Laba UNVR Meningkat Sebesar 10,81 Persen

oleh
terjadinya peningkatan singnifikan dari segi penjualan yang mendokrak laba UNVR

Jakarta — PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatat kinerja positif sepanjang Januari–September 2025. Kenaikan laba UNVR sebesar 10,81% menjadi Rp3,3 triliun telah di capai. Lonjakan ini terutama di topang oleh pertumbuhan penjualan, perbaikan margin kotor, serta efisiensi biaya operasional yang mampu menekan beban usaha. Ini penting di tengah tekanan harga bahan baku dan fluktuasi nilai tukar.

Kembali Tumbuh Setelah Masa Transformasi

Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap, menyampaikan bahwa perusahaan berhasil mencatatkan pertumbuhan berkelanjutan. Mereka berhasil melewati fase transformasi bisnis selama 18 bulan terakhir.

“Kami senang dapat menyampaikan bahwa laba UNVR kembali tumbuh pada kuartal ketiga 2025, sesuai dengan rencana yang telah kami sampaikan sebelumnya,” ujar Benjie Yap dalam konferensi pers laporan kinerja keuangan kuartal III-2025, Kamis (23/10).

Kinerja Penjualan Menguat di Semua Unit Bisnis

Pada kuartal III-2025, penjualan bersih Unilever mencapai Rp9,4 triliun, tumbuh 12,4% di banding periode yang sama tahun lalu. Seluruh unit bisnis mencatat kinerja positif, di dorong oleh kenaikan volume penjualan sebesar 10,1%.

Secara kumulatif, hingga akhir September 2025, total penjualan bersih mencapai Rp27,6 triliun, meningkat 0,7% secara tahunan (year-on-year).

Margin dan Profitabilitas Menguat

Dari sisi profitabilitas, margin kotor meningkat menjadi 49,2%, naik 366 basis poin di banding tahun sebelumnya. Juga naik 115 basis poin di banding kuartal sebelumnya. Sementara itu, laba sebelum pajak naik menjadi 16,2%, meningkat 787 basis poin secara tahunan.

“Meskipun harga bahan baku, terutama minyak sawit, dan pergerakan nilai tukar masih menjadi tantangan, laba sebelum pajak kami tetap tumbuh menjadi 15,7%, naik 165 basis poin di banding tahun lalu. Laba bersih mencapai Rp3,3 triliun dengan laba per saham Rp87, meningkat 10,9%,” tambah Benjie.

Efisiensi Operasional Jadi Kunci

Benjie menegaskan, kenaikan laba juga di picu oleh efisiensi operasional yang signifikan. Beban penjualan dan administrasi (SG&A) turun menjadi Rp3,54 triliun per September 2025 dari Rp3,81 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Rasio SG&A terhadap penjualan pun membaik dari 13,9% menjadi 12,8%.

“Kami telah menyederhanakan operasional, mengurangi kompleksitas, dan fokus pada aktivitas dengan dampak terbesar. Produktivitas kini menjadi budaya perusahaan agar margin tetap sehat dan pertumbuhan berkelanjutan dapat tercapai,” jelasnya.

Baca Juga: Kasus Impor Gula: Terdakwa Korupsi dan Hukuman Penjara

Kuartal III Jadi Titik Balik Pertumbuhan

Menurut Benjie, kuartal III-2025 menjadi titik balik penting bagi Unilever Indonesia setelah menghadapi berbagai tantangan sepanjang 2024. Transformasi operasional, perbaikan distribusi, serta digitalisasi proses bisnis mulai menunjukkan hasil nyata.

“Pertumbuhan yang kami capai bukan sekadar karena basis yang rendah, tetapi karena adanya perbaikan fundamental dari dalam organisasi,” ujarnya.

Strategi ke Depan: Digitalisasi dan Fokus Produk Unggulan

Tercatat laba UNVR juga mencatat pangsa pasar yang stabil, yakni 33% berdasarkan nilai dan 27% berdasarkan volume pada kuartal III-2025. Ke depan, perusahaan berkomitmen mempertahankan momentum ini dengan transformasi digital, peningkatan efisiensi, serta fokus pada kategori dengan potensi pertumbuhan tinggi, seperti produk kecantikan, kesehatan, dan e-commerce.