Influencer Malaysia Viral Beri Nasi Isi Tulang ke Tunawisma

oleh
Tiga Influencer Malaysia menuai kecaman publik setelah membuat video konten amal yang memberikan makanan berisi tulang ayam kepada seorang tunawisma.
Tiga Influencer Malaysia menuai kecaman publik setelah membuat video konten amal yang memberikan makanan berisi tulang ayam kepada seorang tunawisma.

Publik Malaysia baru-baru ini heboh akibat aksi tiga influencer. Mereka merekam video memberi nasi berisi tulang ayam bekas makan mereka kepada seorang tunawisma. Video itu viral dan memicu kecaman luas dari masyarakat serta pihak berwenang.

Kronologi Kejadian

Ketiga influencer membuat konten di restoran cepat saji. Mereka memesan ayam goreng dan merekam proses makannya. Setelah makan, mereka mengumpulkan tulang ayam, membungkusnya dengan nasi putih, lalu langsung memberikan nasi itu kepada tunawisma yang tidur di pinggir jalan.

Mereka merekam seluruh aksi sambil mengacungkan jempol ke kamera, seolah menunjukkan kebaikan. Video itu diunggah ke media sosial dan langsung viral dalam hitungan jam.

Baca Juga : Demo Malaysia Memanas, Warga Teriakkan ‘Turun Anwar!’

Klaim Influencer

Menanggapi kecaman, para influencer mengeluarkan pernyataan resmi. Mereka menjelaskan bahwa tindakan itu bukan untuk mempermalukan siapa pun, melainkan bagian dari konsep Konten Amal agar masyarakat lebih peduli terhadap sesama.

Selain itu, mereka menegaskan telah meminta izin tunawisma sebelum memberikan makanan. Bahkan, mereka memberi paket lengkap berupa nasi hangat dan dua ayam goreng tambahan di luar rekaman.

Namun, klaim ini gagal meredam amarah publik. Banyak orang menilai cara penyampaian mereka tetap tidak pantas dan merendahkan martabat manusia.

Tanggapan Tunawisma

Tunawisma korban melalui perwakilannya menyatakan bahwa ia merasa tersakiti dan dipermalukan. Ia menganggap makanan yang diberikan tidak layak. Meskipun menerima paket lengkap, ia merasa lebih terluka karena influencer merekam dan menyebarkan aksi itu tanpa izin.

Kejadian ini menambah kritik terhadap influencer yang dianggap terlalu mengejar viral tanpa memikirkan dampak sosial.

Kecaman Publik dan Penyelidikan MCMC

Masyarakat Malaysia dan netizen internasional mengecam keras tindakan ini. Mereka menilai konten tersebut merendahkan kaum marginal demi sensasi.

Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC) membuka penyelidikan. Mereka menilai influencer berpotensi melanggar etika dan menyalahgunakan media sosial. MCMC menegaskan bahwa kreator harus mematuhi norma dan hukum, terutama ketika membuat konten yang melibatkan kelompok rentan.

Selain itu, MCMC mengingatkan kreator konten agar bertanggung jawab dan tidak merugikan atau mempermalukan orang lain demi perhatian.

Ancaman Hukum

Ketiga influencer kini menghadapi ancaman hukuman serius. Mereka berpotensi diproses hukum dan dijatuhi hukuman penjara karena melanggar undang-undang perlindungan martabat dan norma sosial Malaysia.

Pengamat hukum menilai kasus ini bisa menjadi preseden penting di Asia Tenggara untuk menegakkan batas etika pembuatan Konten Amal maupun konten sosial lainnya.

Konten Amal Tidak Etis di Indonesia

Kasus serupa pernah terjadi di Indonesia. Pada 2020, Ferdian Paleka dan teman-temannya membuat video prank memberi sembako berisi sampah dan batu kepada waria dan pengemis di Bandung. Video itu viral dan memicu kemarahan publik. Polisi akhirnya menangkap Ferdian Paleka dan memprosesnya secara hukum karena melanggar UU ITE.

Kasus ini menunjukkan bahwa niat membuat Konten Amal harus dibarengi etika dan rasa hormat terhadap sesama. Tanpa itu, dampaknya bisa merugikan dan berujung pada konsekuensi hukum serius.

Dampak bagi Dunia Konten Sosial

Kasus influencer Malaysia membuka diskusi besar tentang cara membuat dan menyebarkan konten sosial. Banyak pihak menekankan bahwa niat baik tidak boleh menghilangkan rasa hormat dan empati terhadap subjek konten.

Kejadian ini juga menjadi peringatan bagi kreator agar selalu bertanggung jawab dan memahami dampak sosial karya mereka, bukan sekadar mengejar popularitas atau viral.

Kesimpulan

Kasus ini mengingatkan bahwa pembuatan Konten Amal lebih dari sekadar tampilan dan sensasi. Kreator harus menghormati martabat orang lain. Influencer Malaysia yang terlibat kini menghadapi proses hukum dan kecaman publik.

Dari kejadian ini, masyarakat dan kreator konten diharapkan lebih berhati-hati dan peka, terutama saat membuat konten yang melibatkan kelompok rentan seperti tunawisma.