,

PM Thailand Paetongtarn Shinawatra Terancam Mundur Usai Skandal Telepon dengan Hun Sen

oleh -33 Dilihat
PM Thailand Paetongtarn Shinawatra menyampaikan pernyataan pers didampingi para pejabat tinggi dan militer di Bangkok
PM Thailand Paetongtarn Shinawatra tengah berbicara dalam konferensi pers resmi di Bangkok, didampingi pejabat tinggi pemerintah dan militer, di tengah tekanan politik menyusul bocornya rekaman percakapan pribadi dengan mantan pemimpin Kamboja, Hun Sen

Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, kini berada di ambang kehancuran setelah rekaman percakapan telepon antara dirinya dan mantan pemimpin Kamboja, Hun Sen, bocor ke publik. Isi percakapan yang membahas sengketa perbatasan yang terus memanas itu memicu kemarahan masyarakat Negeri Gajah Putih dan mengguncang kestabilan politik di negara tersebut.

Skandal Telepon dan Isi Percakapannya

Dalam percakapan tersebut, Paetongtarn menyebut Hun Sen sebagai “paman” dan terlihat terlalu akrab dengan tokoh politik dari negara tetangga itu. Ia juga terdengar meremehkan seorang komandan militer Thailand yang menangani ketegangan di perbatasan. Hal ini menimbulkan tuduhan bahwa Paetongtarn tidak menghormati kemiliteran, lembaga yang sangat berpengaruh dalam dunia politik negeri Gajah Putih itu.

“Saya ingin meminta maaf atas bocornya rekaman percakapan saya dengan seorang pemimpin Kamboja yang telah menimbulkan keresahan publik,” ujar Paetongtarn dalam sebuah pernyataan resmi pada Kamis.

Rekaman itu menunjukkan bahwa ia menilai sang komandan militer hanya ingin “tampil keren” dan membuat pernyataan yang tidak berguna. Sikap ini dinilai melecehkan institusi militer dan menimbulkan kecurigaan bahwa Paetongtarn lebih mengutamakan hubungan personal daripada kepentingan nasional.

Koalisi Pemerintah Mulai Retak

Dampaknya langsung terasa. Partai Bhumjaithai, partai terbesar kedua dalam koalisi pemerintahan yang dipimpin Paetongtarn, memutuskan keluar dari aliansi pada Rabu lalu. Langkah ini merupakan pukulan telak bagi pemerintahan Paetongtarn dan membuat posisi koalisi di parlemen menjadi sangat rapuh.

Kini, koalisi yang dipimpin oleh Partai Peu Thai hanya memiliki mayoritas tipis di parlemen. Jika ada lagi partai koalisi yang menarik dukungan, maka pemerintahan Paetongtarn bisa runtuh kapan saja. Dua partai koalisi lainnya dijadwalkan bertemu Kamis sore untuk membahas langkah politik selanjutnya.

Kritikus politik dan tokoh oposisi pun mulai angkat suara. Mereka mengecam sikap Paetongtarn yang dianggap terlalu tunduk kepada Hun Sen. Janji Paetongtarn kepada Hun Sen untuk “mengurus kebutuhan” pemimpin Kamboja itu juga menjadi sorotan tajam. Banyak pihak menilai ini sebagai bentuk kelemahan dalam menjaga kedaulatan nasional.

Sebagai informasi, hubungan keluarga Shinawatra dengan keluarga Hun sudah terjalin sejak lama. Hun Sen dan ayah Paetongtarn, Thaksin Shinawatra, mantan PM Thailand yang sempat hidup dalam pengasingan, dikenal memiliki hubungan sangat dekat dan menyebut satu sama lain sebagai “saudara spiritual”.

Paetongtarn membela diri dengan mengatakan bahwa percakapan tersebut hanyalah bagian dari “teknik diplomasi” untuk meredam konflik. Namun pembelaan ini tampaknya belum cukup meredakan kemarahan publik maupun tekanan politik.

Hun Sen sendiri mengaku bahwa ia telah membagikan rekaman tersebut kepada sekitar 80 tokoh politik. Salah satu dari mereka diduga menjadi pihak yang membocorkannya ke publik. Tak hanya itu, Hun Sen juga mengunggah versi lengkap dari rekaman tersebut di laman Facebook pribadinya.

Paetongtarn sendiri baru menjabat sebagai Perdana Menteri selama 10 bulan, setelah menggantikan Srettha Thavisin yang dicopot oleh Mahkamah Konstitusi karena pelanggaran aturan penunjukan kabinet. Paetongtarn, yang baru berusia 38 tahun, juga tercatat sebagai PM termuda dan wanita kedua yang pernah memimpin Thailand, setelah bibinya, Yingluck Shinawatra.

Menanggapi kebocoran ini, Kementerian Luar Negeri Thailand mengirim surat resmi kepada Duta Besar Cambodia. Dalam surat itu, mereka menyatakan kekecewaan mendalam atas tersebarnya percakapan pribadi antar pemimpin. “Kepercayaan dan saling menghormati antar pemimpin merupakan dasar dari hubungan baik antar negara,” bunyi pernyataan dalam surat tersebut.

Surat itu juga menyatakan bahwa kebocoran ini dapat mengganggu upaya penyelesaian sengketa yang sedang berlangsung antara ke dua negara tersebut.

Sebagai langkah pencegahan, Paetongtarn menyatakan tidak akan lagi melakukan pembicaraan pribadi dengan Hun Sen. Keputusan ini diambil setelah muncul desakan agar semua komunikasi resmi dilakukan secara formal dan terbuka.

No More Posts Available.

No more pages to load.