Jerome Polin menarik perhatian publik setelah mengkritik Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenai rendahnya gaji guru dan dosen di Indonesia. Ia menilai persoalan ini bukan sekadar isu profesi, tetapi ancaman nyata bagi masa depan bangsa. Dalam sebuah diskusi publik, Jerome Polin menegaskan bahwa visi Indonesia Emas 2045 tidak mungkin terwujud tanpa tenaga pendidik yang sejahtera.
“Jangan harap Indonesia Emas 2045 kalau gaji dosen dan guru masih sangat rendah,” tegas Jerome. Pernyataan ini memicu perdebatan luas di kalangan akademisi dan warganet. Tagar #kaburajadulu bahkan trending sebagai bentuk kritik terhadap rendahnya apresiasi negara terhadap pendidik.
Guru dan Dosen: Fondasi SDM Unggul
Jerome Polin menegaskan bahwa guru dan dosen memegang peran vital dalam membentuk sumber daya manusia unggul. Pendidikan bermutu tidak akan lahir jika pendidik terus berjuang memenuhi kebutuhan dasar. Ia menekankan, guru yang harus memikirkan cara bertahan hidup sulit fokus memberikan pengajaran terbaik.
Menurutnya, murid akan merasakan dampak langsung dari guru yang tidak sejahtera. “Bagaimana kita bisa berharap lahir generasi unggul jika mereka yang mendidik tidak mendapat penghargaan layak?” ujarnya.
Gaji Rendah Hambat Regenerasi Pendidik
Jerome Polin juga menyoroti dampak rendahnya gaji terhadap minat talenta muda untuk menjadi guru atau dosen. Lulusan terbaik, kata dia, lebih memilih bekerja di sektor swasta atau perusahaan multinasional yang menawarkan gaji lebih tinggi. Kondisi ini menciptakan lingkaran setan: tenaga pendidik berkualitas sulit direkrut, mutu pendidikan menurun, dan generasi penerus kehilangan pembimbing terbaik.
Ia memperingatkan, jika pemerintah tidak bertindak, Indonesia akan kekurangan guru dan dosen berkualitas dalam 10 hingga 20 tahun mendatang.
Jerome Polin Desak Pemerintah Prioritaskan Anggaran untuk Pendidik
Jerome Polin mengakui sektor pendidikan telah menerima porsi 20% dari APBN sesuai amanat undang-undang. Namun, ia menilai pemerintah gagal memastikan anggaran itu benar-benar meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik.
Menurut jerome, dana pendidikan terlalu banyak terserap untuk proyek fisik atau program administratif yang tidak berdampak langsung pada kualitas belajar-mengajar. “Anggaran yang besar belum tentu efektif kalau tidak sampai ke tangan guru dan dosen. Kita perlu keberanian untuk mengubah prioritas,” katanya.
Ia mendorong pemerintah memangkas pos pengeluaran yang kurang mendesak dan mengalihkan dana tersebut untuk menaikkan gaji pendidik. Dengan langkah ini, profesi guru dan dosen dapat kembali menarik bagi generasi muda.
Peringatan Jerome Polin: Jangan Remehkan Peran Pendidik
Jerome Polin mengingatkan publik dan pemerintah bahwa Indonesia sedang menghadapi persaingan global yang ketat. Hanya melalui SDM unggul negara ini bisa maju. Guru dan dosen menjadi garda terdepan dalam membentuk generasi produktif dan kompetitif.
Menurut Jerome Polin, penghargaan yang layak akan memotivasi guru untuk terus meningkatkan kompetensi dan mengajar dengan penuh dedikasi. Sebaliknya, pendidik yang kurang sejahtera terpaksa mencari pekerjaan sampingan, yang mengurangi waktu dan energi untuk mengajar.
Tagar #kaburajadulu Jadi Sindiran Keras
Setelah komentar Jerome Polin, warganet membanjiri media sosial dengan tagar #kaburajadulu. Tagar ini menyindir keras kondisi profesi guru dan dosen yang dianggap tidak menjanjikan masa depan. Banyak tenaga pendidik membagikan kisah perjuangan mereka mencari penghasilan tambahan agar bisa bertahan hidup.
Menurut Jerome, fenomena ini menjadi alarm sosial. Jika profesi pendidik tidak segera diperbaiki, generasi muda akan benar-benar “kabur” dan enggan memilih jalur pendidikan sebagai karier.
Baca juga : Guru di Lampung Cekik Murid, Kondisi Kejiwaan Jadi Sorotan
Jerome Polin Serukan Reformasi Insentif dan Penghargaan
Jerome Polin menyerukan reformasi sistem insentif bagi pendidik. Ia menekankan pentingnya gaji dasar yang layak, tunjangan kompetitif, serta jalur pengembangan karier yang jelas. Langkah ini akan mengembalikan profesi guru dan dosen sebagai pilihan terhormat bagi talenta terbaik bangsa.
Ia juga menegaskan bahwa manajemen pendidikan harus lebih transparan. Pemerintah harus memastikan anggaran tidak bocor atau habis untuk program administratif yang tidak meningkatkan kualitas pembelajaran. “Transparansi dan pengawasan publik mutlak diperlukan agar dana pendidikan benar-benar sampai ke tenaga pendidik,” jelas Jerome Polin.
Kesimpulan: Seruan Jerome Polin untuk Indonesia Emas 2045
Pesan Jerome Polin sederhana namun kuat: guru dan dosen membentuk fondasi utama untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Meningkatkan gaji dan kesejahteraan pendidik bukanlah beban anggaran, melainkan investasi jangka panjang untuk melahirkan generasi unggul yang siap bersaing di tingkat global.
Jerome Polin memperingatkan, jika publik dan pemerintah mengabaikan isu ini, bukan hanya guru yang kecewa, tetapi seluruh bangsa akan menanggung akibatnya. Indonesia tidak boleh menunggu sampai profesi pendidik benar-benar ditinggalkan sebelum bergerak memperbaikinya.







