,

Trump Ancam BRICS: Tarif Impor Naik 10 Persen, Termasuk RI

oleh -9 Dilihat
Prabowo dan para pemimpin dunia berfoto di KTT BRICS Brasil 2025 sebelum Trump Ancam BRICS.
Presiden RI Prabowo Subianto berfoto bersama para pemimpin dunia anggota BRICS pada KTT BRICS 2025 di Rio de Janeiro, Brasil, pada Minggu (6/7/2025) waktu setempat.

Trump Ancam BRICS dengan kebijakan tarif impor baru sebesar 10 persen untuk seluruh negara anggota, termasuk Indonesia. Ancaman itu langsung memicu reaksi keras dari China dan menjadi sorotan utama dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 yang digelar di Brasil, awal Juli ini.

Presiden AS Donald Trump, yang kembali mencalonkan diri dalam Pilpres AS 2025, menyebut aliansi BRICS sebagai kelompok “anti-Amerika” yang berpotensi mengganggu tatanan ekonomi global berbasis dolar. Ia menyatakan akan memberlakukan tarif 10% terhadap semua negara yang “berpihak” pada kebijakan BRICS jika dirinya kembali berkuasa.

Pernyataan tersebut memicu gelombang kecaman dari negara-negara anggota BRICS, terutama China, yang merupakan anggota pendiri dan pemain kunci dalam blok tersebut.

Apa Itu BRICS?

BRICS adalah akronim dari lima negara dengan ekonomi berkembang pesat: Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Kelompok ini terbentuk tahun 2009 dan sejak itu terus memperluas pengaruhnya dalam geopolitik global. Pada 2024, Indonesia resmi bergabung sebagai anggota baru bersama sejumlah negara lain, seperti Mesir dan Uni Emirat Arab.

Tujuan utama BRICS adalah mendorong kerja sama ekonomi, reformasi sistem keuangan internasional, dan menciptakan keseimbangan dalam tatanan dunia yang selama ini didominasi oleh negara Barat.

China Kecam Ancaman Trump

Menanggapi ancaman tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, dalam konferensi pers di Beijing mengatakan, “Penggunaan tarif sebagai alat politik adalah bentuk tekanan sepihak yang tidak menguntungkan siapa pun.” China menegaskan bahwa BRICS bukan blok konfrontatif, melainkan wadah kerja sama yang inklusif dan terbuka.

China juga menyoroti bahwa kebijakan seperti itu dapat memperburuk hubungan diplomatik dan mempercepat disintegrasi ekonomi global yang sudah rapuh akibat krisis energi dan perang dagang sebelumnya.

Respon Anggota BRICS

Negara-negara anggota BRICS lainnya juga angkat suara. Presiden Brasil, Lula da Silva, menyayangkan retorika Trump yang dinilai tidak sesuai semangat kerja sama global. “BRICS bukan musuh siapa pun. Kami ingin membangun dunia yang lebih adil dan setara,” katanya dalam sesi pleno KTT.

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menegaskan bahwa ancaman Trump justru memperkuat tekad BRICS untuk memperluas kerja sama antar negara berkembang. Sementara itu, Perdana Menteri India Narendra Modi menyerukan agar semua pihak menahan diri dari eskalasi konflik dagang.

Baca juga : Harga Minyak Dunia Terkoreksi Akibat Ancaman Trump dan Kekuatan Dolar AS

Dampak Perekonomian Indonesia

Sebagai anggota baru BRICS, Indonesia kini turut terseret dalam sorotan kebijakan Trump. Meski belum ada produk Indonesia yang spesifik disebut akan dikenai tarif, sinyal tersebut membuat eksportir waspada.

Ekonom senior Indef, Tauhid Ahmad, menyebut bahwa Indonesia perlu mengantisipasi efek lanjutan dari kebijakan Trump, terutama pada sektor manufaktur dan komoditas yang bergantung pada pasar AS. “Jika benar tarif diberlakukan, produk ekspor strategis kita seperti tekstil, alas kaki, atau otomotif bisa terkena imbasnya,” jelasnya.

Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto menekankan pentingnya menjaga keseimbangan diplomatik. Dalam sambutannya di KTT BRICS, ia menyatakan bahwa Indonesia akan terus mendorong kerja sama global berbasis perdamaian, bukan dominasi.

Tanggapan Sri Mulyani: “Kita Tak Mau Terjebak Spiral Tarif”

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati turut memberikan tanggapan terhadap Trump Ancam BRICS. Ia menegaskan bahwa Indonesia akan berhati-hati menghadapi dinamika tarif dan tetap berpegang pada prinsip perdagangan terbuka.

“Kita tak ingin terjebak dalam spiral perang tarif. Justru yang kita butuhkan adalah kerja sama dan stabilitas, bukan provokasi ekonomi,” ujarnya.

Trump Ancam BRICS Bisa Picu Krisis Ekonomi Baru

Sejumlah analis internasional menyebut Trump Ancam BRICS bisa menjadi babak baru Perang Dagang, terutama jika ia kembali terpilih sebagai Presiden AS. Analis dari Morgan Stanley menyebut bahwa jika kebijakan itu diterapkan secara luas, maka ekonomi dunia bisa kembali terseret dalam “resesi mini” seperti tahun 2019.

“BRICS mewakili lebih dari 30% ekonomi global. Jika terjadi balasan dari negara-negara ini, efeknya bisa menjalar ke Eropa dan negara berkembang lainnya,” kata Jeffrey Halley, analis pasar global dari OANDA Asia-Pacific.

Penutup

KTT BRICS 2025 yang awalnya difokuskan pada isu pembangunan berkelanjutan, kerja sama energi, dan transformasi digital, kini justru menjadi panggung diplomasi keras akibat pernyataan Trump. Meski Trump Ancam BRICS menjadi headline utama, para pemimpin negara tetap menegaskan pentingnya dialog, multilateralisme, dan kerja sama global.

Dengan dunia yang makin terhubung, langkah sepihak seperti tarif bisa menjadi bumerang. Dunia kini menanti: apakah ancaman Trump hanyalah strategi politik, atau awal dari babak baru konflik ekonomi global yang lebih luas?

No More Posts Available.

No more pages to load.