, ,

Kapal KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Selat Bali, 4 Tewas

oleh -13 Dilihat
Basarnas Evakuasi Korban KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali
Basarnas Mengevakuasi Korban KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali

Selat Bali – Tragedi laut kembali terjadi di Indonesia setelah kapal feri KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di perairan Selat Bali pada Rabu malam, 2 Juli 2025. Kapal yang tengah berlayar dari Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali itu mengalami kebocoran mendadak di ruang mesin, menyebabkan kapal kehilangan daya dan akhirnya terbalik. Dalam peristiwa tersebut, empat orang dinyatakan meninggal dunia, sementara puluhan lainnya berhasil diselamatkan.

Hingga Kamis pagi, operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung oleh tim gabungan Basarnas, TNI AL, Polairud, dan KSOP. Kapal membawa total 65 orang, terdiri dari 53 penumpang dan 12 awak kapal. Selain itu, kapal juga mengangkut 22 unit kendaraan roda dua dan empat.

Detik-detik Kapal Tenggelam

Kronologi kejadian menunjukkan bahwa kapal berangkat sekitar pukul 22.56 WIB. Sekitar 20 menit kemudian, terjadi kebocoran di ruang mesin yang menyebabkan kapal kehilangan daya (blackout). Tanpa daya, pompa tak bisa bekerja, dan air laut terus masuk. Situasi kritis ini mengakibatkan KMP Tunu Pratama Jaya perlahan miring dan akhirnya terbalik.

Menurut keterangan dari beberapa penyintas, tidak ada aba-aba atau pengumuman resmi dari awak kapal sebelum insiden terjadi. “Kami lompat karena sudah panik lihat kapal mulai miring, terus air masuk lewat pintu,” kata salah satu penumpang yang berhasil diselamatkan tim SAR. Beberapa dari mereka mengaku selamat karena berhasil meraih jaket pelampung yang tercecer keluar dari kapal, bukan karena instruksi keselamatan dari kru kapal.

Evakuasi Dramatis di Tengah Malam

Proses evakuasi berlangsung dramatis. Banyak penumpang yang melompat ke laut dalam kondisi gelap tanpa pelampung. Gelombang laut di Selat Bali malam itu mencapai 2–2,5 meter, memperburuk situasi. Beberapa penumpang berhasil keluar dari ruang penumpang karena terdorong oleh arus air saat kapal mulai tenggelam.

Tim SAR yang tiba di lokasi mengerahkan kapal cepat dan perahu karet untuk menyisir perairan dan menyelamatkan korban. Hingga pukul 06.00 WIB, sebanyak 23 orang berhasil diselamatkan, dan empat jenazah ditemukan. Sisanya masih dalam pencarian, terutama yang diduga berada di dalam badan kapal.

Tangis Haru Keluarga di Posko Darurat

Di ruang tunggu bawah Pelabuhan ASDP Ketapang, Banyuwangi, keluarga penumpang KMP Tunu Pratama Jaya berdatangan dengan wajah cemas. Tempat itu dijadikan posko darurat untuk mendata para korban dan memberikan informasi terkini. Banyak yang menangis histeris saat mendengar kabar adanya korban jiwa dan belum adanya informasi pasti tentang keberadaan anggota keluarga mereka.

Pihak Basarnas dan ASDP memberikan pendampingan dan membuka layanan informasi 24 jam di lokasi. “Kami mohon semua pihak bersabar. Tim masih menyisir area kapal tenggelam dan sekitarnya,” ujar seorang perwakilan dari KSOP Ketapang.

Kritik terhadap Prosedur Keselamatan

Insiden ini memicu kritik keras dari kalangan akademisi dan pengamat transportasi. Sony Sulaksono Wibowo, pengamat dari Institut Teknologi Bandung (ITB), menyoroti lemahnya sistem keselamatan di kapal KMP Tunu Pratama Jaya. Ia menilai ada potensi kelalaian karena tidak adanya pengarahan evakuasi atau panduan akses pelampung di awal pelayaran.

“Seharusnya ada briefing keselamatan sebelum kapal berangkat, termasuk jalur evakuasi, akses ke pelampung, dan titik kumpul penumpang. Fakta bahwa penumpang menemukan pelampung tercecer, bukan dibagikan, menunjukkan ada celah serius,” ujar Sony dalam keterangannya kepada media.

Sony juga menekankan pentingnya evaluasi teknis terhadap kapal-kapal feri yang beroperasi di jalur padat seperti Selat Bali, mengingat perairan ini termasuk sibuk dan rawan cuaca ekstrem.

Baca Juga : Heboh! Nadiem Makarim Dicegah Pergi ke Luar Negeri oleh Kejagung

Pemerintah Turun Tangan

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan menyatakan bahwa pemerintah akan melakukan evaluasi total terhadap kelayakan kapal dan pengawasan pelayaran di Selat Bali. Investigasi mendalam juga dilakukan terhadap operator kapal, PT Pasca Dana Sundari, yang merupakan pemilik dari KMP Tunu Pratama Jaya.

“Saya sudah instruksikan agar penyelidikan dilakukan secara menyeluruh. Bila terbukti ada kelalaian, baik teknis maupun prosedural, maka akan ada sanksi tegas,” ujar Budi dalam pernyataan pers di Jakarta.


Penutup

Tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali menjadi peringatan penting bagi industri pelayaran Indonesia. Di tengah tingginya lalu lintas antar-pulau, aspek keselamatan penumpang harus menjadi prioritas mutlak. Tidak hanya pada kondisi kapal, tetapi juga kesiapan kru dalam situasi darurat. Harapan kini tertuju pada keberhasilan pencarian korban selanjutnya, serta perbaikan sistem transportasi laut agar tragedi serupa tidak terulang kembali.