Dalam dinamika keluarga modern, grandparenting, atau peran kakek-nenek, menjadi semakin menonjol. Di satu sisi, kehadiran mereka adalah berkah tak ternilai, memberikan dukungan, kasih sayang, dan kebijaksanaan yang memperkaya tumbuh kembang anak. Namun, di sisi lain, perbedaan gaya pengasuhan anak antara generasi tua dan orangtua bisa memicu ketegangan, bahkan menjadi sumber perseteruan. Lantas, bagaimana keluarga dapat mewujudkan sinergi positif, alih-alih terjebak dalam konflik?
Kakek-nenek sering menjadi tulang punggung keluarga, terutama bagi pasangan muda yang bekerja. Mereka menawarkan bantuan praktis, mulai dari mengantar-jemput anak sekolah, menyiapkan makanan, hingga menjaga anak saat orangtua tidak ada. Namun, Grandparenting atau peran kakek-nenek jauh melampaui bantuan fisik. Mereka adalah sosok yang memberi kasih sayang tanpa syarat, menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan cucu. Ini penting untuk perkembangan emosional anak.
Kakek-nenek juga berfungsi sebagai jembatan ke masa lalu. Mereka berbagi cerita, nilai-nilai, dan tradisi keluarga yang mungkin orangtua tidak ajarkan karena kesibukan. Dengan pengalaman hidup yang lebih panjang, mereka dapat memberikan perspektif dan nasihat berharga dalam berbagai situasi, baik bagi cucu maupun orangtua. Kehadiran mereka juga dapat mengurangi tingkat stres orangtua, memberi ruang untuk istirahat atau fokus pada pekerjaan, karena mereka tahu anak-anak berada di tangan yang aman.
Potensi Konflik Pengasuhan dan Area Gesekan
Meskipun niat kakek-nenek selalu baik, perbedaan pendekatan pengasuhan sering memicu konflik pengasuhan. Ini beberapa area umum di mana gesekan sering terjadi:
- Disiplin: Kakek-nenek mungkin lebih permisif atau, sebaliknya, lebih kaku dalam aturan dibandingkan orangtua. Contoh klasiknya adalah mereka yang terlalu memanjakan cucu dengan makanan manis atau melonggarkan jam tidur.
- Nutrisi dan Kesehatan: Perbedaan pandangan tentang makanan sehat, penggunaan gawai, atau kebiasaan tidur bisa menjadi sumber perdebatan. Kakek-nenek mungkin tidak up-to-date dengan rekomendasi nutrisi atau kesehatan terbaru.
- Teknologi: Penggunaan gawai dan waktu layar menjadi area sensitif. Kakek-nenek mungkin tidak menyadari batasan yang orangtua tetapkan atau sebaliknya, terlalu membatasi penggunaan gawai.
- Nilai dan Tradisi: Terkadang nilai-nilai yang mereka turunkan dapat bertentangan dengan nilai-nilai modern yang orangtua anut.
- Kurangnya Komunikasi: Masalah sering muncul bukan karena niat buruk, tetapi karena kurangnya komunikasi keluarga yang jelas dan terbuka tentang ekspektasi dan batasan.
Konflik semacam ini dapat membuat orangtua merasa otoritasnya diremehkan, sementara kakek-nenek merasa tidak dihargai atau diremehkan pengalamannya. Anak-anak yang paling dirugikan karena mereka bisa bingung dengan aturan yang tidak konsisten.
Menciptakan Sinergi Positif: Kunci Menuju Harmoni
Mewujudkan sinergi bukanlah hal mustahil. Kuncinya terletak pada komunikasi keluarga yang efektif, rasa saling hormat, dan penetapan batasan yang jelas.
Komunikasi Terbuka, Batasan Jelas, dan Rasa Hormat
Orangtua harus mengajak kakek-nenek berbicara secara jujur dan hormat tentang gaya pengasuhan Anda. Jelaskan alasan di balik aturan-aturan Anda. Misalnya, katakan, “Kami membatasi gula karena ingin anak belajar pola makan sehat,” bukan “Jangan beri gula, kalian terlalu memanjakan!” grandparenting atau Kakek-nenek juga harus mendengarkan dengan pikiran terbuka. Mereka perlu memahami bahwa dunia telah berubah dan metode pengasuhan juga berkembang. Sampaikan pandangan Anda dengan bijak dan tawarkan saran, bukan perintah.
Selain komunikasi terbuka, Anda harus menetapkan batasan yang jelas. Identifikasi area-area di mana Anda memerlukan konsistensi, seperti disiplin, waktu tidur, atau aturan screen time. Komunikasikan batasan ini dengan sopan namun tegas. Contoh: “Kami sangat menghargai bantuan Mama/Papa, dan kami meminta bantuan untuk menerapkan aturan tidur jam 9 malam seperti di rumah.”
Baca Juga : Larangan Musik di Bus, Dampak Pada Penumpang dan Awak Bus
Orangtua juga harus sering mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kasih sayang kakek-nenek. Ini membuat mereka merasa dihargai dan diakui kontribusinya. Kakek-nenek juga perlu menghormati peran utama orangtua dalam pengasuhan anak. Ingatlah bahwa orangtua adalah pengambil keputusan akhir.
Prioritas Utama Hubungan Antargenerasi: Kesejahteraan Anak
Ingatkan diri sendiri—dan saling mengingatkan—bahwa tujuan utama adalah kesejahteraan dan kebahagiaan anak. Konsistensi dalam pengasuhan akan memberikan rasa aman bagi anak. Anak-anak membutuhkan rasa aman dan stabilitas, dan itu datang dari keselarasan antara orangtua dan kakek-nenek.
Tentu, tidak semua perbedaan perlu diperdebatkan. Belajarlah untuk membedakan antara masalah besar dan kecil. Jika sesekali kakek-nenek “melanggar” aturan kecil (misalnya, memberi satu permen tambahan), mungkin itu tidak perlu menjadi konflik besar. Fleksibilitas diperlukan.
Membangun harmoni antara grandparenting dan pengasuhan orangtua membutuhkan kesabaran, empati, dan kerja sama. Dengan pendekatan yang tepat, hubungan antargenerasi dalam keluarga dapat menjadi sumber kekuatan yang tak tergantikan, memastikan anak-anak tumbuh dengan cinta, keamanan, dan fondasi yang kuat.
