NusaSuara – Di tengah bencana besar yang melanda Tapanuli Tengah, muncul sosok perempuan yang keberaniannya menginspirasi dan menyentuh hati banyak orang. Dia adalah Marlina Wiguna Lumban Tobing, seorang Ibu Bhayangkari yang di juluki warga setempat sebagai “malaikat penyintas”. Tindakannya yang luar biasa, yang melampaui batas kemanusiaan, membuat banyak orang terharu.
Bencana Hebat di Tapanuli Tengah: Desa Bonandolok Terisolasi
Banjir bandang yang meluluhlantakkan wilayah Tapanuli Tengah membuat banyak desa terisolasi, salah satunya Desa Bonandolok. Tanah longsor dan tumpukan material pepohonan menutup seluruh akses darat, sementara persediaan makanan dan kebutuhan dasar semakin menipis. Warga hanya bisa menanti bantuan yang tak kunjung datang, terperangkap dalam ketidakpastian yang mencekam.
Namun, di saat yang penuh kepanikan itu, Marlina Wiguna mengambil langkah berani yang tidak banyak orang berani lakukan.
Langkah Berani Marlina: Menembus Hutan untuk Mencari Pertolongan
Dalam keadaan yang penuh ketidakpastian, Marlina Wiguna memutuskan untuk tidak hanya menunggu bantuan, tetapi bertindak. Dengan tekad yang bulat, dia berjalan kaki menembus hutan, meninggalkan desanya dan menuju Kota Pandan-Sibolga untuk mencari pertolongan. Meski tubuhnya lelah dan wajahnya tampak penuh duka, Marlina tidak menyerah. Tekadnya untuk menyelamatkan warganya semakin kuat.
“Di tengah banjir bandang yang melanda, Marlina adalah sosok malaikat yang sesungguhnya. Sebagai Ibu Bhayangkari, ia rela berjalan kaki melintasi hutan untuk membawa harapan bagi kami,” ujar salah satu saksi yang menulis kisahnya di media sosial.
Sebuah Perjalanan Penuh Perasaan
Raut wajah Marlina Wiguna , yang di penuhi rasa kehilangan dan kepedihan, membuat tim penerbangan yang bersamanya tak kuasa menahan air mata. Mereka menyadari, perjalanan ini lebih dari sekadar membawa bantuan. Marlina bukan hanya membawa kabar, tetapi juga harapan bagi seluruh warga Desa Bonandolok.
Saat berada di atas helikopter, suasana hening dan penuh haru. Tak banyak kata yang keluar, hanya tangis lirih yang menggambarkan betapa berat beban yang di pikul oleh Marlina.
“Di dalam penerbangan, hanya ada tangis yang mengisi ruang. Rasanya begitu mendalam, menyentuh hati kami semua,” kenang salah seorang anggota tim yang terlibat dalam misi kemanusiaan tersebut.
Penentuan Titik Pendaratan: Keputusan yang Menyelamatkan
Setibanya di helipad darurat, Marlina Wiguna segera memandu tim menuju area yang di perkirakan aman untuk pendaratan helikopter. Dari ketinggian, mereka melihat ribuan warga yang telah menanti di bawah sana. Marlina dengan penuh keyakinan menunjukkan jalur yang tepat, yang menjadi satu-satunya titik aman untuk pendaratan helikopter Super Puma milik TNI AU.
“Jalur yang di pandu oleh Marlina ternyata adalah satu-satunya area terbuka yang memungkinkan helikopter mendarat dengan aman. Tanpa bantuannya, misi penyelamatan ini bisa saja gagal,” ujar salah satu anggota tim.
Momen Mengharukan: Pertemuan Keluarga di Tengah Bencana
Setelah bantuan berupa sembako dan kebutuhan pokok berhasil di turunkan, tim menyaksikan momen yang sangat mengharukan. Marlina Wiguna akhirnya bertemu dengan keluarganya. Pelukan singkat itu seakan melambangkan cinta yang tak terhingga, meski hanya berlangsung beberapa detik. Namun, bagi mereka yang menyaksikan, detik-detik itu terasa seperti keabadian.
“Kami tahu, cinta adalah alasan kuat untuk terus bertahan dan berjuang,” ujar Marlina dengan mata yang berkaca-kaca.
Baca Juga: Operasi Militer di Myanmar: 2.300 Lebih Tersangka Ditangkap dari Markas Penipu Online
Penghargaan dan Pengakuan atas Keberanian
Tak lama setelah itu, helikopter harus terbang kembali menuju Bandara F. Lumban Tobing Sibolga untuk melanjutkan misi penyelamatan lainnya. Suara mesin pesawat menggema, menelan haru yang belum sempat mereda.
Bagi warga Desa Bonandolok, Marlina Wiguna lebih dari sekadar istri seorang anggota polisi. Ia adalah perempuan yang berani mempertaruhkan keselamatan dirinya untuk memastikan warga desanya tidak terabaikan. Pengorbanan dan keberaniannya memberikan harapan baru di tengah kegelapan.
Penutupan dan Penghargaan
Sebagai bentuk apresiasi, pihak terkait memberikan penghargaan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam operasi kemanusiaan di Sumatera, termasuk TNI AU, TNI AD, TNI AL, POLRI, serta seluruh kru helikopter AS-332 C+1 Super Puma / H-3217, yang telah bekerja tanpa kenal lelah untuk menyelamatkan nyawa.






