, , ,

BRICS 2025: Indonesia Menjadi Sorotan

oleh
KTT BRICS 2025: Indonesia Menjadi Sorotan, Mengukuhkan Popularitas Manuver Politik Luar Negeri yang Inovatif
PM in a family photograph with BRICS Members during the 17th BRICS Summit at Rio de Janeiro, in Brazil on July 06, 2025.

NUSASUARA – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-17 di Johannesburg resmi di buka hari ini, mempertemukan para pemimpin dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Sorotan utama di luar keanggotaan inti BRICS justru tertuju pada kehadiran Indonesia. Meski belum menjadi anggota penuh, Indonesia di undang sebagai “mitra strategis” dan calon anggota potensial berikutnya. Kehadiran Indonesia di forum global sepenting BRICS bukan tanpa alasan. Langkah ini lahir dari serangkaian manuver politik luar negeri yang cerdas dan berani di bawah kepemimpinan Presiden. Pendekatan tersebut semakin populer di mata dunia. Strategi ini mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pemain kunci di panggung internasional, sekaligus menarik perhatian serta pujian dari berbagai negara.

Tantangan Indonesia dalam Menyeimbangkan Hubungan dengan Barat dan BRICS

KTT BRICS 2025 kali ini diprediksi akan menjadi forum krusial untuk membahas tantangan global, mulai dari stabilitas ekonomi pasca-pandemi, ketegangan geopolitik yang meningkat, hingga isu-isu perubahan iklim. Dengan tema “Membangun Kemitraan Inklusif untuk Era Multipolar yang Berkelanjutan”, BRICS berupaya menawarkan alternatif narasi dan kerangka kerja global yang tidak lagi di dominasi oleh kekuatan Barat. Dalam konteks inilah, kehadiran Indonesia menjadi sangat relevatif. Jakarta, dengan prinsip politik luar negeri bebas aktifnya yang telah teruji waktu, di lihat sebagai jembatan potensial antara berbagai blok kekuatan, serta suara bagi negara-negara berkembang dan ekonomi pasar.

Sejak awal tahun 2024, Indonesia telah secara konsisten menunjukkan gelagat untuk memperkuat posisinya di kancah internasional tanpa terjebak dalam di kotomi kekuatan besar. Pendekatan ini, yang oleh banyak analis di sebut sebagai “di plomasi seribu kawan sejuta manfaat”, telah membuahkan hasil yang konkret. Salah satu contoh paling mencolok adalah keberhasilan Indonesia dalam menginisiasi Dialog Keamanan dan Pembangunan Asia-Pasifik (APDSD) yang melibatkan negara-negara di kawasan BRICS, termasuk Tiongkok, Amerika Serikat, dan India, sebuah forum yang bertujuan meredakan ketegangan dan mencari solusi damai atas sengketa regional. Langkah ini membuktikan kemampuan Indonesia untuk menjadi fasilitator dan mediator yang kredibel.

Baca juga : Yoon Suk Yeol Eks Presiden Korsel, Menghadapi Kembali Masalah Hukum!

Popularitas manuver politik luar negeri Indonesia tidak hanya terbatas pada pencapaian di plomatik. Secara ekonomi, Indonesia berhasil menarik investasi signifikan dari berbagai negara. Kunci keberhasilannya terletak pada iklim investasi yang stabil dan berorientasi keberlanjutan. Indonesia juga membuka kemitraan strategis dengan negara-negara non-tradisional, termasuk di Afrika dan Amerika Latin. Langkah ini memperluas jangkauan pasar sekaligus memperkuat di versifikasi ekonomi nasional. Strategi tersebut mencerminkan visi Jakarta yang ingin lepas dari ketergantungan pada satu blok kekuatan ekonomi. Sebaliknya, Indonesia berupaya mencari keseimbangan optimal demi kepentingan nasional.

BRICS sebagai Jalan Alternatif bagi Indonesia di Tengah Ketidakpastian Global

Keputusan Indonesia untuk mendekati BRICS, sekaligus tetap menjaga hubungan baik dengan G7 dan organisasi Barat lainnya, adalah contoh nyata dari prinsip “bebas aktif” yang di terapkan secara dinamis. Jakarta memahami bahwa di dunia multipolar saat ini, kekuatan lunak dan kemampuan berdialog dengan semua pihak adalah aset tak ternilai. Ini bukan tentang memilih sisi, melainkan tentang memaksimalkan peluang dan memitigasi risiko dengan membangun jaringan yang luas dan solid.

Namun, tidak dapat di pungkiri bahwa popularitas ini juga datang dengan tantangan. Keseimbangan antara kepentingan nasional dan harapan internasional harus di jaga dengan cermat. Ada kekhawatiran dari beberapa pihak bahwa keterlibatan terlalu dalam dengan satu blok bisa mengorbankan hubungan dengan blok lain. Namun, pemerintah Indonesia tampaknya telah mempersiapkan diri dengan strategi komunikasi yang matang, menekankan bahwa partisipasi di BRICS adalah bagian dari upaya kolektif untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih adil dan seimbang, bukan untuk melawan pihak manapun.

Di sela-sela KTT BRICS, delegasi Indonesia di adwalkan mengadakan pertemuan bilateral dengan beberapa pemimpin negara anggota. Pertemuan juga mencakup dialog dengan negara undangan lainnya. Agenda utama pertemuan ini di yakini terkait penjajakan keanggotaan penuh Indonesia di BRICS. Selain itu, pembahasan akan menyoroti kerja sama di berbagai sektor, termasuk energi terbarukan, infrastruktur digital, dan keamanan pangan. Jika Indonesia akhirnya bergabung, BRICS akan mencatat tonggak sejarah baru. Langkah ini bukan hanya penting bagi Indonesia, tetapi juga berpengaruh besar terhadap dinamika geopolitik global.

Pada akhirnya, kisah popularitas manuver politik luar negeri Indonesia adalah narasi tentang adaptasi, keberanian, dan visi strategis. Di tengah ketidakpastian global, Indonesia telah menunjukkan bahwa negara berkembang pun dapat memainkan peran sentral dalam membentuk masa depan dunia, bukan hanya sebagai objek, melainkan sebagai subjek yang aktif dan inovatif. KTT BRICS 2025 di Johannesburg ini hanyalah babak terbaru dalam perjalanan di plomatik Indonesia yang kian di segani.

No More Posts Available.

No more pages to load.