Penantian panjang Afrika Selatan untuk meraih gelar utama dari International Cricket Council (ICC) akhirnya berakhir. Mereka berhasil mengalahkan Australia dengan selisih lima wicket di final WTC 2025, sebuah kemenangan besar pertama mereka dalam sejarah kriket. Pertandingan puncak ini berlangsung di Lord’s Cricket Ground, London, sebuah venue yang dikenal sebagai “rumah kriket”.
Proteas menunjukkan performa tenang pada Sabtu pagi. Mereka berhasil menambah sisa 29 run yang dibutuhkan sebelum istirahat makan siang. Kemenangan ini mereka capai dengan menyisakan lebih dari satu setengah hari waktu pertandingan, memicu perayaan emosional di antara para pemain dan penonton. Mereka meningkatkan perolehan penting dari 213-2 semalam menjadi 282-5. Kemenangan ini menjadikannya pengejaran run tersukses kedua dalam sejarah 141 tahun Lord’s.
Ketangguhan Afrika Selatan di Bawah Tekanan Australia di Final WTC 2025
Australia, sebagai juara bertahan, tidak menyerahkan trofi WTC 2025 begitu saja. Mereka terus menyerang dan memberikan tekanan besar kepada tim Afrika Selatan. Tim Afrika Selatan memiliki sejarah buruk dalam menyia-nyiakan posisi menang di panggung besar ICC. Namun, mereka kali ini menunjukkan keteguhan dan ketenangan luar biasa. Mereka hanya mencetak tiga boundary dalam lebih dari dua jam, dan hanya kehilangan tiga wicket pada hari Sabtu dalam suasana penuh tekanan.
Pembuka Aiden Markram menjadi sosok tak tergoyahkan. Australia berhasil menahan Markram hingga di penghujung laga. Markram melanjutkan permainannya di hari itu dengan 102 run dan akhirnya keluar dengan 136 run saat tim hanya membutuhkan enam run lagi untuk menang. Ia menghabiskan enam jam 23 menit yang heroik di tengah lapangan. Sekitar 15 menit kemudian, Kyle Verreynne memecah ketegangan dengan mencetak angka kemenangan melalui pukulan drive ke cover.
Baca Juga : Lo Kheng Hong: Tegaskan Kembali Filosofi Investasi Abadi di BEI
Markram dan kapten Temba Bavuma sebelumnya telah membangun fondasi kemenangan. Mereka membangun kemitraan tak terkalahkan dan tanpa peluang senilai 143 run sehari sebelumnya. Meskipun mereka tidak dapat menyelesaikan apa yang mereka mulai bersama, Bavuma hanya mampu menambah empat run sebelum Pat Cummins menyingkirkannya di angka 66 run, satu run lebih banyak dari perolehannya semalam. Tristan Stubbs juga sempat tertekan. Mitchell Starc menyingkirkannya di angka 8 saat Afrika Selatan hanya membutuhkan 41 run lagi.
Markram sendiri tidak dapat menikmati momen kemenangan terakhir. Dengan enam run yang dibutuhkan untuk menang di WTC, Travis Head menangkapnya di midwicket dari bowling Josh Hazlewood. Uniknya, alih-alih merayakan wicket, para pemain Australia menepuk punggung Markram dan mengucapkan selamat atas innings penentu kemenangannya. Para penonton berdiri memberikan tepuk tangan. Mereka kembali berdiri saat akhir pertandingan tiba. Mereka menyaksikan kekalahan telak Australia dengan lima sesi tersisa.
Sejarah Terukir dan Emosi yang Meluap di ICC
Kemenangan ini terasa sangat emosional bagi Afrika Selatan. Mereka telah lama dihantui oleh sejarah kejam di panggung terbesar ICC. Mereka mengalami kekalahan menyakitkan di berbagai turnamen penting seperti Birmingham 1999, Dhaka 2011, Auckland 2015, Kolkata 2023, dan Bridgetown 2024. Namun, London 2025 kini akan tercatat sebagai salah satu hari terhebat dalam sejarah olahraga Afrika Selatan.
Tim kriket yang sebelumnya sering dianggap tidak diunggulkan, berhasil meraih keuntungan dan tidak melepaskan diri. Mereka melawan salah satu tim Tes Australia yang hebat untuk mengamankan gelar setara dengan Piala Dunia Kriket ICC/WTC dan Piala Dunia T20.
“Kami telah menempuh perjalanan panjang sebagai sebuah tim, sebagai sebuah negara,” kata Keshav Maharaj dengan suara emosional. “Kami selalu mengatakan bahwa kami ingin menjadi orang baik dan bermain dengan baik. Mengacu pada gelar terakhir Afrika Selatan, Piala Champions ICC 1998, Maharaj menahan tangisnya dan menambahkan, “Setelah 27 tahun menderita, akhirnya bisa mencapai garis finis adalah hal yang sangat emosional. Kami sangat bersyukur memiliki Temba (Bavuma, kapten) yang membawa kami mencapai garis finis.”
Maharaj juga menyoroti pentingnya keberagaman tim. “Keberagaman adalah kekuatan kita, jadi melihat kerumunan itu, mereka mewakili makna negara pelangi kita. Mengangkat trofi WTC 2025 akan semakin mempersatukan bangsa.”







