Harga emas global terkoreksi dan mengakhiri perdagangan sesi terakhir dengan pelemahan, setelah sempat melonjak dan memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa. Pelemahan ini terjadi karena dolar Amerika Serikat (AS) menguat. Sementara investor mengalihkan fokus utama mereka ke rangkaian data ekonomi penting AS yang akan segera dirilis. Sikap wait-and-see ini mencerminkan kehati-hatian pasar yang ingin mencari petunjuk baru mengenai arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).
Pada perdagangan Rabu (24/9/2025), harga emas spot tergelincir, terkoreksi sekitar 0,7% hingga mencapai level di sekitar US$3.736 per ons troi, setelah sehari sebelumnya sempat mencetak rekor fantastis di atas US$3.790 per ons troi. Koreksi harga emas ini mengakhiri tren penguatan yang telah berlangsung selama tiga hari berturut-turut. Logam mulia lainnya, seperti perak dan platinum, juga ikut tertekan, menunjukkan adanya sentimen pasar yang seragam terkait penguatan nilai tukar dolar AS.
Peran Sentral Dolar AS dan Kebijakan The Fed
Penyebab utama pelemahan harga emas adalah kenaikan Indeks Dolar AS. Ketika dolar menguat, emas yang harganya dalam mata uang AS menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Hal ini pada gilirannya menekan permintaan emas. Kenaikan dolar ini sering kali merupakan respons pasar terhadap ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan pada level tinggi atau menunda pemangkasan suku bunga.
Investor kini menunggu rilis sejumlah data krusial AS, termasuk laporan terkait ketenagakerjaan, data inflasi, dan produk domestik bruto (PDB) final kuartal kedua. Data-data ini berfungsi sebagai barometer utama untuk mengukur kesehatan ekonomi AS dan akan sangat memengaruhi keputusan The Fed ke depan. Pasar percaya, jika data ekonomi AS menunjukkan kelemahan—misalnya kenaikan klaim pengangguran atau inflasi yang terkendali—hal itu akan meningkatkan peluang The Fed untuk bersikap lebih dovish (longgar) dan memangkas suku bunga. Lingkungan suku bunga rendah sangat menguntungkan emas, sebab emas merupakan aset yang tidak memberikan imbal hasil.
Sebaliknya, jika data ekonomi AS yang dirilis menunjukkan ketahanan atau penguatan yang tidak terduga, spekulasi pemangkasan suku bunga akan meredup. Hal ini akan memicu kenaikan imbal hasil obligasi AS dan memperkuat dolar, yang akan semakin menekan harga emas.
Aksi Ambil Untung dan Faktor Geopolitik
Selain faktor moneter, aksi ambil untung (profit taking) setelah harga emas melonjak ke rekor tertinggi juga turut berkontribusi pada penurunan ini. Banyak investor jangka pendek memanfaatkan lonjakan harga untuk merealisasikan keuntungan mereka, yang secara teknis menambah tekanan jual di pasar.
Faktor geopolitik juga masih memengaruhi pergerakan harga emas, meskipun saat ini investor cenderung lebih fokus pada kebijakan moneter. Ketegangan yang masih terjadi di beberapa kawasan global, seperti konflik geopolitik di Eropa Timur dan Timur Tengah, tetap menjadi pendukung default bagi emas sebagai aset safe haven. Namun, pengaruh ketegangan tersebut untuk saat ini teredam oleh antisipasi terhadap data ekonomi AS.
Proyeksi dan Level Penting Berikutnya
Analis pasar memperkirakan, pergerakan harga emas akan sangat volatil dalam beberapa hari ke depan, tergantung pada hasil rilis data AS. Jika data ekonomi AS menunjukkan sinyal pelambatan yang kuat, emas berpotensi segera menguji kembali level rekor tertingginya, bahkan mungkin menembus US$3.800 per ons troi.
Namun, jika data AS mengejutkan dengan menunjukkan kekuatan ekonomi, koreksi harga dapat berlanjut. Level support terdekat yang menjadi kunci pengamatan investor berada di sekitar US$3.738. Jika level tersebut ditembus, emas bisa tergelincir lebih dalam.
Baca Juga : Perombakan Struktur Kabinet, Kementerian BUMN Berpotensi Dihapus
Secara fundamental, harga emas tetap dalam tren bullish (menguat) yang kuat sepanjang tahun ini. Para investor jangka panjang melihat pelemahan ini sebagai peluang koreksi harga untuk menambah posisi beli. Kesimpulan sementara, pasar emas sedang berada dalam periode konsolidasi. Semua mata tertuju pada Washington, menanti angka-angka yang akan menentukan langkah The Fed selanjutnya dan arah pergerakan logam mulia.
