NusaSuara – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) memperkirakan bahwa pada tahun 2025, jumlah Orang dengan HIV (ODHIV) di Indonesia akan mencapai sekitar 564.000 orang. Angka ini di sampaikan oleh Ketua Tim Kerja HIV-AIDS Kemenkes, Tiersa Vera Junita, dalam laporan yang di ungkapkan dalam acara Peringatan Hari AIDS Sedunia 2025.
Angka Menyedihkan: Hanya Sebagian yang Mengetahui Status HIV Mereka
Dari total ODHIV yang di perkirakan, baru sekitar 68 persen atau sekitar 385.000 orang yang mengetahui status HIV mereka. Meskipun demikian, meski sudah sadar akan kondisi mereka, hanya 260.000 orang atau sekitar 45 persen dari total ODHIV yang mengakses terapi antiretroviral (ARV). Artinya, masih ada sekitar 37 persen pasien yang belum memulai pengobatan ARV. Pengobatan ini sangat penting untuk mengendalikan virus.
Pemeriksaan Viral Load: Masih Minim
Tiersa Vera Junita juga menyoroti bahwa meski sudah ada kemajuan dalam pengobatan, masih banyak ODHIV yang belum menjalani pemeriksaan viral load. Dari ODHIV yang tengah menjalani pengobatan, hanya sekitar 56 persen atau sekitar 155.000 orang yang hasil pemeriksaan viral load-nya menunjukkan hasil yang tersupresi. Artinya, lebih dari 40 persen pasien yang sudah mendapatkan terapi ARV belum melakukan pemeriksaan viral load secara rutin.
“Memang, baru sekitar 60 persen dari ODHIV yang sudah dalam pengobatan yang melakukan pemeriksaan viral load. Ini menunjukkan adanya kesenjangan besar dalam akses dan cakupan pengobatan HIV di Indonesia,” jelas Tiersa.
Stigma Sosial: Penghalang Utama Penanggulangan HIV
Di sisi lain, Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, menegaskan bahwa stigma sosial masih menjadi tantangan besar dalam penanggulangan HIV di Indonesia. Menurut Dante, stigma ini seringkali menjadi penghalang. Banyak orang enggan melakukan tes HIV, memulai pengobatan, atau mendapatkan evaluasi medis yang di butuhkan.
“Stigma yang berkembang di masyarakat menyebabkan banyak orang merasa enggan untuk melakukan tes HIV. Mereka takut datang ke fasilitas kesehatan. Mereka juga khawatir status mereka akan di ketahui oleh orang lain, termasuk di lingkungan kerja,” kata Dante dalam pernyataan terpisah.
Baca Juga: Putra Ginting Hadapi Sidang Kasus Pembangunan Jalan
Pentingnya Pendidikan dan Penurunan Stigma
Menurut Dante, stigma yang berkelanjutan dapat merusak upaya penanggulangan HIV. Ini karena akan menghambat upaya diagnosis dini dan pengobatan yang lebih efektif. Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya menekan stigma ini. Caranya dengan memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi ODHIV.
Mengatasi Kesenjangan dalam Penanganan HIV di Indonesia
Tantangan utama yang di hadapi Indonesia dalam penanggulangan HIV adalah tingginya angka ODHIV yang belum terdeteksi atau tidak mendapat pengobatan yang memadai. Selain itu, kesenjangan dalam akses pemeriksaan viral load dan terapi antiretroviral harus segera di atasi. Sama pentingnya, menanggulangi stigma yang menghambat pengobatan dan tes HIV di masyarakat juga merupakan langkah penting. Langkah ini penting untuk mencapai keberhasilan program penanggulangan HIV.







