Dalam dunia bisnis dan ekonomi kreatif, istilah “Rojali,” yang merupakan singkatan dari “rombongan jarang beli,” sering kali menjadi keluhan umum para pelaku usaha. Istilah ini merujuk pada kelompok pengunjung atau wisatawan yang datang hanya untuk melihat-lihat, mengambil foto, atau bertanya, tanpa melakukan pembelian. Namun, mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, menawarkan sebuah perspektif yang benar-benar berbeda. Ia mengubah makna negatif tersebut menjadi sebuah konsep strategis yang proaktif dan memberdayakan.
Menurut Sandiaga, “Rojali” seharusnya di artikan sebagai “rombongan jadi beli.” Perubahan makna ini bukan sekadar permainan kata, melainkan sebuah filosofi yang di rancang untuk mengubah pola pikir dari pasif menjadi proaktif. Dengan konsep ini, para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di dorong untuk melihat setiap kunjungan sebagai peluang, bukan sekadar lalu-lalang. Mereka di tantang untuk berinovasi, menciptakan produk yang begitu menarik, unik, atau memiliki cerita kuat di baliknya, sehingga pengunjung merasa terdorong untuk membeli. Ini adalah langkah nyata untuk meningkatkan daya saing dan mengoptimalkan potensi pasar yang ada.
Gagasan ini muncul dari pengamatan mendalam Sandiaga terhadap dinamika pasar. Ia melihat bahwa banyak pelaku UMKM yang merasa frustrasi dan kehilangan semangat karena fenomena “Rojali”,”rombongan jarang beli.” Dengan mengubah narasi menjadi “rombongan jadi beli,” Sandiaga ingin membangkitkan kembali semangat kewirausahaan. Ia mengajak para pelaku usaha untuk berpikir kreatif, misalnya dengan meningkatkan kualitas produk, memperbaiki kemasan, atau bahkan menciptakan pengalaman berbelanja yang tak terlupakan. Tujuannya adalah mengubah pengunjung dari sekadar penonton menjadi konsumen yang loyal.
Sandiaga Uno Memberikan dan Menjelaskan Istilah Dari Rojali
Tidak berhenti di situ, Sandiaga juga memperkenalkan istilah lain yang tidak kalah penting, yaitu “Rogana,” akronim dari “rombongan enggak pakai nawar-nawar.” Konsep ini bertujuan untuk mengedukasi konsumen agar lebih menghargai kualitas produk dan kerja keras yang ada di baliknya. “Rogana” menggambarkan konsumen yang berbelanja dengan kesadaran penuh, tanpa harus menawar harga yang telah di tetapkan. Perilaku ini sangat krusial bagi keberlanjutan UMKM. Ketika penjual tidak lagi terjebak dalam siklus tawar-menawar yang dapat mengikis keuntungan, mereka memiliki modal untuk berinvestasi kembali dalam bisnisnya, baik untuk meningkatkan kualitas produk, mengembangkan produk baru, maupun memperluas skala usaha. “Rogana” adalah cerminan dari ekosistem ekonomi yang sehat, di mana penjual dan pembeli memiliki hubungan saling menghargai.
Filosofi di balik “Rojali” dan “Rogana” ini memiliki implikasi yang luas. Ini mendorong para pelaku UMKM untuk menjadi lebih kompetitif dan berorientasi pada nilai. Mereka tidak lagi hanya bersaing dalam hal harga, tetapi juga dalam inovasi, kualitas, dan pengalaman yang di tawarkan. Dampak dari perubahan pola pikir ini sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan omzet UMKM akan menciptakan efek domino, mulai dari penciptaan lapangan kerja, peningkatan produksi, hingga pertumbuhan ekonomi di tingkat daerah. Ini adalah strategi holistik yang tidak hanya berfokus pada satu aspek, tetapi pada seluruh ekosistem ekonomi kreatif.
Baca Juga : Waspada! Putar Lagu di Kafe Tanpa Izin Bisa Masuk Penjara
Mengubah Mindset UMKM untuk menjadi lebih kompetitif
Gagasan ini muncul dari pengamatan mendalam Sandiaga terhadap perilaku wisatawan. Ia melihat bahwa banyak kelompok pengunjung yang datang hanya sekadar melihat-lihat atau bertanya-tanya, tanpa melakukan transaksi. Alih-alih menganggap hal ini sebagai kerugian, Sandiaga melihatnya sebagai sebuah peluang besar. “Rojali” versi Sandiaga adalah seruan bagi para pelaku UMKM untuk meningkatkan daya tarik produk dan layanan mereka. Ini adalah tantangan untuk berinovasi, menciptakan produk yang unik, kemasan yang menarik, atau pengalaman yang tak terlupakan, sehingga pengunjung yang datang merasa terdorong untuk membeli. Tujuannya adalah mengubah “rombongan jarang beli” menjadi konsumen yang loyal dan menguntungkan.
Lebih lanjut, konsep Sandiaga ini juga sangat relevan dengan era digital saat ini. Di tengah pesatnya perkembangan e-commerce dan media sosial, “Rojali” tidak lagi terbatas pada kunjungan fisik. Banyak pelaku UMKM yang kini mengandalkan platform digital untuk mempromosikan produk mereka. Dengan strategi konten yang menarik, mereka dapat mengubah “follower” atau pengikut di media sosial dari “rombongan jarang beli” menjadi “rombongan jadi beli” secara virtual. Ini menunjukkan bahwa gagasan Sandiaga tidak hanya terbatas pada konteks offline, tetapi juga sangat adaptif dan relevan dengan tren digital masa kini.
Secara keseluruhan, “Rojali” versi Sandiaga Uno adalah lebih dari sekadar istilah. Ini adalah sebuah paradigma baru yang mengajak kita untuk melihat tantangan sebagai peluang. Dengan mengubah cara pandang, dari pesimis menjadi optimistis, kita dapat menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih kuat, inovatif, dan berkelanjutan.







