Pada Sidang Umum PBB ke-80 yang berlangsung pada 26 September 2025, Netanyahu menyampaikan pidato yang memicu protes keras dari delegasi internasional. Sebagai akibatnya, ratusan delegasi memilih untuk walk out sebagai bentuk ketidaksetujuan terhadap kebijakan Israel di Gaza dan penolakan terhadap pengakuan negara Palestina. Oleh karena itu, aksi ini menjadi sorotan global dan menunjukkan meningkatnya isolasi internasional terhadap Israel.
Isi Pidato Netanyahu
Dalam pidatonya, selain itu, Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan ‘menyelesaikan tugasnya’ di Gaza, tanpa menghiraukan kecaman internasional. Lebih lanjut, ia menyebut pengakuan negara Palestina sebagai ‘keputusan memalukan’ dan membandingkannya dengan memberikan negara kepada al-Qaeda setelah serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.
Selain itu, Netanyahu menekankan bahwa Israel berkomitmen untuk menghancurkan Hamas, mengamankan warga sipil, dan membebaskan sandera yang ditahan di Gaza. Ia juga menyatakan, “Israel tidak akan mundur dari kewajibannya untuk melindungi warganya,” yang langsung menuai reaksi keras dari banyak delegasi.
Pidato Netanyahu disampaikan dengan ekspresi tenang, suara mantap, dan bahasa tubuh yang menunjukkan kepastian penuh. Meski banyak delegasi meninggalkan ruangan, Netanyahu tidak menunjukkan tanda ketidaknyamanan. Ia tetap fokus pada pesannya, menekankan bahwa Israel berhak membela diri dari ancaman terorisme.
Negara-negara yang Walk Out
Aksi walk out melibatkan berbagai negara dari seluruh dunia. Delegasi menilai pidato Netanyahu provokatif dan tidak sejalan dengan prinsip perdamaian internasional. Beberapa blok negara yang melakukan walk out antara lain:
1. Negara-negara Arab dan Mayoritas Muslim
Delegasi dari Indonesia, Arab Saudi, Mesir, Iran, dan Turki meninggalkan sidang. Selain itu, mereka menegaskan ketidaksetujuan terhadap tindakan Israel di Gaza dan penolakan pengakuan negara Palestina. Dengan langkah ini, solidaritas negara-negara Muslim dalam isu Palestina menjadi terlihat jelas.
2. Negara-negara Afrika
Selain itu, delegasi dari Afrika Selatan, Nigeria, dan Senegal turut meninggalkan ruangan. Langkah ini menunjukkan dukungan terhadap hak-hak Palestina serta keprihatinan terhadap konflik bersenjata yang memengaruhi warga sipil di Gaza.
3. Negara-negara Eropa
Sementara itu, negara-negara seperti Belgia, Swedia, dan Finlandia memilih walk out sebagai bentuk protes. Menurut mereka, pidato Netanyahu bertentangan dengan norma hukum internasional dan prinsip perlindungan warga sipil.
4. Negara-negara Amerika Latin
Delegasi dari Brasil, Meksiko, dan Venezuela turut ambil bagian dalam aksi walk out. Mereka menekankan perlunya diplomasi dan penyelesaian konflik melalui negosiasi damai, bukan kekerasan.
5. Negara-negara Asia non-Muslim
Beberapa negara, termasuk Cina, India, dan Vietnam, juga meninggalkan sidang sebagai bentuk ketidaksetujuan. Mereka mengkhawatirkan eskalasi konflik yang dapat memengaruhi stabilitas regional.
6. Negara-negara lain
Delegasi dari Rusia, Korea Selatan, dan Australia melakukan aksi serupa. Mereka menilai pidato Netanyahu dapat memicu ketegangan lebih lanjut di arena internasional.
Ekspresi dan Strategi Netanyahu
Selama pidato, Netanyahu menunjukkan sikap tenang dan percaya diri. Ia tidak terganggu oleh ruangan yang kosong karena walk out. Bahasa tubuhnya konsisten: dagu terangkat, gerakan tangan tegas, dan kontak mata ke arah kamera serta delegasi yang tetap hadir.
Analisis pakar diplomasi menunjukkan bahwa Netanyahu sengaja mempertahankan ekspresi tegas untuk memperkuat citra Israel sebagai negara yang tidak takut menghadapi kritik internasional. Strategi ini juga dimaksudkan untuk menguatkan dukungan domestik dan sekutu strategis.
Reaksi Internasional Terhadap Pidato Netanyahu
Aksi walk out ini mencerminkan ketegangan antara Israel dan komunitas internasional. Negara-negara yang protes menekankan:
-
Hak Palestina untuk diakui secara sah.
-
Penolakan terhadap agresi militer yang membahayakan warga sipil.
-
Pentingnya diplomasi dan penyelesaian konflik damai.
Di sisi lain, beberapa negara tetap mendukung Israel, menekankan haknya membela diri dari ancaman terorisme. Perbedaan sikap ini menunjukkan kompleksitas diplomasi global dan ketegangan antara prinsip keamanan nasional dan hukum internasional.
Baca juga : Menlu RI Soroti Pentingnya Pengakuan Palestina dari Indonesia
Dampak Walk Out Saat Pidato Netanyahu
Walk out massal delegasi akibat pidato Netanyahu memiliki beberapa dampak jangka pendek:
-
Meningkatkan isolasi diplomatik Israel di forum internasional.
-
Menegaskan posisi negara-negara yang mendukung Palestina, baik di PBB maupun diplomasi bilateral.
-
Membuka perdebatan global tentang legitimasi tindakan militer Israel di Gaza.
-
Memberi tekanan politik pada pemerintah Israel untuk mempertimbangkan strategi komunikasi internasional.
Selain itu, media internasional menyoroti momen ini sebagai simbol ketegangan global. Banyak analis memprediksi bahwa walk out massal dapat mempengaruhi keputusan diplomatik mendatang, termasuk resolusi PBB yang terkait Israel-Palestina.
Kesimpulan
Pidato Netanyahu di Sidang Umum PBB ke-80 menyoroti ketegangan yang terus meningkat terkait konflik Israel-Palestina. Sebagai akibatnya, walk out massal delegasi dari berbagai negara menunjukkan perbedaan pandangan yang tajam.
Meskipun menghadapi protes internasional, Netanyahu tetap menunjukkan ekspresi tegas dan menegaskan komitmen Israel. Peristiwa ini menjadi sorotan dunia dan mencerminkan dinamika politik internasional yang kompleks.
Selain itu, pidato Netanyahu di Sidang Umum PBB ke-80 menyoroti ketegangan yang terus meningkat terkait konflik Israel-Palestina. Sebagai akibatnya, walk out massal delegasi dari berbagai negara menunjukkan perbedaan pandangan yang tajam.







