Di balik gerbang besi yang menjulang di Maranello, jantung markas besar Ferrari, terjadi sebuah transformasi senyap namun fundamental. Pabrikan mobil legendaris yang identik dengan raungan mesin V8 dan V12 ini kini tengah menyambut babak baru: era elektrifikasi. Ferrari tidak hanya sekadar mengikuti tren, tetapi bertekad untuk mendefinisikan ulang performa tinggi di dunia tanpa emisi. Kunjungan ke pabrik ini memberikan gambaran jelas tentang perpaduan antara tradisi hand-made khas Italia dengan teknologi canggih masa depan.
Fasilitas Baru: Dari V12 ke EV
Ferrari mengambil langkah paling nyata dalam transisinya: membangun fasilitas produksi modern yang dengan julukan e-building atau ‘Giga Factory’ ala Maranello. Mereka mendedikasikan fasilitas ini untuk jalur perakitan multi-energi. Artinya, di satu lini produksi yang sama, Ferrari kini mampu merakit mobil bermesin pembakaran internal (ICE), model hybrid (seperti SF90 dan 296), hingga kendaraan listrik murni (EV) pertamanya.
Pabrik baru ini menandai pergeseran filosofi manufaktur. Dulunya, ruang khusus menampung setiap bagian mesin V12 dan V8 yang sakral. Namun kini, robot putih mengilap memenuhi pabrik tersebut, bekerja berdampingan dengan para teknisi ahli ber-overall merah. Investasi besar ini mencerminkan komitmen Ferrari untuk mempertahankan seluruh proses produksi—termasuk perakitan motor dan gardan listrik—di Italia, memastikan kualitas dan eksklusivitas Kuda Jingkrak tetap terjaga. Bahkan, mereka telah menghiasi atap fasilitas ini dengan ribuan panel surya, sebuah simbol nyata komitmen mereka pada keberlanjutan.
EV Pertama: Menggenggam Warisan Suara
Ferrari memfokuskan transisi ini pada mobil listrik murni pertamanya, yang kabarnya dijuluki Elettrica. Mereka menjadwalkan peluncuran EV perdana ini pada akhir tahun 2025 atau awal 2026, dan hal ini langsung menarik perhatian dunia. Kekhawatiran terbesar para Tifosi (sebutan untuk penggemar berat Ferrari) adalah hilangnya suara mesin yang ikonik.
Ferrari menyadari hal ini. Dalam laporan eksklusif dari Maranello, terungkap bahwa Ferrari tidak hanya memasang speaker untuk meniru suara mesin palsu. Sebaliknya, insinyur Ferrari berupaya mengekstrak ‘suara’ otentik dari elektronik daya dan sistem penggerak listrik. Langkah ini bertujuan menciptakan ‘dentuman adrenalin’ baru yang unik dan hanya dimiliki Ferrari. Target performanya pun luar biasa, dengan bocoran tenaga yang mendekati 1.000 tenaga kuda.
Inovasi dari Lintasan F1 ke Jalan Raya
Transisi ini bukanlah hal baru bagi Ferrari. Pabrikan ini telah memiliki dasar elektrifikasi yang kuat sejak era hybrid di Formula 1. Teknologi Motor Generator Unit – Kinetic (MGU-K) yang bertugas mengubah energi pengereman menjadi listrik, kini diadopsi dan diadaptasi ke dalam produk jalan raya mereka.
Mobil listrik pertama Ferrari kabarnya akan menggunakan puluhan paten teknologi baru, termasuk material yang lebih ringan namun kokoh, serta rancangan underbody canggih untuk aerodinamika maksimal. Fokus pada desain sasis dan sistem suspensi aktif baru menunjukkan bahwa Ferrari tidak sekadar mengganti mesin; mereka merancang ulang konsep supercar dari nol.
Masa Depan Kuda Jingkrak
Transformasi di Maranello menegaskan bahwa Ferrari siap memimpin, bukan sekadar bertahan, di era mobilitas masa depan. Pabrikan ini telah menargetkan bahwa pada tahun 2030, 80% dari penjualan mereka akan datang dari model hibrida dan listrik penuh.
Baca Juga : Marc Marquez Absen di MotoGP 2025
Meskipun Ferrari akan mempertahankan model mesin pembakaran internal (ICE)—setidaknya sampai teknologi baterai benar-benar memenuhi standar performa ekstrem mereka—mereka menjadikan pabrik Maranello kini sebagai saksi bisu perpaduan harmonis antara masa lalu dan masa depan. Kuda Jingkrak legendaris itu kini tak hanya siap ngebut dengan raungan V12, tetapi juga melesat cepat dengan keheningan dan kekuatan listrik.
