Bentrok sengit telah meletus antara Thailand dan Kamboja di sepanjang perbatasan yang di sengketakan. Kejadian ini menyebabkan sedikitnya 13 warga sipil dan satu tentara Thailand tewas. Insiden ini, yang di picu oleh saling tuding atas penembakan dan pengeboman, telah memicu krisis diplomatik. Hal ini juga menimbulkan seruan mediasi dari komunitas internasional karena situasi Thailand-Kamboja memanas secara drastis.
Pertempuran terbaru yang membuat situasi Thailand-Kamboja memanas di mulai pada Kamis pagi. Lokasi kejadian berada dekat Kuil Ta Moan Thom yang di sengketakan, di provinsi Oddar Meanchey, Kamboja barat laut. Konflik dengan cepat meluas ke setidaknya enam wilayah sepanjang perbatasan. Kejadian ini menyebabkan militer Thailand menutup semua akses perbatasan antara kedua negara.
Korban Jiwa dan Kerugian Akibat Thailand-Kamboja Memanas
Kementerian Kesehatan Thailand melaporkan 13 warga sipil dan satu tentara tewas akibat tembakan senjata berat pasukan Kamboja di wilayah Thailand. Selain itu, 32 warga sipil dan 14 tentara terluka. Menteri Kesehatan Thepsuthin Somsak bahkan menyebut serangan Kamboja, termasuk yang menargetkan rumah sakit yang telah di evakuasi, sebagai kejahatan perang.
Enam korban sipil tewas dan dua lainnya terluka dalam penembakan di dekat SPBU di Ban Phue, sekitar 20 km dari perbatasan. Sejauh ini, Kamboja belum mengeluarkan pernyataan mengenai korban di pihaknya.
Baca Juga : Topan Wipha Menerjang Hong Kong: Dampak dan Pemulihan Cepat
Pertempuran ini juga menyebabkan evakuasi massal sedikitnya 40.000 warga sipil dari lebih dari 80 desa dekat perbatasan di provinsi Surin, Thailand. Video media sosial menunjukkan ratusan orang berjalan kaki membawa barang-barang mereka mencari tempat perlindungan. Kondisi ini mencerminkan betapa cepatnya situasi Thailand-Kamboja memanas hingga berdampak luas pada masyarakat.
Saling Tuduh dan Tanggapan Militer Saat Thailand-Kamboja Memanas
Kedua negara saling menyalahkan atas pecahnya pertempuran yang membuat Thailand-Kamboja memanas.
- Versi Thailand: Militer Thailand menyatakan insiden di mulai sekitar pukul 07:35 pagi (00:35 GMT) ketika unit penjaga Kuil Ta Moan Thom mendeteksi drone Kamboja dan melihat enam tentara Kamboja bersenjata mendekati posisi mereka. Sekitar pukul 08:20 pagi, pasukan Kamboja menembaki sisi timur kuil dan menyerang distrik Kap Choeng, Surin, dengan dua roket BM-21. Sebagai respons, enam jet tempur F-16 Thailand di kerahkan dari Ubon Ratchathani dan menyerang dua “target militer Kamboja di darat.”
- Versi Kamboja: Kementerian Pertahanan Kamboja mengklaim Thailand lebih dulu mengerahkan pesawat tak berawak sebelum melepaskan tembakan. Kamboja menegaskan mereka “bertindak secara ketat dalam batasan pembelaan diri, menanggapi serangan tak beralasan oleh pasukan Thailand yang melanggar integritas teritorial kami.” Mereka mengutuk keras “agresi militer yang gegabah dan brutal” Thailand, setelah jet tempur Thailand menjatuhkan dua bom di jalanan. Mantan Perdana Menteri Hun Sen menambahkan bahwa tentara Kamboja “tidak punya pilihan selain melawan dan melakukan serangan balik.”
Latar Belakang Konflik dan Seruan Internasional
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja telah meningkat selama berminggu-minggu. Hal ini berakar pada perselisihan perbatasan yang telah berlangsung lebih dari satu abad. Garis perbatasan sepanjang 817 km ini tidak sepenuhnya di batasi sejak era kolonial Prancis. Situasi ini menjadi pemicu bentrokan mematikan yang telah terjadi selama puluhan tahun, termasuk pada tahun 2008 dan Mei lalu.
Peningkatan ketegangan baru-baru ini yang membuat Thailand-Kamboja memanas di picu oleh insiden ranjau darat. Thailand mengklaim ranjau darat baru yang di pasang Kamboja melukai dua tentaranya dalam seminggu. Hal ini menyebabkan Thailand menarik duta besarnya dari Kamboja dan mengumumkan pengusiran utusan Kamboja. Kamboja membantah menanam ranjau baru. Mereka mengklaim tentara Thailand menyimpang dari jalur yang di sepakati dan memicu ranjau peninggalan perang saudara Kamboja.
Menanggapi kekerasan ini, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet telah meminta pertemuan mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyatakan bahwa situasi ini “sangat mengancam perdamaian di kawasan.”
Seruan untuk meredakan ketegangan juga datang dari negara-negara lain:
- Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, selaku ketua ASEAN saat ini, menyatakan kedua pihak menunjukkan “kesediaan” untuk mencegah permusuhan lebih lanjut setelah berbicara dengan para pemimpin Thailand dan Kamboja. Malaysia siap membantu memfasilitasi proses ini dalam semangat persatuan ASEAN.
- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Guo Jiakun juga menyatakan keprihatinan mendalam dan berharap kedua belah pihak menyelesaikan masalah melalui dialog, dengan Tiongkok siap memainkan peran konstruktif.
Phil Robertson, Direktur Asia Human Rights and Labour Advocates (AHRLA), memprediksi situasi kemungkinan akan “menjadi lebih buruk sebelum membaik”. Kedua belah pihak tidak ingin terlihat mengalah. Ketegangan nasionalis juga di aporkan meningkat di kedua negara. Kamboja baru-baru ini mengumumkan wajib militer mulai tahun depan. Ini menunjukkan betapa seriusnya kondisi Thailand-Kamboja memanas.







