, , ,

Vogue Rilis Model AI, Ribuan Model Manusia Bersiap Menghadapi Perubahan Drastis

oleh
Model AI

Dunia mode kembali di guncang oleh terobosan teknologi yang semakin tak terhindarkan. Kali ini, majalah mode paling berpengaruh di dunia, Vogue, di kabarkan telah menampilkan model yang sepenuhnya di hasilkan oleh kecerdasan buatan (AI) di salah satu edisi terbarunya. Kemunculan model AI bernama “Vera” ini memicu perdebatan sengit di kalangan industri dan publik. Pertanyaannya, apakah ini merupakan langkah inovatif yang akan membentuk masa depan mode atau justru ancaman serius yang akan menggusur peran model manusia?

Model AI Vera, yang memiliki paras simetris sempurna dan kemampuan berpose tanpa batas, menjadi topik perbincangan hangat sejak foto-fotonya di rilis. Para pendukung langkah ini melihatnya sebagai evolusi logis. Mereka berpendapat bahwa penggunaan model AI membuka pintu bagi kreativitas tanpa batas. Seorang fotografer bisa memotret Vera dalam kondisi gravitasi nol di luar angkasa. Ia dapat mengenakan busana yang secara fisik tidak mungkin di kenakan, atau berada di lokasi yang terlalu berbahaya bagi manusia. Fleksibilitas ini tidak hanya mengurangi biaya produksi secara signifikan, seperti biaya transportasi, tim penata rias, dan akomodasi. Ini juga mempercepat proses kreatif dari berminggu-minggu menjadi hanya beberapa jam.

Lebih dari sekadar efisiensi, penggunaan AI juga di lihat sebagai jalan untuk menciptakan representasi yang lebih inklusif. Secara teoritis, model AI bisa diprogram untuk memiliki beragam bentuk tubuh, etnis, dan ciri khas, yang memberikan kesempatan bagi para desainer untuk mengeksplorasi estetika yang lebih luas tanpa batasan. “Ini bukan tentang menggantikan manusia,” ujar seorang di rektur kreatif dari sebuah label busana terkemuka. “Tetapi tentang memberikan kita alat baru untuk bercerita. Kita bisa menciptakan persona dan dunia yang mustahil tanpa teknologi ini.”

Ancaman Model AI yang Mengintai: Kehilangan Pekerjaan dan Nilai Kemanusiaan

Di sisi lain, muncul kekhawatiran besar dari para pelaku industri mode. Ancaman paling nyata adalah hilangnya pekerjaan. Model manusia, fotografer, penata rias, penata rambut, dan penata gaya semuanya bisa terancam oleh dominasi AI. Seorang model, yang kariernya di bangun di atas ekspresi emosi, energi, dan kepribadian unik, bisa jadi kehilangan relevansinya di hadapan model AI yang “sempurna” dan tidak pernah lelah.
“Nilai dari fashion adalah tentang manusia, tentang cerita yang di wakilkan oleh setiap pribadi yang mengenakan busana,” kata seorang perwakilan dari asosiasi model. “Ketika kita menggantinya dengan algoritma, kita kehilangan jiwa dari industri ini. Apa yang bisa di wakilkan oleh model AI? Hanya kesempurnaan yang hampa. Hal itu tidak bisa menciptakan ikatan emosional dengan konsumen.”

Baca Juga : Cerita One Piece: Kisah Bajak Laut Melawan Ketidakadilan

Di luar masalah ketenagakerjaan, penggunaan model AI juga memunculkan isu etis. Ada kekhawatiran bahwa standar kecantikan yang sudah sulit di capai oleh manusia akan semakin tidak realistis. Model AI yang di desain tanpa cela, tanpa pori-pori, dan dengan proporsi yang mustahil bisa memperburuk masalah citra diri dan kesehatan mental di kalangan masyarakat. Ini terutama berdampak pada generasi muda. Selain itu, ada pertanyaan tentang hak cipta dan kepemilikan data yang di gunakan untuk melatih AI. Sering kali, data di ambil dari gambar-gambar model manusia yang sudah ada.

Masa Depan Hybrid: Kolaborasi atau Substitusi Total?

Kemunculan model AI di panggung utama seperti majalah Vogue menunjukkan bahwa teknologi ini bukanlah sekadar tren sesaat, melainkan bagian dari evolusi industri. Pertanyaannya bukan lagi apakah AI akan di gunakan, melainkan bagaimana industri mode akan beradaptasi.

Beberapa ahli memprediksi bahwa masa depan mode akan menjadi model hybrid atau campuran, di mana AI dan manusia bekerja berdampingan. AI dapat digunakan untuk fase pra-produksi dan pengembangan ide, sementara model manusia tetap menjadi bintang di panggung runway. Kampanye-kampanye penting yang membutuhkan keaslian emosi akan tetap membutuhkan manusia. Keterampilan manusia, seperti keunikan ekspresi dan kemampuan untuk berinteraksi secara autentik, tidak akan pernah bisa sepenuhnya di gantikan oleh teknologi.

Namun, satu hal yang pasti, industri mode sedang berada di persimpangan jalan. Inovasi AI menawarkan efisiensi dan kreativitas yang menggiurkan, tetapi dengan harga yang mahal: risiko hilangnya sentuhan manusia yang telah menjadi fondasi dari industri ini selama berabad-abad. Jawabannya mungkin tidak sesederhana “inovasi” atau “ancaman.” Ini lebih kepada bagaimana manusia akan menyeimbangkan keduanya untuk menciptakan masa depan mode yang berkelanjutan dan etis.

No More Posts Available.

No more pages to load.