Pada Senin sore, Ponpes Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, mengalami musibah besar. Bangunan ambruk ketika santri sedang menjalankan salat Ashar. Insiden ini mengejutkan masyarakat setempat. Hingga kini, pemerintah dan relawan terus melakukan upaya penyelamatan.
Kronologi Runtuhnya Ponpes Al Khoziny
Ponpes Al Khoziny awalnya hanya memiliki dua lantai. Namun, sedang dalam proses penambahan dua lantai tanpa izin resmi. Proyek konstruksi tersebut melibatkan beberapa santri. Mereka membantu mencampur beton dan mengangkat material berat.
Akibat penambahan beban, struktur bangunan menjadi tidak stabil. Saat salat Ashar, lantai tambahan gagal menahan beban. Kejadian ini menyebabkan bangunan Ponpes Al Khoziny pun runtuh secara mendadak. Reruntuhan menimpa banyak santri, sebagian besar laki-laki berusia 12–19 tahun.
Tim SAR melaporkan bahwa puluhan santri terjebak di bawah puing-puing dan segera mengevakuasi korban. Tim penyelamat menggunakan alat berat untuk meratakan reruntuhan. Namun, tim menemukan beberapa korban sudah meninggal. Hingga laporan terakhir, 61 santri tewas dan lebih dari 100 mengalami luka-luka.
Upaya Penyelamatan dan Evakuasi
Pihak berwenang segera menurunkan tim gabungan. Basarnas, TNI-Polri, BPBD, PMI, dan relawan lokal bergerak cepat. Mereka membagi tugas untuk mencari korban selamat. Tim medis memberikan pertolongan pertama di lokasi yang tidak jauh dari Ponpes Al Khoziny.
Relawan juga mengatur jalur evakuasi agar proses lebih aman. Pihak berwenang memasang batas aman agar warga tidak mendekat. Selain itu, alat komunikasi digunakan untuk koordinasi tim. Semua langkah dilakukan untuk meminimalkan risiko tambahan bagi santri dan relawan.
Kegiatan evakuasi berlangsung hingga malam. Meski tim melakukan upaya maksimal, beberapa korban tetap tidak selamat. Pemerintah dan masyarakat tetap berusaha mengevakuasi korban yang masih tertimbun.
Penyebab Runtuhnya Bangunan Ponpes Al Khoziny
Penyelidikan awal menunjukkan bahwa kegagalan fondasi menjadi penyebab utama. Para perancang bangunan tidak merancang struktur untuk menahan tambahan lantai. Penambahan material berat memperparah kondisi bangunan.
Selain itu, pengawasan terhadap konstruksi sangat minim. Tidak ada izin mendirikan bangunan (IMB) resmi untuk lantai tambahan. Pelanggaran ini menunjukkan lemahnya regulasi pada beberapa pesantren. Pemerintah menekankan perlunya audit keselamatan pada semua pondok pesantren di Indonesia.
Dampak Tragedi Ponpes Al Khoziny
Runtuhnya Ponpes Al Khoziny menimbulkan dampak emosional yang besar. Keluarga korban mengalami kesedihan mendalam. Masyarakat Sidoarjo pun berduka atas kejadian ini. Banyak warga datang memberikan bantuan dan dukungan moral.
Selain dampak emosional, tragedi ini memicu evaluasi keselamatan bangunan pesantren di seluruh Indonesia. Pemerintah daerah berkomitmen memperketat regulasi. Tujuannya adalah mencegah insiden serupa di masa depan.
Tragedi juga menyoroti pentingnya kesadaran tentang keselamatan konstruksi. Pihak pesantren seharusnya tidak melibatkan santri dalam pekerjaan fisik berisiko. Semua pihak harus selalu memprioritaskan keselamatan anak-anak dan santri.
Respon Pemerintah dan Lembaga Terkait
Setelah insiden, pemerintah daerah Sidoarjo segera melakukan inspeksi. Semua pesantren di wilayah tersebut diperiksa secara menyeluruh. Pemerintah pusat pun memberikan perhatian penuh. Mereka menekankan pentingnya izin bangunan yang lengkap.
Kementerian Agama mengimbau semua pondok pesantren untuk memperhatikan keselamatan. Selain itu, bantuan logistik, medis, dan psikologis diberikan kepada korban. Pemerintah juga berencana membuat regulasi tambahan terkait pembangunan pesantren, termasuk Ponpes Al Khoziny.
Peran Relawan dan Masyarakat
Relawan lokal memainkan peran besar dalam evakuasi korban. Mereka membantu mengevakuasi santri dari reruntuhan. Tim medis memberikan pertolongan darurat. Relawan juga menyediakan makanan dan kebutuhan logistik bagi korban.
Masyarakat sekitar ikut membantu dengan menyediakan alat transportasi. Banyak warga memberikan donasi berupa pakaian, obat-obatan, dan perlengkapan penting. Solidaritas masyarakat menjadi kunci dalam menangani tragedi ini.
Baca juga : Chikita Meidy Ungkap Bukti Gugatan Balik Tuntutan KPR
Pelajaran dari Tragedi Ponpes Al Khoziny
Runtuhnya Ponpes Al Khoziny mengajarkan banyak hal. Pertama, keselamatan bangunan harus menjadi prioritas utama. Kedua, regulasi dan izin mendirikan bangunan harus dipatuhi. Ketiga, anak-anak dan santri tidak boleh terlibat pekerjaan fisik berisiko.
Selain itu, peristiwa ini menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap keselamatan pendidikan. Pesantren dan lembaga pendidikan lainnya harus memastikan struktur bangunan kuat dan aman.
Kesimpulan
Tragedi Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo merupakan peristiwa memilukan. Ambruknya bangunan menyebabkan korban jiwa dan luka-luka. Namun, melalui upaya cepat tim SAR, relawan, dan masyarakat, proses evakuasi berjalan maksimal.
Peristiwa ini menjadi pengingat bagi seluruh Indonesia. Keselamatan pendidikan dan pengawasan bangunan harus menjadi prioritas. Semoga tragedi Ponpes Al Khoziny mendorong perubahan regulasi dan kesadaran masyarakat. Semua pihak diharapkan belajar dari insiden ini agar tidak terulang.






