Radioaktif Cesium 137 dalam Investigasi Kontaminasi

oleh
Radioaktif Cesium 137

JakartaMaterial Radioaktif Cesium 137 (Cs-137) di temukan di kawasan industri Modern Cikande, Kabupaten Serang, Banten. Penemuan ini bermula dari penolakan ekspor udang beku asal Indonesia oleh otoritas Amerika Serikat di beberapa pelabuhan besar. Pelabuhan tersebut antara lain Los Angeles, Houston, Savannah, dan Miami.

Pada Agustus 2025, pihak Food and Drug Administration (FDA) bersama Bea Cukai AS mendeteksi paparan radiasi dalam kontainer pengiriman udang. Temuan ini mendorong pemerintah Indonesia melakukan investigasi menyeluruh untuk menelusuri sumber kontaminasi.

Investigasi Ungkap Sumber Radiasi dari Daratan

Tim gabungan yang terdiri dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Kementerian Kesehatan, dan instansi terkait melacak jejak radiasi hingga ke tempat pengumpulan logam bekas di Kawasan Industri Cikande. Di sana, di temukan material logam yang mengandung Radioaktif Cesium 137.

Penemuan ini menjadi titik krusial dalam investigasi. Ini mengonfirmasi bahwa sumber radiasi bukan berasal dari tambak atau laut, melainkan dari aktivitas industri logam di darat. Hal ini sekaligus memperjelas bahwa kontaminasi radiasi pada produk ekspor kemungkinan terjadi saat pengemasan atau pengiriman. Bukan saat produksi.

Apa Itu Radioaktif Cesium 137?

Cesium adalah unsur kimia dari golongan logam alkali yang pertama kali di temukan oleh ilmuwan Jerman, Robert Bunsen dan Gustav Kirchhoff pada tahun 1860. Nama “cesium” di ambil dari bahasa Latin caesius, yang berarti “biru langit” — merujuk pada warna garis spektrum khas unsur ini saat di amati secara spektroskopi.

Dalam bentuk alaminya, cesium adalah logam berwarna keemasan yang sangat reaktif dan mudah meleleh pada suhu rendah, sekitar 28,4°C. Unsur ini umum di gunakan di berbagai bidang, mulai dari jam atom presisi tinggi, sel fotolistrik, hingga tabung hampa udara.

Namun, Cesium-137 adalah isotop radioaktif dari cesium yang terbentuk melalui reaksi fisi nuklir. Reaksi ini terjadi dalam ledakan bom atom atau kecelakaan reaktor nuklir, contohnya di Chernobyl dan Fukushima.

Baca Juga: Dolar Menguat, Emas Turun dari Rekor Tertinggi Sambil Menanti Data Inflasi AS

Bahaya dan Penggunaan Cesium-137

Radioaktif Cesium 137 memancarkan radiasi beta dan gamma. Isotop ini kerap digunakan dalam dunia medis untuk terapi kanker dan dalam industri sebagai alat ukur kepadatan atau ketebalan material. Biasanya, Cs-137 di simpan dalam wadah pelindung khusus untuk mencegah penyebaran radiasi.

Namun, bila pelindungnya rusak atau di buka, radiasi bisa tersebar ke lingkungan dan menimbulkan risiko serius. Dalam bentuk terkonsentrasi, Cs-137 dapat menyebabkan luka bakar akibat radiasi, penyakit radiasi akut, hingga kematian.

Selain itu, jika zat ini masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan atau makanan, Cs-137 akan tersimpan di jaringan lunak, seperti otot. Dari sana, ia terus memancarkan radiasi dari dalam. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko kanker jangka panjang.

Meski jejak Radioaktif Cesium 137 masih di temukan dari uji coba nuklir pada era 1950–1960-an, paparan dalam jumlah kecil di lingkungan umumnya dianggap tidak berbahaya. Namun, dalam konsentrasi tinggi seperti yang di temukan di Cikande, Cs-137 bisa menjadi ancaman kesehatan serius. Terutama jika tidak di tangani secara tepat.

Langkah Selanjutnya: Pengawasan dan Pencegahan

Penemuan ini menegaskan pentingnya pengawasan ketat terhadap limbah industri. Khususnya logam bekas yang berpotensi mengandung zat radioaktif. Pemerintah dan pelaku industri harus memperkuat sistem deteksi dan pencegahan. Sehingga insiden serupa tidak terulang. Terutama demi menjaga reputasi ekspor Indonesia di pasar global.

No More Posts Available.

No more pages to load.