JAKARTA – Gelombang kekecewaan terhadap kinerja legislatif kembali memuncak hari ini, Selasa (26/08), saat ratusan demonstran terlibat kericuhan di depan Gedung DPR/MPR. Mereka turun ke jalan dengan satu tuntutan utama yang lantang: tuntut bubarkan DPR.
Aksi yang dipimpin mahasiswa dan aktivis berlangsung tertib pada awalnya, tetapi memanas saat massa berusaha menerobos barikade kawat berduri aparat keamanan. Kericuhan pun tak terhindarkan. Aparat menembakkan gas air mata dan menyemprotkan air dari water cannon untuk membubarkan massa yang semakin emosional. Beberapa demonstran terlihat jatuh pingsan, sementara yang lain terlibat aksi dorong-dorongan dengan petugas.
Suara Rakyat yang Kecewa Tuntut Bubarkan DPR
Tuntut bubarkan DPR bukanlah sekadar teriakan kosong. Para demonstran membawa berbagai spanduk dan poster yang menyuarakan kekecewaan mendalam terhadap para wakil rakyat. Salah satu pemicu utama kemarahan massa adalah usulan kenaikan gaji dan tunjangan anggota dewan di tengah kondisi ekonomi yang sulit.
“Saat rakyat susah mencari pekerjaan, mereka justru sibuk menaikkan gaji sendiri. DPR sudah tidak lagi mewakili rakyat, mereka hanya mewakili kepentingan pribadi! Kami tuntut bubarkan DPR!” teriak seorang orator dari atas mobil komando.
Baca Juga : Pentingnya Obat Cacing Mengetahui Manfaat Untuk Usia Dini
Selain menuntut kenaikan gaji, massa juga menyoroti lambannya penanganan kasus korupsi serta pembuatan undang-undang yang mereka nilai tidak berpihak pada kepentingan publik. Para pendemo menuduh elit politik kian menjauh dari realitas kehidupan rakyat sehari-hari.
Respon Pemerintah dan Implikasi Politik
Kericuhan ini memicu beragam respons dari berbagai pihak. Pihak kepolisian menyatakan bahwa mereka terpaksa mengambil tindakan tegas karena aksi demonstrasi sudah mengarah pada tindakan anarkis. Sementara itu, Ketua DPR dalam konferensi pers menyatakan akan menampung aspirasi massa yang menuntut pembubaran DPR, namun ia mengecam keras aksi kekerasan yang terjadi.
“Kami menghormati kebebasan berpendapat, namun kami menolak cara-cara anarkis yang merusak,” ujarnya.
Pengamat politik menilai bahwa aksi ini adalah cerminan dari krisis kepercayaan yang semakin mengakar dalam sistem politik Indonesia. Dengan menyerukan pembubaran DPR, massa menekan para wakil rakyat supaya berbenah. Jika wakil rakyat mengabaikan tuntutan itu, publik akan semakin meluapkan ketidakpuasannya dan bisa memicu gejolak politik besar.
Hingga berita ini diturunkan, situasi di sekitar Gedung DPR/MPR masih dalam pengawasan ketat aparat keamanan. Sebagian massa telah membubarkan diri, namun sebagian lainnya masih bertahan, menunjukkan bahwa api protes belum padam dan rakyat akan terus menagih janji-janji wakilnya.
