Konflik Thailand-Kamboja – Militer Thailand memobilisasi tank dan pasukan ke perbatasan dengan Kamboja. Mereka bersiap menghadapi kemungkinan terburuk setelah insiden tembak-menembak antara tentara penjaga perbatasan kedua negara. Insiden ini menewaskan seorang tentara Kamboja.
Meskipun demikian, Kementerian Luar Negeri Thailand menegaskan komitmen untuk menyelesaikan konflik secara damai. Juru bicara militer Thailand, Winthai Suvaree, menyatakan bahwa setiap langkah militer bertujuan melindungi kepentingan nasional sesuai hukum internasional. Mereka juga bersiaga menghadapi segala situasi di wilayah Ubon Ratchathani.
Mayor Jenderal Winthai juga menolak klaim sepihak Kamboja atas wilayah perbatasan. Ia menegaskan bahwa kedua negara telah sepakat menggunakan Komite Perbatasan Bersama (JBC) untuk menyelesaikan sengketa. Ia juga mengatakan bahwa klaim berdasarkan referensi berbeda tidak memengaruhi batas wilayah sebenarnya. Jadi, Thailand fokus pada koeksistensi di bawah aturan bersama.
Baca Juga : Gempa Rusia Dahsyat 8.7 Mag: Indonesia Berpotensi Tsunami!
Menteri Luar Negeri Thailand, Maris Sangiampongsa, menginstruksikan anggota JBC untuk bertemu dan mempersiapkan negosiasi dengan Kamboja. Pertemuan ini akan membahas insiden di Chong Bok, Ubon Ratchathani, tanggal 28 Mei. Maris juga sudah berdiskusi dengan mitranya dari Kamboja serta Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, secara langsung maupun melalui telepon.
Kedua pihak sepakat bekerja sama meredakan ketegangan dan menyelesaikan masalah secara damai. Mereka akan menggunakan mekanisme batas wilayah yang ada. Maris menekankan pentingnya mencegah eskalasi karena konflik serius tidak menguntungkan kedua negara.
Kronologi Insiden dan Sikap Thailand dalam Konflik Thailand-Kamboja
Terkait insiden 28 Mei, Maris menyatakan bahwa tindakan Thailand sudah sesuai prinsip hukum internasional dan proporsional. Selama akhir pekan, Direktorat Urusan Sipil Angkatan Darat Thailand membagikan laporan dan foto kesiapan pasukan di perbatasan melalui Facebook. Panglima Angkatan Darat Kedua dan komandan Satgas Burapha juga memeriksa kesiapan prajurit dan kendaraan lapis baja di wilayah perbatasan.
Laporan ini muncul setelah kontak tembak antara militer kedua negara di daerah perbatasan. Hal ini langsung meningkatkan ketegangan. Tindakan Thailand dengan memobilisasi tank menunjukkan keseriusan mereka dalam melindungi kedaulatan. Di sisi lain, mereka juga terus mengedepankan jalur diplomatik.
Respons Kamboja: Hun Manet Ingin Bawa Konflik ke Mahkamah Internasional
Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, mengumumkan niat melaporkan Thailand ke Mahkamah Internasional (ICJ) terkait sengketa perbatasan pasca kematian tentara Kamboja. Hun Manet berharap Thailand mau bersama-sama membawa isu ini ke ICJ guna mencegah konfrontasi bersenjata di masa depan.
Meskipun Thailand berhak menolak, Kamboja tetap akan mengajukan pengaduan. Sengketa ini dipicu oleh kelompok ekstremis kecil di kedua negara yang berpotensi memicu bentrokan susulan. Langkah Kamboja ke ICJ menunjukkan komitmen mereka untuk mencari penyelesaian hukum, meskipun hal ini bisa memakan waktu yang sangat lama.
Jalan Menuju Perdamaian: Mengapa Dialog Krusial dalam Konflik Perbatasan
Mengingat sejarah panjang konflik di perbatasan, kedua negara harus mengedepankan dialog. Kepercayaan antara Thailand dan Kamboja perlu dibangun kembali. Hal ini untuk mencegah insiden lebih lanjut. Kedua negara harus kembali ke meja perundingan, dipandu oleh JBC. Ini adalah mekanisme yang telah teruji dan disepakati.
Pemerintah dan militer kedua negara juga memiliki peran besar dalam mengendalikan narasi publik. Mereka harus mencegah penyebaran informasi yang provokatif. Langkah ini dapat meredam sentimen nasionalisme yang berlebihan di masyarakat. Sentimen ini seringkali memicu kekerasan.
Komunitas internasional, terutama negara-negara di ASEAN, juga harus mendorong kedua negara untuk menyelesaikan konflik mereka secara damai. Mereka bisa menawarkan mediasi atau memfasilitasi dialog. ASEAN harus menunjukkan perannya sebagai penjaga stabilitas regional.
Masa depan hubungan Thailand dan Kamboja bergantung pada bagaimana mereka menangani konflik ini. Dengan mengesampingkan perbedaan dan mencari solusi yang adil, kedua negara bisa membangun perbatasan yang aman dan makmur. Ini akan menguntungkan rakyat mereka. Sebaliknya, eskalasi militer hanya akan membawa kerugian besar.
