Jakarta – Perusahaan perlengkapan olahraga Nike mengumumkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap kurang dari 1 persen karyawannya. Pada Kamis (29/8), CEO Elliott Hill mengumumkan langkah ini sebagai bagian dari strategi Nike untuk memulihkan bisnis perusahaan.
“Formasi baru ini menempatkan olahraga dan budaya olahraga kembali ke pusat perhatian, sehingga Nike dapat terhubung lebih dekat dengan atlet dan konsumen,” ujar perusahaan.
Jumlah Karyawan dan Dampak PHK
Berdasarkan data per 31 Mei, Nike memiliki sekitar 77.800 karyawan di seluruh dunia, termasuk karyawan ritel dan paruh waktu. Namun, karena PHK hanya menyasar pegawai kantor, jumlah pasti yang terdampak belum dapat dipastikan.
Langkah PHK ini menyusul pernyataan Hill pada Juni lalu, bahwa perusahaan berencana untuk menyelaraskan kembali struktur organisasi ke dalam tim lintas fungsi yang berfokus pada cabang olahraga tertentu.
Baca Juga: Autograph Tower, Puncak Baru Jakarta di Ketinggian 385 Meter
Wilayah dan Merek yang Tidak Terdampak
Nike menegaskan bahwa PHK tidak akan memengaruhi bisnis mereka di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA). Perusahaan juga memastikan bahwa pengurangan tenaga kerja tidak menyasar merek Converse, yang berada di bawah naungan perusahaan.
Sejarah PHK Nike
Ini bukan kali pertama melakukan pengurangan karyawan. Pada Februari 2024, perusahaan memangkas 2 persen tenaga kerja, setara dengan 1.600 orang, untuk menekan pengeluaran di tengah menurunnya permintaan.
Selain itu, pada Juni lalu, Nike mengumumkan rencana mengurangi ketergantungan produksi di Tiongkok untuk pasar AS, sebagai langkah mengantisipasi dampak tarif impor, setelah memprediksi penurunan pendapatan kuartal pertama yang lebih kecil dari perkiraan.
Strategi Pemulihan Nike
Langkah PHK kali ini menjadi bagian dari strategi untuk memperkuat fokus pada olahraga dan konsumen, memastikan perusahaan lebih adaptif terhadap perubahan pasar global, sekaligus memaksimalkan efisiensi operasional di tengah tantangan ekonomi.





