Jakarta — Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa konflik di Gaza tidak akan berhenti sebelum Hamas di lucuti sepenuhnya dari persenjataan. Selain itu, Jalur Gaza juga harus mengalami demiliterisasi total.
Pernyataan ini muncul usai sayap militer Hamas, Brigade Ezzedine Al-Qassam, menyerahkan dua jenazah sandera pada Sabtu (18/10). Penyerahan tersebut merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata sementara yang di mediasi oleh Amerika Serikat.
Pada malam yang sama, kantor Netanyahu mengonfirmasi bahwa Palang Merah telah menerima jenazah. Jenazah tersebut kemudian di serahkan kepada militer Israel di Gaza untuk selanjutnya di bawa ke Israel guna proses identifikasi.
Fase Kedua Gencatan Senjata Jadi Penentu
Pengembalian jenazah sandera menjadi salah satu aspek krusial dalam implementasi fase pertama gencatan senjata. Menurut laporan AFP, Israel bahkan mengaitkan pembukaan kembali perbatasan Rafah dengan keberhasilan menemukan dan mengidentifikasi seluruh sandera yang masih berada di Gaza.
Netanyahu menegaskan bahwa keberhasilan fase kedua, yakni pelucutan senjata Hamas dan demiliterisasi penuh Jalur Gaza. Ini menjadi kunci utama untuk mengakhiri perang.
“Jika tahap ini berhasil, semoga bisa tercapai dengan cara yang mudah. Jika tidak, maka akan dilakukan dengan cara yang sulit. Dan setelah itu, barulah perang akan berakhir,” ujar Netanyahu dalam wawancara dengan Channel 14 Israel.
Namun, hingga kini Hamas menolak syarat tersebut. Bahkan, setelah jeda pertempuran, kelompok tersebut telah kembali mengonsolidasikan kekuatannya dan mengambil alih sejumlah wilayah di Gaza.
AS Peringatkan Potensi Serangan Baru Hamas
Sementara itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengungkapkan bahwa mereka menerima “laporan kredibel” tentang rencana serangan segera oleh Hamas terhadap warga sipil Gaza.
Dalam pernyataan resmi yang di rilis Sabtu (18/10), AS menyatakan bahwa jika serangan itu terjadi, maka akan menjadi pelanggaran serius terhadap kesepakatan gencatan senjata. “Jika Hamas melanjutkan rencana serangan ini, maka langkah-langkah akan di ambil untuk melindungi rakyat Gaza. Juga, menjaga integritas gencatan senjata,” tulis Kemenlu AS.
Baca Juga: Vladimir Putin Menghadapi Kritikan Setelah Kecelakaan
Kondisi Terbaru Gaza: Korban Terus Bertambah
Dalam 48 jam terakhir, 29 jenazah telah tiba di berbagai rumah sakit di Gaza. Rinciannya: 23 korban meninggal akibat serangan udara Israel, 4 orang tewas dalam serangan langsung, dan 2 lainnya meninggal karena luka-luka berat. Selain itu, 21 warga sipil mengalami luka-luka dan di rawat di fasilitas medis setempat.
Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban tewas akibat agresi Israel telah mencapai 68.116 jiwa. Sementara itu, 170.200 orang lainnya terluka.
ICC Terbitkan Surat Penangkapan terhadap Netanyahu
Sebagai respons atas situasi kemanusiaan yang memburuk, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pada November 2024 menetapkan Benjamin Netanyahu serta mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, sebagai tersangka kejahatan perang.
ICC secara resmi mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap keduanya. Langkah ini mempertegas tekanan global atas tindakan militer Israel di Gaza yang di sebut-sebut sebagai potensi genosida.







