Kupang — Kabar duka menyelimuti keluarga Prada Lucky Chepril Saputra Namo, seorang prajurit muda TNI yang tewas tragis. Ia tewas tragis, di duga karena penganiayaan brutal oleh senior-seniornya di asrama Batalyon TP 834/WM Nagekeo. Ke matiannya memicu gelombang ke marahan dan tuntutan keras dari keluarga Prada Lucky.
Mereka mendesak agar seluruh pelaku tidak hanya di pecat, tetapi juga di jatuhi hukuman mati sebagai ganjaran setimpal atas perbuatan keji tersebut. Serma Kristian Namo, ayah korban, seorang prajurit aktif di Kodim 1627 Rote Ndao, dengan tegas menyuarakan tuntutannya.
“Hukuman cuma dua buat (pelaku penganiayaan) anak saya, hukuman mati dan pecat (bagi para pelaku), tidak ada di bawah itu,” ujarnya dengan suara penuh emosi di Terminal Cargo Bandara El Tari Kupang. Sebagai seorang tentara, ia bersumpah akan terus memperjuangkan ke adilan untuk putranya.
“Saya tuntut ke adilan, kalau bisa semua di hukum mati biar tidak ada Lucky-Lucky yang lain, anak tentara aja di bunuh apalagi yang lain,” tambahnya, mempertanyakan ke amanan di lingkungan militer itu sendiri.
Senada dengan sang ayah, Sepriana Paulina Mirpey, ibu kandung Prada Lucky, juga merasakan sakit hati yang mendalam. Dengan air mata berlinang, ia meminta agar ke matian putranya di usut tuntas dan para pelaku di beri hukuman mati. “Proses mereka, pecat, bila perlu hukuman mati,” pintanya.
Sepriana sangat terpukul. Putranya baru dua bulan berdinas di TNI, padahal ia telah berjuang keras dan mencoba delapan kali untuk lolos seleksi. Ia menyesali ke putusannya menyuruh anaknya masuk TNI jika akhirnya harus ke hilangan nyawa di tangan rekan-rekannya.
“Kalau (para pelaku) tidak di proses, lebih baik bunuh saya saja, saya sakit hati kalian buat anak saya seperti ini,” ujarnya, menggambarkan betapa hancurnya perasaannya.
Baca juga : Kronologi Prada Lucky Tewas Usai Diduga Disiksa Senior
Keluarga Prada Lucky Meminta Tuntutan Keadilan dan Hukuman Mati Menggema
Menurut Sepriana, pelaku penganiayaan mencapai 20 orang, bukan empat orang seperti yang di beritakan. Informasi ini beredar luas.
Ketika ibunya melihat di ruang ICU RSUD Aeramo, Nagekeo, kondisi Prada Lucky sangat memprihatinkan. Ada luka lebam di sekujur tubuh, tangan, kaki, dan punggungnya.
Tuntutan serupa juga datang dari tante korban, Mesike Namoh, dan neneknya, Yo Suprapto mengungkapkan bahwa keluarga Prada Lucky mereka memiliki tradisi militer. Dengan banyak anggota keluarga Prada Lucky yang menjadi tentara.
Namun, peristiwa tragis ini menjadi yang pertama dan paling menyakitkan. Ia berjanji tidak akan lagi mengizinkan ke turunannya menjadi tentara jika harus menghadapi risiko ke kejaman dari sesama rekan. “Ini sangat sakit, sungguh tidak menyangka mereka tega pukul ini anak sampai mati,” ungkapnya.
Prada Lucky Chepril Saputra Namo (23), prajurit TNI AD yang bertugas di Yon TP 834/WM Nagekeo, meninggal dunia pada Rabu (6/8), setelah menjalani perawatan intensif selama empat hari di ICU RSUD Aeramo.
Tragedi ini menjadi pengingat adanya ke kerasan di dalam institusi militer. Keluarga Prada Lucky mendesak agar para pelaku di tindak tegas dan ke adilan di tegakkan, sehingga kasus serupa tidak ter ulang di masa depan.
