, hadir langsung dalam parade militer China. Ia berdiri sejajar dengan sejumlah pemimpin dunia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping, Ibu Negara Xi Peng Liyuan, dan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un. Kehadiran Prabowo menegaskan keterlibatan Indonesia dalam forum diplomasi global sekaligus memperkuat posisi diplomatik negara di mata dunia.
Kantor berita Rusia Sputnik merilis serangkaian foto yang menampilkan Prabowo Subianto berdiri bersama para pemimpin dunia sebelum parade resmi dimulai. Foto-foto ini menjadi sorotan internasional karena menegaskan Indonesia ikut dalam forum global bergengsi. Kehadiran Presiden RI dalam acara ini menunjukkan peran aktif diplomasi Indonesia dan memberi sinyal bahwa negara tetap menjaga hubungan strategis dengan negara-negara besar dunia.
Selain itu, kehadiran Prabowo membuka peluang dialog bilateral dan multilateral antara Indonesia dan berbagai negara peserta. Momen ini menegaskan bahwa Indonesia aktif terlibat dalam diplomasi keamanan dan pertahanan, sekaligus menguatkan posisi Indonesia sebagai negara strategis di kawasan Asia-Pasifik.







