Purbaya Yudhi dalam Pertumbuhan Industri Elektronik

oleh
Purbaya Yudhi dalam Pertumbuhan Industri Elektronik

NusaSuara — Pelaku usaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyambangi kantor Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa pada Jumat (19/12). Pertemuan tersebut menjadi wadah penyampaian aspirasi dunia usaha terkait berbagai hambatan bisnis. Hambatan ini di nilai berpotensi menekan kinerja industri nasional, khususnya sektor furnitur dan elektronik.

Langkah ini mencerminkan upaya aktif Kadin dalam memperkuat komunikasi. Tujuannya adalah untuk menciptakan iklim investasi yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Surplus Perdagangan Furnitur Tergerus Impor

Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, menjelaskan bahwa industri furnitur Indonesia sebenarnya masih menunjukkan pertumbuhan yang relatif sehat. Namun, di balik kinerja tersebut, surplus perdagangan sektor furnitur terus mengalami penyusutan.

Menurut Anindya, salah satu penyebab utama adalah meningkatnya arus impor yang masuk ke pasar domestik. Kondisi ini membuat produk lokal harus bersaing lebih ketat, baik dari sisi harga maupun kualitas.

“Kami mendiskusikan kemungkinan deregulasi atau insentif yang bisa di berikan pemerintah. Ini agar industri furnitur tetap kompetitif dan surplus perdagangannya tidak semakin tertekan,” ujar Anindya usai pertemuan di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat.

Dampak Tarif Impor Amerika Serikat

Selain persoalan impor domestik, Kadin juga menyoroti tantangan eksternal, khususnya kebijakan tarif impor Amerika Serikat sebesar 32 persen. Kebijakan tersebut di nilai memberikan tekanan signifikan bagi eksportir Indonesia.

Pasalnya, pasar Amerika Serikat menyerap sekitar 54 persen dari total ekspor mebel dan kerajinan Indonesia. Ketergantungan yang tinggi ini membuat industri nasional cukup rentan terhadap perubahan kebijakan perdagangan negara tujuan.

Anindya menilai di perlukan strategi bersama antara pemerintah dan pelaku usaha. Tujuannya adalah untuk merespons tantangan global agar daya saing produk Indonesia tetap terjaga.

Strategi Diversifikasi Pasar Ekspor

Menghadapi tekanan tersebut, para pengusaha mengaku tidak tinggal diam. Kadin menyebut anggotanya kini semakin aktif melakukan di versifikasi pasar ekspor ke wilayah non-tradisional.

Pengiriman produk furnitur dan kerajinan mulai di perluas ke kawasan seperti Uni Eropa dan Kanada. Kawasan ini di nilai memiliki potensi permintaan cukup besar serta risiko kebijakan yang lebih tersebar.

Langkah ini di harapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap satu pasar utama sekaligus membuka peluang pertumbuhan baru bagi industri nasional.

Tantangan Industri Elektronik dan Kebutuhan SDM

Selain furnitur, industri elektronik juga menjadi perhatian serius dalam pertemuan tersebut. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Shinta Kamdani, menyebut bahwa pasar ekspor sektor elektronik Indonesia masih relatif terbatas di bandingkan sektor lainnya.

Beberapa pelaku usaha bahkan telah merambah ke industri semikonduktor. Namun, pengembangannya terkendala oleh keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki keahlian khusus.

“Kami membicarakan kemungkinan kerja sama teknologi, pelatihan tenaga kerja, serta insentif investasi agar pengembangan teknologi bisa berjalan optimal,” jelas Shinta.

Menurutnya, dukungan pemerintah sangat di butuhkan untuk membangun ekosistem industri elektronik yang kuat dan berdaya saing global.

Baca Juga: Ferry Irwandi Bicara tentang Donasi Rp10 Miliar

Pemerintah Tegaskan Komitmen Perkuat Sinergi

Di sisi lain, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa aspirasi dari dunia usaha merupakan masukan penting. Masukan ini diperlukan dalam perumusan kebijakan ekonomi nasional.

Melalui unggahan di akun Instagram resminya, Purbaya menyampaikan bahwa pemerintah berkomitmen terus membuka ruang dialog. Pemerintah juga berupaya memperkuat sinergi dengan pelaku usaha.

“Kolaborasi antara pemerintah dan dunia usaha menjadi kunci. Ini penting dalam menciptakan iklim bisnis yang kondusif, kompetitif, dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih tinggi,” tegasnya.

Pertemuan ini di harapkan menjadi langkah awal menuju kebijakan yang lebih responsif. Respons ini penting terhadap kebutuhan industri sekaligus memperkuat posisi Indonesia di tengah persaingan global.