Jakarta — Media melaporkan bahwa Presiden AS Donald Trump tengah mempertimbangkan untuk mengklasifikasikan legalisasi ganja. Langkah politik yang mengejutkan ini berpotensi datang dari Gedung Putih, dengan kemungkinan mengeluarkan ganja dari kategori narkotika paling berbahaya dan memicu perdebatan sengit di kalangan timnya sendiri.
Wall Street Journal melaporkan Trump mempertimbangkan memindahkan ganja ke kategori obat kurang berbahaya, merespons dorongan industri ganja.
Mengubah Status Hukum: Dari ‘Berbahaya’ menjadi ‘Bermanfaat’
Pihak berwenang menilai ganja berisiko tinggi disalahgunakan dan belum memiliki manfaat medis yang diakui, sehingga mereka menempatkannya sebagai obat bahaya 1 sejajar dengan heroin dan LSD. Pergeseran ke Schedule 3 akan mengubah paradigma ini secara fundamental.
Pihak yang terkait memberi peringatan bahwa melonggarkan pembatasan ini bisa menimbulkan menimbulkan moral dan hukum yang lebih besar daripada manfaat politik yang diharapkan. Perubahan legalisasi ganja membuka pintu bagi penelitian medis yang lebih luas, memberi pasien akses yang lebih mudah, dan secara signifikan mengubah lanskap hukum federal.
Perpecahan Tajam di Lingkaran Terdalam Trump
Wacana ini tidak berjalan mulus. Laporan menyebutkan legalisasi ganja adanya perpecahan tajam di dalam tim inti Trump. Para penasihat politik mendesak eksekusi langkah ini secepatnya, berharap dapat memperkuat dukungan dari pemilih muda dan independen menjelang pemilu paruh waktu mendatang.
Namun, di sisi lain, penasihat kebijakan senior bersikap lebih hati-hati. Mereka memperingatkan bahwa pelonggaran pembatasan ini akan memicu konsekuensi moral dan hukum yang jauh lebih besar daripada keuntungan politiknya. Kekhawatiran ini mencakup potensi peningkatan masalah kesehatan masyarakat dan kritikan dari kelompok konservatif.
Baca juga : Proyek Manhattan: Kisah di Balik Senjata Nuklir Pertama di Dunia
Sisi Lain Legalisasi Ganja: Bahaya dan Risiko Kesehatan
Meskipun klasifikasi hukumnya mungkin berubah, risiko kesehatan yang terkait dengan penggunaan ganja tetap menjadi perhatian serius. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ganja, terutama pada usia muda, dapat menyebabkan gangguan kognitif permanen, memengaruhi memori, perhatian, dan kemampuan belajar.
Dengan komitmen yang tertunda sejak masa jabatan pertamanya dan tekanan yang terus meningkat, keputusan Trump akan menjadi momen krusial. Apakah ia akan mengesampingkan kekhawatiran internal demi keuntungan politik, atau akankah ia tetap berpegang pada status quo.
