Kamboja telah mengambil langkah drastis yang mengguncang stabilitas ekonominya: menghentikan total impor bahan bakar minyak (BBM) dan gas dari negara tetangga, Thailand. Keputusan mengejutkan ini, yang berlaku efektif mulai hari ini, Selasa, 24 Juni 2025, merupakan respons langsung terhadap krisis ekonomi yang terus-menerus melanda Kerajaan Kamboja. Langkah ini memicu kekhawatiran serius mengenai potensi dampaknya terhadap sektor ekonomi vital, sistem transportasi, dan yang paling utama, kehidupan sehari-hari jutaan warga Kamboja.
Keputusan pemerintah Kamboja bukan tanpa alasan kuat. Selama berbulan-bulan, negara ini bergulat dengan serangkaian tantangan ekonomi yang kompleks. Inflasi yang terus merangkak naik telah mengikis daya beli masyarakat, sementara nilai tukar mata uang riel Kamboja menghadapi tekanan signifikan. Konflik geopolitik dan gangguan pasokan mendorong harga minyak dan gas melonjak. Kamboja, bergantung pada impor dari Thailand, merasakan dampak terberat, karena selama bertahun-tahun Bangkok menjadi mitra utama energi mereka.
Tekanan Finansial Yang Parah Akibat Krisis
Kamboja fokus tekan anggaran dan diversifikasi pasokan. Namun, tekanan finansial yang parah akibat krisis membuat opsi impor dari Thailand menjadi tidak lagi berkelanjutan. “Keputusan sulit ini penting untuk stabilkan fiskal dan lindungi cadangan devisa,” ujar juru bicara Kemenkeu Kamboja.”
Hentikan total impor bakal guncang sektor transportasi darat dan laut. Tiket angkutan dan logistik naik, ganggu pasokan, tekan bisnis dan pariwisata tanpa energi cukup.
Bagi masyarakat umum, keputusan ini berarti tantangan yang lebih besar dalam menghadapi biaya hidup. Kenaikan harga BBM di SPBU, atau bahkan kelangkaan pasokan, akan langsung memengaruhi kemampuan mereka untuk bepergian, menjalankan bisnis kecil, atau sekadar melakukan aktivitas sehari-hari. Antrean panjang di pom bensin dan pasar gelap BBM bisa menjadi pemandangan umum dalam waktu dekat. Selain itu, hubungan bilateral antara Kamboja dan Thailand, dua negara dengan sejarah panjang kerja sama dan persaingan, juga akan menghadapi ujian. Keputusan ini fokus pada ekonomi Kamboja, tapi dampaknya terhadap dinamika regional tetap signifikan.
Kamboja Hadapi Tekanan Energi Setelah Thailand Hentikan Pasokan
Menyadari tingkat urgensi situasi, pemerintah Kamboja menyatakan bahwa mereka tengah secara agresif menjajaki berbagai alternatif pasokan BBM dan gas. Vietnam dan Malaysia siap ganti Thailand sebagai pemasok Kamboja. Pemerintah Kamboja akan percepat investasi energi terbarukan, seperti surya dan hidro, untuk kurangi ketergantungan impor. Juru bicara minta masyarakat dan pelaku usaha adaptasi dan dukung upaya ini.
Langkah drastis Kamboja ini menandai babak baru dalam perjuangan negara tersebut melawan krisis ekonomi yang tak kunjung usai. Keputusan untuk menyetop total impor BBM dan gas dari Thailand adalah manifestasi nyata dari tekanan yang mendalam. Bagaimana Kamboja akan menavigasi periode sulit ini dan apakah strategi alternatifnya akan membuahkan hasil, hanya waktu yang bisa menjawabnya. Ini adalah momen krusial bagi Kamboja dalam menguji ketahanan dan kemampuannya untuk bangkit dari tantangan energi dan ekonomi yang kompleks.
