KBRI Angkat Bicara Soal Aksi Geng TKI di Jepang

oleh
Gerombolan Geng TKI di Jepang sedang berkumpul dan menganggu akses pejalan kaki di Osaka
Gerombolan Geng TKI di Jepang sedang berkumpul dan menganggu akses pejalan kaki di Osaka

Fenomena Geng TKI di Jepang belakangan jadi sorotan besar setelah sejumlah video aksi mereka viral di media sosial. Dalam rekaman itu, terlihat sekelompok WNI berkumpul di jalan umum, membawa atribut geng, hingga mengibarkan bendera sebagai simbol identitas.

Aksi Geng TKI di Tokyo Viral dan Ganggu Ketertiban

Peristiwa paling heboh terjadi di salah satu kawasan padat di Tokyo. Video yang tersebar di platform X (Twitter) memperlihatkan puluhan pemuda WNI berdiri di tengah jalan, membawa bendera bertuliskan simbol khas, serta mengenakan atribut seragam bergaya militer.

Aksi ini menutup akses jalan, mengganggu pejalan kaki, dan memicu kemacetan. Sorakan keras dalam Bahasa Indonesia membuat warga sekitar bingung sekaligus resah, karena mereka tidak memahami maksudnya.

Di kesempatan lain, kelompok ini juga menggelar pertemuan besar di sebuah taman umum. Mereka mengibarkan bendera geng dalam acara yang menyerupai deklarasi. Meski belum jelas tujuan kegiatan tersebut, keberadaan kelompok besar yang terorganisir memunculkan kekhawatiran tentang potensi gangguan ketertiban umum.

Baca Juga : Mengenang little boy tragedi kelam hiroshima

Respons KBRI Tokyo dan Kementerian Luar Negeri

KBRI Tokyo bergerak cepat setelah aksi ini viral. Mereka menyatakan telah berkoordinasi dengan otoritas Jepang untuk menelusuri aktivitas kelompok tersebut.

“Kami mengimbau seluruh WNI di Jepang menjaga nama baik bangsa dan mematuhi hukum setempat. Hindari kegiatan yang bisa menimbulkan keresahan publik,” tegas perwakilan KBRI.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri RI mendukung langkah KBRI. Kemlu memastikan pihaknya terus memantau situasi serta bekerja sama dengan otoritas keamanan Jepang agar aktivitas Geng TKI tidak melanggar hukum.

Reaksi Warga Jepang dan Netizen Lokal

Respon publik Jepang beragam. Sebagian warga mengaku khawatir melihat simbol asing yang tidak mereka pahami.

“Awalnya saya kira itu demonstrasi. Setelah tahu geng dari luar negeri, saya jadi cemas,” ujar seorang warga Tokyo kepada media lokal.

Di media sosial, netizen Jepang mempertanyakan motif di balik yel-yel keras dan pengibaran bendera. Ada yang mengaitkannya dengan potensi kriminal, meski hingga kini belum ada bukti. Sebagian lainnya menilai aksi tersebut hanya bentuk solidaritas pekerja migran, meskipun caranya dianggap bertentangan dengan budaya Jepang yang menjunjung ketertiban.

Tantangan Integrasi Sosial TKI di Jepang

Fenomena ini membuka diskusi soal integrasi sosial WNI di Jepang. Jepang dikenal memiliki norma ketertiban tinggi, sehingga keramaian, atribut kelompok, atau sorakan keras bisa dianggap mengganggu.

Pengamat menilai aksi Geng TKI mungkin berakar dari solidaritas sesama pekerja migran. Sayangnya, ekspresi itu tidak selaras dengan budaya lokal. Kurangnya edukasi budaya Jepang bagi WNI baru juga memperbesar risiko salah paham.

Pemerintah Indonesia mengingatkan bahwa sikap satu kelompok bisa berdampak pada citra seluruh komunitas Indonesia di Jepang. Karena itu, setiap WNI wajib menjaga etika dan menaati aturan negara tempat tinggal.

Indikasi Kriminal Masih Dipantau

Hingga kini, kepolisian Jepang belum menyatakan ada indikasi kriminal dari Geng TKI. Namun, aktivitas mereka tetap diawasi karena berpotensi mengganggu kenyamanan publik.

Jika terbukti melanggar hukum, konsekuensi hukum bisa dijatuhkan kepada individu yang terlibat. KBRI Tokyo menegaskan siap mendampingi WNI yang tidak bersalah, namun tetap bertindak tegas bila ada pelanggaran.

Kesimpulan

Aksi Geng TKI di Jepang memang belum terbukti kriminal, tetapi sudah menimbulkan keresahan publik. Kasus ini menjadi pengingat penting bagi seluruh WNI di luar negeri untuk menjaga etika, tata krama, dan nama baik bangsa.

Baik KBRI Tokyo maupun Kemlu RI menegaskan bahwa setiap warga negara Indonesia harus menghormati hukum lokal demi menjaga citra positif Indonesia di mata dunia.