Rabu, 15 Oktober 2025, tragedi mengguncang dunia pendidikan Indonesia saat mahasiswa semester VII Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Udayana (UNUD), Timothy Anugerah Saputra, meninggal dunia. Kematian Timothy mengakhiri hidupnya dengan melompat dari lantai empat Gedung FISIP di Kampus Sudirman, Denpasar, Bali. Kejadian ini memicu perhatian luas, karena dugaan perundungan oleh teman kampus menjadi faktor utama di balik peristiwa itu.
Kronologi Kejadian
Perundungan yang dilakukan teman-temannya selama beberapa waktu memicu Kematian Timothy. Pada pagi hari Rabu itu, petugas menemukan Timothy meninggal sekitar pukul 09.00 WITA. Sebelumnya, beberapa mahasiswa di grup chat WhatsApp kampus sering mengejek dan menyinggung Timothy. Ejekan ini mencakup komentar tidak pantas terkait penampilan dan kepribadiannya.
Setelah kejadian, beredarnya percakapan yang mengejek Timothy mengejutkan publik. Hal ini memicu kemarahan banyak pihak, karena mahasiswa yang seharusnya saling mendukung justru melakukan tindakan bullying. Kejadian ini menunjukkan betapa pentingnya penegakan etika komunikasi dan perilaku di lingkungan kampus.
Mendikbud Turun Tangan atas Kematian Timothy
Menanggapi kematian Timothy, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) segera mengambil langkah. Mendikbud menekankan bahwa setiap kampus harus menjadi lingkungan aman bagi mahasiswa. Ia meminta agar pihak Universitas Udayana menindaklanjuti kasus ini secara transparan.
Kemendikbud juga menginstruksikan agar pihak kampus melakukan investigasi menyeluruh, termasuk meninjau mekanisme pengawasan mahasiswa di lingkungan sosial dan organisasi kampus. Langkah ini bertujuan mencegah tragedi serupa di masa depan. Melalui intervensi ini, Kemendikbud ingin memastikan kematian Timothy menjadi pelajaran penting bagi semua institusi pendidikan di Indonesia.
Orang Tua Korban Bantah Gangguan Mental
Orang tua Timothy menegaskan bahwa anak mereka tidak memiliki gangguan mental. Lukas, ayah Timothy, menyatakan bahwa anaknya adalah pribadi sehat dan tidak pernah menunjukkan tanda-tanda depresi atau masalah psikologis. Pernyataan ini menegaskan bahwa perundungan kampus kemungkinan menjadi faktor pemicu utama tragedi tersebut.
Keluarga Timothy berharap agar kasus ini ditangani secara adil, dan mereka menuntut agar pelaku perundungan bertanggung jawab atas tindakannya. Mereka juga menekankan pentingnya perlindungan bagi mahasiswa agar kejadian serupa tidak menimpa orang lain.
Chat Tidak Etis dari Pelaku Bullying
Setelah kematian Timothy, muncul bukti percakapan di grup WhatsApp yang memperlihatkan ejekan terhadap korban. Beberapa mahasiswa membahas kematiannya dengan candaan yang tidak pantas. Percakapan ini menimbulkan kemarahan publik dan menyoroti kurangnya etika komunikasi di lingkungan akademik.
Percakapan yang beredar ini menunjukkan bahwa bullying tidak hanya terjadi sebelum kejadian tragis, tetapi juga berlanjut setelah kematian korban. Hal ini menekankan pentingnya pendidikan karakter, etika komunikasi, dan pengawasan perilaku mahasiswa di semua jenjang organisasi kampus.
Enam Pelaku Bullying Minta Maaf
Dalam penyelidikan lebih lanjut, enam mahasiswa Universitas Udayana yang diduga terlibat dalam perundungan terhadap Timothy meminta maaf secara terbuka. Mereka mengakui kesalahan dan menyesali tindakan mereka.
Sebagai sanksi, pihak kampus memberikan nilai D untuk seluruh mata kuliah semester berjalan dan memberhentikan mereka dari organisasi mahasiswa. Tindakan ini diambil untuk memberikan efek jera sekaligus menegaskan bahwa bullying tidak dapat ditoleransi. Sanksi ini juga menjadi peringatan bagi seluruh mahasiswa agar lebih menghargai hak dan martabat teman-teman sekelas.
Dampak Kematian Timothy terhadap Lingkungan Kampus
Kematian Timothy menjadi sorotan nasional, sehingga banyak pihak, termasuk mahasiswa, dosen, dan masyarakat luas, menyerukan pentingnya pencegahan bullying. Selain itu, kasus ini menekankan bahwa lingkungan kampus harus aman, inklusif, dan selalu mendukung perkembangan setiap mahasiswa.
Banyak pengamat pendidikan menilai bahwa kampus perlu meningkatkan mekanisme pengawasan perilaku mahasiswa, serta menyediakan layanan konseling psikologis yang memadai. Selain itu, pendidikan karakter dan etika komunikasi harus diterapkan secara konsisten agar mahasiswa dapat hidup harmonis tanpa takut menjadi korban bullying.
Baca juga : Rosan Roeslani: Pendidikan Vokasi Kunci Atasi Tantangan Tenaga Kerja Lulusan SD di Indonesia
Pelajaran dari Kematian Timothy
Kasus kematian Timothy mengingatkan semua pihak bahwa perundungan dapat memiliki dampak serius dan fatal. Kampus, mahasiswa, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan suportif.
Selain itu, kejadian ini menekankan perlunya intervensi cepat dari pihak berwenang, pendidikan tentang etika digital, dan penguatan sistem konseling psikologis di kampus. Semua langkah ini bertujuan untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.
Kesimpulan
Kematian Timothy Anugerah Saputra merupakan tragedi yang menyentak publik dan dunia pendidikan Indonesia. Peristiwa ini menyoroti dampak bullying, pentingnya etika komunikasi, dan perlunya pengawasan lingkungan akademik.
Kasus ini juga menunjukkan bahwa intervensi dari Kemendikbud, tanggapan tegas kampus, dan kesadaran publik menjadi langkah penting untuk mencegah perundungan lebih lanjut. Semoga tragedi ini menjadi pengingat bahwa setiap mahasiswa berhak belajar dalam lingkungan yang aman dan penuh dukungan.







