Pendapatan PT Gudang Garam Tbk Merosot, Petani Tembakau dan Kekayaan Pemilik Terancam

oleh -6 Dilihat
PT Gudang Garam Tbk
PT Gudang Garam Tbk

Jakarta, Nusa Suara – Penurunan drastis pendapatan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) memiliki dampak besar, tidak hanya terhadap nilai kekayaan sang pemilik, tetapi juga pada nasib para petani di Temanggung, Jawa Tengah.

Harapan para petani tembakau di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, kian pupus. Mereka tak lagi bisa menjual hasil panen ke pabrikan besar, setelah sejumlah perusahaan rokok ternama seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan Nojorono memutuskan menghentikan pembelian tembakau dari wilayah ini.

Kondisi ini telah berlangsung sejak akhir tahun lalu dan kini dampaknya kian terasa: pasar tembakau lokal lesu, hasil panen petani menumpuk, dan ketidakpastian menghantui musim tanam berikutnya. Padahal, kedua pabrikan tersebut selama ini dikenal sebagai penyerap utama tembakau Temanggung yang kualitasnya unggul di pasar nasional.

“Tahun lalu Gudang Garam dan Nojorono sudah absen beli di Kabupaten Temanggung,” ungkap Kepala Desa Purbasari, Pujiyono, kepada Nusa Suara, Senin (16/6/2025).

Akibatnya, para petani kini kehilangan mitra strategis yang sebelumnya mampu menyerap ratusan ribu keranjang tembakau setiap musimnya. Kondisi ini tak hanya berdampak pada petani, tapi juga mengganggu roda ekonomi daerah.

Pemerintah Kabupaten Temanggung pun bergerak cepat. Bupati Agus Setyawan telah mengirim surat resmi kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, memohon audiensi untuk menyampaikan keresahan petani dan meminta pemerintah pusat mengevaluasi kebijakan fiskal, terutama soal kenaikan cukai rokok yang dianggap menjadi pemicu utama melemahnya industri hasil tembakau.

Kinerja dan Sejarah PT Gudang Garam Tbk yang Kian Redup

PT Gudang Garam Tbk (GGRM), salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia, terus membukukan penurunan laba bersih, yang disebabkan oleh penurunan tajam penjualan rokok. Perusahaan yang berdiri pada tahun 1958 ini kini menunjukkan tanda-tanda meredup, seiring dengan merosotnya kekayaan sang pendiri perseroan. Susilo Wonowidjojo adalah pemilik PT Gudang Garam Tbk (GGRM) saat ini. Ia merupakan anak bungsu dari Surya Wonowidjojo, pendiri perusahaan rokok tersebut.

Baca Juga : Di Balik Pengeboman Fasilitas Nuklir Iran, Badai Politik Guncang Washington

Pada tahun 1958, saat masih berusia 35 tahun, Surya mendirikan perusahaannya sendiri, yakni Gudang Garam di Kediri, Jawa Timur. Konon, ilham pemberian nama Gudang Garam diperolehnya dari mimpi. Surya berusaha mengembangkan usaha barunya dengan tekun. Namun, Surya akhirnya meninggal pada tanggal 28 Agustus 1985 di Auckland, Selandia Baru.

Pada tahun 2001, Gudang Garam telah memiliki enam unit pabrik di atas lahan seluas 100 hektare, mempekerjakan 40.000 buruh dan sekitar 3.000 karyawan tetap. Cukai rokok yang dibayarkan Gudang Garam mencapai lebih dari Rp100 miliar per tahunnya. Gudang Garam kini dilanjutkan oleh anaknya, Susilo Wonowidjojo.

Sayangnya, perjalanan Gudang Garam kini makin berat. Produk PT Gudang Garam Tbk mengalami penurunan penjualan serta laba akibat kenaikan cukai yang berdampak pada daya beli konsumen yang cenderung stagnan.

Penurunan Laba dan Kekayaan Pemilik PT Gudang Garam Tbk

Hal ini tercermin dari penurunan kinerja keuangan PT Gudang Garam Tbk. Pada laporan keuangan kuartal I 2025, PT Gudang Garam Tbk mencatat laba bersih Rp104,43 miliar. Angka tersebut ambles 82,46% dari periode sama tahun sebelumnya Rp595,57 miliar.

Laba bersih perseroan anjlok sejalan dengan penurunan pendapatan. Pendapatan PT Gudang Garam Tbk tercatat Rp23,06 triliun, turun 12% dari posisi sama 2024 sebesar Rp26,26 triliun. Biaya pokok pendapatan Rp21,06 triliun, mengalami penurunan dari sebelumnya Rp23,47 triliun. Laba kotor tercatat Rp2 triliun, melorot 28% dari fase sama tahun lalu Rp2,79 triliun.

Pendapatan lainnya Rp108,84 miliar, melejit dari sebelumnya Rp42,16 miliar. Beban usaha Rp1,8 triliun, susut dari Rp1,87 triliun. Beban lainnya Rp1,16 miliar, menciut dari Rp1,23 miliar. Laba kurs Rp9,78 miliar, turun dari Rp18,69 miliar. Laba usaha Rp315,45 miliar, longsor dari posisi sama tahun lalu Rp981,9 miliar.

Beban bunga Rp120,34 miliar, lebih rendah dari Rp190,65 miliar. Laba sebelum pajak penghasilan Rp195,11 miliar, turun dari sebelumnya Rp791,24 miliar. Beban pajak penghasilan Rp87,59 miliar, susut dari Rp195,67 miliar. Laba bersih Gudang Garam Rp107,52 miliar, merosot dari akhir Maret 2024 senilai Rp595,57 miliar.

Adapun, total ekuitas PT Gudang Garam Tbk tercatat Rp62,02 triliun, naik dari akhir tahun lalu Rp61,91 triliun. Jumlah liabilitas tercatat Rp22,37 triliun, mengalami penyusutan dari akhir 2024 senilai Rp23,02 triliun. Total aset PT Gudang Garam Tbk Rp84,39 triliun, susut dari sebelumnya Rp84,93 triliun.

Penurunan performa kinerja keuangan Gudang Garam ini pun berpengaruh pada nilai kekayaan pemiliknya saat ini, Susilo Wonowidjojo.

Menurut Forbes 2024, kekayaan keluarga Susilo tercatat sekitar US1). Diketahui, Susilo memegang 1.709.685 lembar saham, yang setara dengan 0,09% dari total kepemilikan saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Meskipun proporsi sahamnya relatif kecil, posisi Susilo Wonowidjojo sangat penting dalam struktur kepemilikan karena dia adalah Presiden Direktur PT Gudang Garam Tbk.

Berdasarkan data Forbes, nilai kekayaan Susilo Wonowidjojo mengalami penurunan dari tahun ke tahun, sejalan dengan performa kinerja keuangan Gudang Garam. Nilai kekayaan Susilo sempat mengalami kenaikan pada 2014 ke 2018, sejalan dengan kenaikan laba bersih PT Gudang Garam Tbk.

Namun sayangnya, sejak 2019 hingga 2024, harta kekayaan Susilo semakin terkikis. Bahkan jika dihitung sejak nilai kekayaan 2018 sebesar US2,9 miliar, berarti kekayaan Susilo sudah turun sebanyak 68,5% atau ia telah kehilangan sebesar US).

No More Posts Available.

No more pages to load.