China & Singapura Agresif Akuisisi Emiten RI, Incar Saham Teknologi hingga EV

oleh
Emiten

Pasar modal Indonesia tengah menyaksikan fenomena langka dan agresif. Perusahaan dari China dan Singapura gencar berlomba-lomba mengakuisisi saham mayoritas di berbagai emiten Indonesia sepanjang tahun 2025. Aksi korporasi yang melibatkan puluhan perusahaan ini tidak hanya mencakup sektor tradisional. Tetapi kini merambah ke sektor-sektor strategis baru seperti teknologi digital, kendaraan listrik (EV), hingga food and beverages.

Laju akuisisi ini mencerminkan tingginya minat investasi langsung asing (Foreign Direct Investment) ke Indonesia. Potensi pasar domestik yang besar, kekayaan sumber daya alam, dan valuasi saham yang murah di BEI mendorong minat tersebut.

Invasi Modal dari Dua Kutub Asia
Data transaksi di BEI menunjukkan, gelombang akuisisi ini berasal dari dua entitas utama dengan motivasi yang berbeda:

1. Agresivitas China: Misi Perluasan Rantai Pasok

Perusahaan China cenderung memfokuskan akuisisi pada emiten yang memiliki potensi untuk mengintegrasikan rantai pasok global mereka, terutama di sektor manufaktur dan infrastruktur.

Contoh nyata terjadi di sektor konstruksi dan energi terbarukan:

PT Koka Indonesia Tbk (KOKA): Perusahaan China, Ningbo Lixing Enterprise Management Co., Ltd., berencana mengambil alih mayoritas saham KOKA. Tujuannya adalah memperluas jaringan bisnis konstruksi dan infrastruktur di Asia Tenggara.

Perusahaan yang terafiliasi dengan investor China mengakuisisi emiten PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA). Aksi ini bertujuan mengembangkan bisnis kendaraan listrik (EV), menargetkan pasar yang sangat besar di Indonesia melalui konversi lini bisnis.

PT Zhengyu Global Trading (ZGT), perusahaan perdagangan China, mencaplok mayoritas saham emiten PT Tourindo Guide Indonesia Tbk (PGJO). Aksi ini menandai diversifikasi investasi mereka ke sektor jasa dan teknologi.

Akuisisi oleh China sering kali sejalan dengan inisiatif Belt and Road Initiative (BRI). Yang menjadikan Indonesia sebagai hub penting untuk memperkuat pengaruh ekonomi di Asia Tenggara.

2. Singapura: Pintu Gerbang dan Business Hub Regional

Sementara itu, perusahaan Singapura—yang kerap bertindak sebagai holding investasi regional—menargetkan emiten dengan model bisnis yang matang atau memiliki potensi pemulihan kinerja.

Kasus akuisisi oleh entitas Singapura meliputi:

Visionary Capital Global Pte. Ltd., sebuah holding investasi, mengakuisisi emiten PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK). Perusahaan ini membentuk holding tersebut khusus untuk mengambil alih dan memperbaiki kinerja TGUK dengan menambahkan lini bisnis frozen food.

PT Sumber Mas Konstruksi Tbk (SMKM): Perusahaan konstruksi ini diminati oleh Lim Shrimp Org Pte. Ltd. asal Singapura, menandakan minat Singapura pada sektor pembangunan dan infrastruktur domestik.

PT Master Print Tbk (PTMR): Deep Source Pte. Ltd. berencana mengambil alih saham mayoritas PTMR dengan tujuan pengembangan bisnis dan memperluas jaringan usaha pengendali baru di Indonesia.

Singapura menggunakan akuisisi di Indonesia sebagai strategi untuk menjadikan Indonesia sebagai basis pengembangan bisnis (business hub) sebelum berekspansi lebih jauh di kawasan Asia Pasifik.

Mengapa Emiten RI Begitu Menarik?

Menurut analis energi, aksi beli masif ini didorong oleh beberapa faktor utama yang dianggap vital bagi ekspansi global kedua negara:

1. Pasar Domestik dan Populasi Besar
Indonesia menawarkan pasar konsumen terbesar di ASEAN dengan lebih dari 280 juta penduduk. Bagi perusahaan China dan Singapura, mengakuisisi emiten lokal jauh lebih efisien daripada membangun perusahaan dari nol (greenfield investment), karena langsung mendapatkan infrastruktur, jaringan distribusi, dan izin operasional.

2. Valuasi Saham yang Menarik
Banyak emiten di BEI, terutama perusahaan dengan kapitalisasi pasar menengah dan kecil (small and medium caps), memiliki valuasi yang rendah setelah periode fluktuasi pasar. Investor asing melihat ini sebagai kesempatan untuk masuk dengan biaya akuisisi yang lebih murah, mendapatkan kendali mayoritas, dan kemudian melakukan turnaround bisnis.

3. Jembatan Strategis ke Sumber Daya
Bagi China, akuisisi di Indonesia adalah cara langsung untuk mengamankan dan mengintegrasikan rantai pasok sumber daya, khususnya yang berkaitan dengan nikel, energi, dan infrastruktur.
Dampak Jangka Panjang bagi Pasar Modal

Fenomena akuisisi ini membawa angin segar bagi pasar modal. Akuisisi sering membawa perombakan manajemen, penyuntikan modal, hingga perubahan lini bisnis—seperti kasus yang merambah frozen food dan yang beralih ke . Perubahan ini menciptakan potensi lonjakan harga saham bagi emiten yang diakuisisi, terbukti dari melonjaknya saham konstruksi pasca-pengumuman akuisisi China.

Baca Juga : Purbaya Janji Kumpulkan Pengusaha Rokok Minggu Ini, Bahas Masa Depan Industri Tembakau

Namun, buyout besar-besaran ini juga memunculkan tantangan, yakni perlunya pengawasan ketat dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memastikan semua proses berjalan transparan, termasuk kewajiban penawaran tender wajib (Mandatory Tender Offer) kepada pemegang saham publik.

Secara keseluruhan, gelombang akuisisi dari China dan Singapura menegaskan posisi Indonesia sebagai tujuan investasi strategis utama di Asia Tenggara, meski membawa implikasi signifikan terhadap peta persaingan bisnis domestik di masa depan.