Menlu RI Soroti Pentingnya Pengakuan Palestina dari Indonesia

oleh
MENLU RI pengakuan Indonesia ke Palestina

Jakarta – Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Sugiono menanggapi pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menyebut pidato Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, dalam Sidang Majelis Umum PBB sebagai “penuh semangat”. Sebagai catatan, Menlu RI adalah pejabat yang bertanggung jawab atas kebijakan luar negeri Indonesia, termasuk sikap terhadap konflik Israel-Palestina.

Netanyahu, dalam pidatonya, menyatakan bahwa ia mencermati dengan serius pernyataan Prabowo. Saat di mintai tanggapan, Menlu Sugiono enggan menjawab secara langsung soal interpretasi Netanyahu. “Itu posisinya dia. Saya jangan di tanya soal itu,” ujar Sugiono di Markas Besar PBB, New York, pada Jumat (26/9).

Menlu RI: Kemerdekaan Palestina Harus Di akui Terlebih Dahulu

Menlu Sugiono menegaskan bahwa setiap wacana kerja sama atau visi politik terkait Israel harus di mulai dari pengakuan kemerdekaan Palestina. “Visi apa pun harus di mulai dari sana. Kita tidak akan membicarakan hal lain sebelum ada pengakuan terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Palestina. Itu sikap resmi Indonesia,” tegasnya.

Pernyataan tersebut menegaskan posisi konsisten Indonesia dalam mendukung hak rakyat Palestina.

Baca Juga: Bupati Jeje Cabut Perkada Tunjangan Dewan, Anggaran untuk Jalan dan Beasiswa

Netanyahu: “Pidato Presiden Indonesia Jadi Sinyal Masa Depan”

Netanyahu, saat menutup Debat Umum PBB, menyebut bahwa pernyataan Prabowo merupakan sinyal positif. Ia menilai hal itu bisa membuka jalan bagi perubahan di masa depan.

“Saya mencatat, seperti Anda juga mencatat, kata-kata penuh semangat dari Presiden Indonesia. Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Ini pertanda tentang apa yang bisa terjadi di masa depan,” ucapnya.

Netanyahu juga mengklaim bahwa semakin banyak negara Arab dan Muslim yang melihat potensi kerja sama dengan Israel. Ia menyebut bidang-bidang seperti teknologi, pertanian, kesehatan, dan kecerdasan buatan sebagai peluang kerja sama yang saling menguntungkan.

Klaim Netanyahu Soal Gaza Di bantah Fakta Lapangan

Netanyahu membantah tudingan bahwa Israel menyebabkan kelaparan di Gaza. Ia menyebut bahwa Israel justru mengirimkan lebih dari 2 juta ton makanan ke wilayah itu setiap hari. Jumlah tersebut, katanya, setara satu ton telur untuk setiap warga Gaza. “Jika ada warga Gaza yang kekurangan makanan, itu karena Hamas mencurinya dan menjual kembali dengan harga tinggi,” klaimnya.

Namun, data dari Kementerian Kesehatan Gaza membantah klaim tersebut. Per awal September, tercatat 404 warga tewas akibat kelaparan dan malnutrisi. Sebanyak 141 di antaranya adalah anak-anak.

“Dalam 24 jam terakhir, lima warga meninggal akibat kelaparan. Salah satunya adalah anak-anak,” ungkap pernyataan resmi otoritas kesehatan Gaza.

Kelaparan di Gaza Meningkat Tajam Sejak Blokade Di perketat

Sepanjang Agustus 2025, sebanyak 185 warga Gaza meninggal akibat kelaparan. Jumlah ini menjadi yang tertinggi dalam satu bulan sejak Israel memperketat blokade pada Maret lalu.

Kondisi semakin memburuk, terutama bagi kelompok rentan. Tercatat 43.000 balita dan 55.000 ibu hamil serta menyusui mengalami malnutrisi akut. Situasi ini menunjukkan krisis gizi yang parah di tengah akses bantuan yang terus di batasi.