PT Pertamina Fokus pada Energi Rendah Karbon

oleh
PT Pertamina Ingin Fokus dan Mendukung Program Pemerintah Yang Rendah Karbon

Iakarta, — PT Pertamina (Persero) secara tegas menyatakan komitmennya dalam mendukung target kemandirian energi nasional. Hal ini sejalan dengan visi “Astacita” Presiden Prabowo Subianto.

Simon menekankan bahwa seluruh strategi Pertamina selalu di selaraskan dengan kebijakan pemerintah. Khususnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai regulator utama sektor energi.

“Kami selalu berupaya memastikan bahwa strategi Pertamina selaras dengan program pemerintah. Terutama, Kementerian ESDM sebagai regulator utama sektor energi di Indonesia,” ujar Simon.

Menerapkan Dual Growth Strategy: Migas dan Energi Hijau

Simon menjelaskan, saat ini PT Pertamina mengusung strategi pertumbuhan ganda (dual growth strategy). Strategi ini fokus pada dua pilar utama: memaksimalkan bisnis migas yang sudah ada (eksisting) dan mengembangkan bisnis energi rendah karbon.

Fokus Hulu: Optimasi Produksi dan Wilayah Kerja Baru

Di sektor hulu, PT Pertamina Hulu menghadapi tantangan besar karena sebagian besar sumur yang di kelola merupakan mature field atau sumur tua. Untuk mengatasinya, perusahaan terus berinovasi.

“Berbagai inovasi teknologi dan inisiatif kami jalankan untuk memperlambat laju penurunan produksi di sumur-sumur tua tersebut,” kata Simon.

Namun, Simon menegaskan bahwa peningkatan produksi yang ideal harus di dukung dengan pembukaan wilayah kerja baru. Ia menyambut baik rencana Kementerian ESDM yang akan melelang sekitar 74 wilayah kerja migas dalam kurun waktu 1-2 tahun ke depan. Penemuan cadangan baru di wilayah ini di harapkan mampu memberikan kontribusi signifikan bagi produksi minyak dan gas nasional.

Baca Juga: Bobby Nasution Razia Bagi Truk Pelat Aceh di Hentikan Langsung

Penguatan Hilir: Proyek Strategis RDMP Balikpapan

Selain hulu, PT Pertamina memperkuat sisi hilir melalui pengembangan dan modernisasi kilang. Proyek paling strategis saat ini adalah Refinery Development Master Plan (RDMP Balikpapan) yang di targetkan beroperasi penuh pada 10 November 2025.

“Proyek RDMP Balikpapan akan secara signifikan meningkatkan kapasitas pengolahan. ini juga mengurangi ketergantungan impor dan menghasilkan produk yang setara standar Euro 5,” jelas Simon.

Ia mengingatkan bahwa modernisasi kilang harus berjalan beriringan dengan peningkatan produksi migas domestik. Sinergi ini krusial agar modernisasi kilang tidak justru membuat impor bahan baku tetap tinggi.

Akselerasi Transisi Energi: Biofuel dan Geothermal

Dalam mendukung transisi energi, PT Pertamina gencar mendorong pengembangan biofuel melalui program B40 menuju B50. Perusahaan juga meluncurkan Pertamax Green 95 (E5), bahan bakar mengandung 5% etanol, sebagai dukungan nyata terhadap bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Di samping itu, panas bumi atau geothermal menjadi fokus utama lain Pertamina. Indonesia saat ini memegang posisi kedua kapasitas terpasang panas bumi di dunia, tepat di bawah Amerika Serikat.

“Kami memiliki target ambisius agar pada tahun 2029, Indonesia dapat menjadi nomor satu di dunia dalam kapasitas terpasang panas bumi,” pungkas Simon. Hal ini menegaskan komitmen perusahaan dalam memimpin energi hijau global.