, ,

4 Perusahaan Indonesia yang Dulu Terkenal, Kini Bangkrut

oleh -10 Dilihat
4 Perusahaan Indonesia Besar Gulung Tikar

Menjalankan sebuah bisnis tentu membutuhkan perhitungan yang matang dan tegas. Tanpa itu, bahkan perusahaan Indonesia sebesar apa pun bisa terancam bangkrut.

Dulu, ada sejumlah perusahaan Indonesia yang sempat berjaya dan dikenal luas. Sayangnya, perjalanan mereka tak bertahan lama. Berbagai masalah, mulai dari utang menumpuk hingga kesalahan strategi, membuat beberapa perusahaan-perusahaan ini harus gulung tikar.

Salah satu faktor utama kebangkrutan adalah beban utang yang sulit dibayar. Selain itu, masih banyak penyebab lain yang akhirnya menjatuhkan bisnis mereka.

Lalu, perusahaan-perusahaan besar mana saja yang pernah mengalami kebangkrutan di Indonesia? Simak daftarnya beserta penyebab di balik kejatuhan mereka dalam artikel ini.

Baca Juga : Gempur Narkoba: Pabrik Liquid Vape Maut Terbongkar di Medan!

Inilah Beberapa Perusahaan Indonesia Besar Gulung Tikar

Dalam catatan Nusasuara, ada sejumlah perusahaan Indonesia yang pernah berjaya namun akhirnya harus menghadapi kebangkrutan. Beberapa di antaranya adalah:

  • PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA)

PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA) merupakan perusahaan Indonesia di bidang teh yang berdiri sejak 1973. Perusahaan ini terkenal berkat produk teh celupnya yang melegenda. Namun, pada 2018 Sariwangi dinyatakan pailit karena tak mampu membayar cicilan utang ke Bank ICBC Indonesia. Total utangnya saat itu mencapai sekitar Rp 316 miliar.

Sebagai catatan, Unilever hanya membeli merek Sariwangi pada 1989, bukan perusahaannya. Hingga sebelum pailit, Unilever masih mengambil pasokan dari SAEA.

  • Nyonya Meneer

Nyonya Meneer adalah salah satu perusahaan Indonesia legendaris yang bergerak di bidang jamu tradisional. Sayangnya, perusahaan ini dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Semarang pada 2017.

Penyebab kebangkrutannya antara lain perselisihan internal keluarga penerus, beban utang besar, dan minimnya inovasi produk. Gugatan pailit diajukan salah satu kreditur karena perusahaan tidak menepati janji membayar utang.

  • 7-Eleven Indonesia

7-Eleven sempat menjadi tren di kalangan anak muda Jakarta berkat konsep gerai yang memadukan convenience store dengan tempat nongkrong. Namun, bisnis 7-Eleven di Indonesia tak mampu bertahan. Pada 2017, seluruh gerainya ditutup akibat biaya operasional yang membengkak dan tidak sebanding dengan pemasukan.

  • Kodak Indonesia

Kodak memang merek global, tapi dulu hadir kuat lewat perwakilan perusahaan Indonesia yang mengelola bisnisnya di Tanah Air. Di era kejayaan fotografi analog, Kodak sangat populer. Namun, perusahaan ini akhirnya bangkrut pada 2012 karena kalah bersaing dengan produk-produk digital dan minim inovasi.

Beberapa Penyebab Terjadinya Bangkrut Perusahaan Indonesia

Ada berbagai faktor yang bisa membuat sebuah perusahaan bangkrut, baik itu perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Dilansir dari situs OCBC, berikut sejumlah penyebab umum yang kerap menjerat perusahaan Indonesia hingga akhirnya harus gulung tikar:

  • Utang yang Menumpuk

Salah satu faktor utama kebangkrutan adalah utang yang menggunung. Terlalu banyak utang, apalagi dengan suka bunga yang tinggi, bisa menjadi beban berat bagi perusahaan. Kondisi ini memaksa perusahaan membayar bunga besar setiap periode, sehingga sulit meraih laba yang cukup untuk menutup utang tersebut.

  • Manajemen yang Lemah

Manajemen yang tidak kompeten juga menjadi penyebab perusahaan yang kehilangan arah. Tanpa strategi yang jelas dalam mengelola keuangan, operasional, hingga sumber daya, perusahaan rentan mengalami kerugian hingga akhirnya bangkrut.

  • Penurunan Penjualan

Sekuat apa pun sebuah perusahaan Indonesia, jika angka penjualannya terus menurun, risiko kebangkrutan pasti mengintai. Penurunan penjualan bisa disebabkan banyak hal, mulai dari persaingan bisnis yang semakin ketat, promosi yang kurang maksimal, produk yang tidak inovatif, hingga perubahan tren dan lingkungan pasar.

  • Kondisi Ekonomi Global yang Lesu

Faktor eksternal seperti lesunya perekonomian global juga bisa menyeret perusahaan ke jurang kebangkrutan. Saat ekonomi dunia melemah, daya beli masyarakat turun karena mereka memilih menahan pengeluaran. Hal ini sempat terjadi saat pandemi COVID-19, di mana banyak perusahaan harus menutup usaha karena dampak ekonomi yang begitu besar.

Itulah beberapa penyebab umum yang membuat perusahaan Indonesia bisa bangkrut. Semoga informasi ini bermanfaat, terutama bagi Anda para pebisnis yang ingin terus berkembang dan sukses di tengah ketatnya persaingan pasar yang dinamis dan penuh tantangan di masa depan, agar tidak tergerus zaman dan tetap relevan!