Starbucks kini memasuki tahap krusial dalam strateginya untuk pulih di 2025: merebut kembali hati para karyawannya.

oleh
Starbucks

Starbucks kini berupaya keras menenangkan investor dan menarik kembali pelanggan melalui strategi pemulihan komprehensif. Upaya ini berfokus pada meyakinkan manajer toko dengan janji peningkatan tempat duduk di dalam kafe dan promosi internal. Sejak minggu pertamanya menjabat, CEO Brian Niccol telah berkomitmen membawa perusahaan “kembali ke Starbucks,” sebuah moto yang bertujuan menghidupkan kembali penjualan yang lesu.

Visi ini terlihat jelas dalam acara “Leadership Experience” perusahaan yang baru-baru ini berlangsung selama tiga hari di Las Vegas. Lebih dari 14.000 pemimpin toko menghadiri acara tersebut. Mereka memperkenalkan kopi baru bernama Roast 1971, sebagai penghormatan pada tahun pembukaan gerai pertamanya di Pike Place, Seattle. Bahkan para finalis di Global Barista Championships perdana menggemakan sentimen “kembali ke Starbucks” saat mereka menyiapkan minuman untuk juri, dan frasa tersebut bahkan menjadi kata sandi Wi-Fi acara.

Kepada para investor, Niccol telah memaparkan strategi multi-bagian. Ini mencakup perombakan pemasaran, peningkatan staf di dalam kafe, perbaikan aplikasi seluler, dan penciptaan lokasi yang lebih nyaman. Perusahaan juga telah melakukan efisiensi operasional dengan merumahkan sekitar 1.100 pekerja korporat awal tahun ini. Tujuan mereka adalah mengurangi PHK di masa mendatang. Respons pasar cukup positif, dengan saham Starbucks naik hampir 20% sejak April dan diperdagangkan sedikit di bawah harga puncaknya setelah Niccol diumumkan sebagai CEO.

Starbucks dan Karyawan: Memenangkan Kembali Kepercayaan Internal

Meskipun Starbucks telah mengambil langkah besar untuk memenangkan kembali pelanggan dan Wall Street, tantangan besar berikutnya adalah mendapatkan kembali kepercayaan di antara karyawannya. Selama bertahun-tahun, staf telah menyuarakan kekhawatiran tentang jam kerja dan beban kerja, yang menjadi pemicu gelombang serikat pekerja yang meluas di seluruh AS.

Baca Juga : Meme Wanita dan Kucing: Kisah di Balik Meme Viral yang Ikonik

Untuk mengatasi masalah ini dan menarik minat para manajer toko, para eksekutif Starbucks fokus pada pemberian kendali yang lebih besar. Sebelum meluncurkan minuman baru, seperti busa dingin yang kaya protein, perusahaan kini akan mengujinya di lima toko terlebih dahulu. Mereka ingin mendapatkan masukan langsung dari para barista.

Selain itu, saat jaringan kafe menambah jumlah stafnya musim panas ini, para manajer akan memiliki suara lebih besar dalam menentukan berapa banyak barista yang mereka butuhkan. Sebuah inisiatif penting lainnya adalah rencana untuk menambah asisten manajer di sebagian besar toko di Amerika Utara mulai tahun depan.

“Kembali ke Starbucks“: Mengembalikan “Tempat Ketiga”

Strategi Brian Niccol “kembali ke Starbucks” berpusat pada gagasan bahwa budaya perusahaan telah goyah seiring berjalannya waktu. Acara Leadership Experience ini, yang biasanya berlangsung setiap beberapa tahun, merupakan yang pertama sejak 2019. Itu berarti acara tersebut berlangsung di bawah tiga CEO yang berbeda. “Kami adalah bisnis yang mengutamakan koneksi dan kemanusiaan,” kata Niccol pada Selasa sore. Ia berpidato di hadapan lebih dari 14.000 manajer. Ia menekankan bahwa “orang-orang hebat menghasilkan hal-hal hebat,” menggarisbawahi pentingnya peran karyawan.

Seiring dengan meningkatnya jumlah pelanggan yang memesan latte melalui aplikasi perusahaan, kafe-kafe mereka secara paradoks telah kehilangan identitasnya sebagai “tempat ketiga” yang nyaman bagi orang-orang untuk berkumpul dan menikmati minuman mereka. Untuk menghidupkan kembali budaya Starbucks yang autentik, perusahaan tersebut membatalkan beberapa keputusan sebelumnya. Ini termasuk kebijakan menyingkirkan kursi dari kafe-kafe mereka.

Dalam beberapa tahun terakhir, jaringan tersebut telah menghilangkan sekitar 30.000 kursi dari lokasinya. Keputusan ini telah mengecewakan baik pelanggan maupun karyawan. Niccol bahkan menceritakan bagaimana manajer Starbucks lokalnya di Newport Beach, California, pernah memintanya untuk menghapus tokonya dari daftar renovasi. Manajer itu ingin mempertahankan kursi-kursi tersebut, menunjukkan betapa pentingnya elemen ini bagi pengalaman di toko.

Howard Schultz, CEO tiga periode yang mengubah Starbucks dari jaringan kecil menjadi pusat kopi global, mengejutkan banyak pihak. Ia hadir di acara Leadership Experience pada Rabu pagi. Momen ini menandai pertama kalinya Schultz tampil di hadapan publik bersama Brian Niccol sejak dewan direksi memutuskan untuk menggantikan penerus pilihannya, Laxman Narasimhan. Mereka menunjuk mantan CEO Chipotle tersebut untuk mengambil alih kendali perusahaan.