Jakarta — Dalam momen bersejarah di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Presiden Prancis Emmanuel Macron secara resmi mengumumkan Standing ovation pengakuan negaranya terhadap kedaulatan Negara Palestina.
Pernyataan ini di sampaikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB tentang Palestina dan Solusi Dua Negara yang berlangsung pada Senin (22/9) waktu setempat atau Selasa (23/9) dini hari WIB.
Standing ovation adalah bentuk penghargaan tinggi yang diberikan oleh audiens dengan berdiri dan bertepuk tangan serempak. Umumnya, gestur ini muncul sebagai respons spontan terhadap tindakan atau pernyataan yang dianggap luar biasa, berani, atau menyentuh secara emosional. Dalam konteks diplomatik, standing ovation mencerminkan dukungan moral serta solidaritas yang kuat terhadap isu yang sedang di perjuangkan.
Pengakuan Palestina oleh Prancis
“Hari ini, Prancis menyatakan secara resmi pengakuannya terhadap Negara Palestina,” tegas Macron dalam pidatonya, di kutip dari kantor berita AFP.
Pernyataan tersebut memperkuat posisi Palestina di forum internasional. Selain itu, langkah ini menunjukkan semakin bertambahnya negara-negara Barat yang mendukung solusi dua negara sebagai jalan damai untuk menyelesaikan konflik panjang di Timur Tengah.
Baca Juga: Kepsek Prabumulih Dicopot Mendadak, Usai Tegur Anak Pejabat
Respons Delegasi Indonesia: Standing Ovation Penuh Makna
Sementara itu, pengumuman bersejarah dari Macron langsung di sambut dengan standing ovation oleh delegasi Indonesia. Presiden RI, Prabowo Subianto, berdiri terlebih dahulu dan memberikan tepuk tangan, di susul seluruh anggota delegasi yang hadir di ruangan tersebut.
Adapun delegasi yang turut memberikan penghormatan antara lain Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri HAM Natalius Pigai, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, dan Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Perkasa Roeslani.
Di sisi lain, apresiasi serupa juga datang dari hampir seluruh delegasi negara peserta KTT, termasuk Wakil Tetap Palestina untuk PBB, Riyad Mansour.
Prabowo Sampaikan Sikap Tegas Indonesia
Selanjutnya, dalam sesi pidatonya, Prabowo Subianto menyampaikan sikap resmi Indonesia. Ia tampil sebagai pembicara kelima, setelah pemimpin dari Portugal, Brasil, Turki, dan Yordania.
Dengan nada tegas, Prabowo menyatakan bahwa Indonesia mengecam keras segala bentuk kekerasan terhadap warga sipil di Gaza. Lebih lanjut, ia menekankan bahwa solusi dua negara merupakan satu-satunya jalan rasional menuju perdamaian abadi antara Palestina dan Israel.
“Pengakuan terhadap Negara Palestina adalah langkah yang berada di sisi yang benar dari sejarah. Bagi mereka yang masih ragu untuk bertindak, saya ingin mengatakan: sejarah tidak akan menunggu. Kita harus mengakui Palestina sekarang juga,” tegas Prabowo.
Selain itu, Prabowo menggarisbawahi bahwa KTT ini menjadi momen penting untuk mengambil tanggung jawab sejarah bersama. Menurutnya, isu Palestina bukan hanya soal keadilan. Ia juga menyangkut masa depan Israel serta kredibilitas PBB sebagai lembaga internasional yang seharusnya adil dan netral.
Dukungan Global terhadap Solusi Dua Negara
Di sisi lain, KTT tersebut di hadiri oleh 33 perwakilan negara serta organisasi internasional, termasuk Uni Eropa dan Liga Arab. Mereka datang untuk menyuarakan dukungan terhadap solusi dua negara.
Solusi ini merujuk pada pembentukan dua negara merdeka — Palestina dan Israel — yang dapat hidup berdampingan secara damai dan saling menghormati.
Oleh karena itu, langkah Prancis di nilai sebagai sinyal kuat dari dunia internasional. Semakin banyak negara menyerukan penyelesaian damai yang adil, berkelanjutan, dan berdasarkan prinsip-prinsip hak asasi manusia.







