, ,

Misteri “Wabah Menari” – Fenomena Aneh Pada Tahun 1518

oleh -136 Dilihat
Fenomena aneh "Wabah Menari", para ahli meniliti penyebabnya berkemungkinan akibat Psikogenik

Pada musim panas tahun 1518, kota Strasbourg di Prancis dilanda fenomena aneh “Wabah menari” yang hingga kini masih menjadi misteri. Hampir 400 individu secara tiba-tiba mulai menari tanpa henti, mengepakkan tangan seperti burung, dan berjinjit di sepanjang jalan.

Mereka menari siang dan malam selama dua bulan penuh, dari Juli hingga September, dengan tatapan kosong dan pakaian compang-camping, hingga tubuh mereka basah oleh keringat. Akibat tarian paksa ini, banyak yang menderita luka melepuh dan pendarahan pada kaki, bahkan sebagian di antaranya meninggal dunia.

Reaksi dan Penanganan Awal Otoritas

Menyikapi situasi yang membingungkan ini, para pejabat kota segera berkonsultasi dengan tabib dan tokoh agama. Setelah musyawarah, dewan kota memutuskan untuk menyediakan panggung dan musik, termasuk genderang dan terompet, dengan harapan dapat menyalurkan energi para penari.

Namun, upaya ini justru memperburuk keadaan,  jumlah penari meningkat drastis, dan semakin banyak korban berjatuhan.

Fenomena “Wabah Menari” dan Keterlibatan Santo Vitus

Fenomena ini dikenal sebagai “Wabah Menari Strasbourg.” Menurut catatan tabib Paracelsus pada tahun 1530-an, wabah menari ini dimulai pada pertengahan Juli 1518 ketika seorang wanita sendirian mulai menari tanpa henti selama beberapa hari.

Dalam waktu seminggu, puluhan orang lainnya terjangkit dorongan tak tertahankan yang sama. Sebuah puisi dari arsip kota menggambarkan dampak tragisnya: “Dalam kegilaan mereka, orang-orang terus menari hingga mereka pingsan dan banyak yang meninggal.”

Menyadari kesalahan penanganan awal, dewan kota kemudian menganggap para penari mengalami “murka suci” dan memberlakukan “penebusan dosa paksa” dengan melarang musik dan tarian di muka umum. Para penari yang berlumuran darah kemudian dibawa ke sebuah kuil yang didedikasikan untuk Santo Vitus di gua pengap di perbukitan dekat kota Saverne.

Santo Vitus dianggap sebagai santo pelindung epilepsi, namun masyarakat setempat percaya bahwa ia sedang murka dan mengutuk mereka dengan kegilaan menari. Di kuil tersebut, kaki mereka dipasangi sepatu merah dan mereka digiring mengelilingi patung kayu sang santo. Dalam beberapa minggu berikutnya, sebagian besar penari dilaporkan menghentikan gerakan liar mereka.

Teori dan Analisis Modern

Meskipun telah berlalu lima abad, para ahli masih menyelidiki kasus ini dengan berbagai pendekatan. Wabah Menari Strasbourg bukanlah insiden pertama; fenomena serupa pernah terjadi di beberapa negara Eropa pada Abad Pertengahan, melibatkan ratusan atau segelintir orang, hampir semuanya di kota-kota dekat Sungai Rhine.

Bersama para pedagang, peziarah, dan tentara, berita dan kepercayaan, termasuk gagasan bahwa Santo Vitus dapat menghukum pendosa dengan membuat mereka menari, turut menyebar di wilayah tersebut. Sebuah lukisan di Katedral Cologne bahkan menggambarkan tiga pria yang menari dengan wajah kosong di bawah gambar Santo Vitus, mengilustrasikan kutukan tersebut.

1. Kerasukan Roh dan Lingkungan Kepercayaan

Fenomena ini sering disederhanakan dengan istilah klasik “kerasukan roh,” di mana individu bertindak seolah-olah jiwa mereka telah dikuasai oleh roh atau dewa. Antropolog Amerika Serikat, Erika Bourguignon, mencatat bahwa dibesarkan dalam “lingkungan kepercayaan” di mana kerasukan roh dianggap serius, dapat mempersiapkan individu untuk memasuki kondisi mental disosiatif, di mana kesadaran normal dinonaktifkan.

Mereka kemudian bertindak sesuai dengan gagasan yang ditentukan secara budaya tentang perilaku orang yang kerasukan, seperti yang terlihat pada biarawati Eropa sebelum awal tahun 1700-an yang menggeliat, kejang-kejang, dan mengeluarkan suara aneh.

2. Jamur Ergot

Pada abad ke-20, peneliti mengajukan analisis “Wabah Menari” yang lebih maju, menduga bahwa para penari mungkin telah mengonsumsi roti yang terbuat dari tepung gandum hitam yang terkontaminasi penyakit jamur ergot. Jamur ini diketahui dapat menyebabkan kejang dan halusinasi. Britannica menyebutkan bahwa jamur ini umum menempel pada gandum, tanaman sereal, hingga padi.

Konsumsi biji gandum hitam yang terinfeksi dapat menyebabkan ergotisme pada manusia dan ternak, dengan gejala seperti kejang, halusinasi, keguguran, dan gangren kering, bahkan kematian.

Meskipun penyakit ini lazim di Eropa utara pada Abad Pertengahan, terutama di daerah dengan konsumsi roti gandum hitam yang tinggi, muncul pertanyaan apakah konsumsi gandum yang terkontaminasi jamur ini dapat menyebabkan gerakan tak henti-hentinya selama berhari-hari.

3. Gangguan Psikogenik Massal (Histeria Massal)

Analisis selanjutnya yang dianggap mendekati kebenaran adalah teori gangguan psikogenik massal atau histeria massal, yang diajukan oleh ilmuwan Amerika Serikat John Waller. Wabah Menari semacam ini terjadi dalam kondisi stres ekstrem dan umumnya terbentuk berdasarkan ketakutan lokal.

Dalam kasus “Wabah Menari” tahun 1518, Waller menunjuk serangkaian kelaparan dan keberadaan penyakit seperti cacar dan sifilis sebagai pemicu stres yang sangat besar yang memengaruhi penduduk Strasbourg. Catatan sejarah juga menunjukkan adanya harga gandum yang tinggi dan konflik sosial antar warga di Strasbourg, serta kecemasan akan penyakit seperti sifilis yang merebak.

Gangguan psikogenik massal bermula dari “pemicu” lingkungan, seperti bau tak sedap atau rumor paparan racun. Ketika satu orang sakit, orang lain dalam kelompok tersebut juga ikut merasakan sakit. Orang pertama yang sakit mungkin memang menderita penyakit sungguhan, tetapi mungkin tidak terkait dengan “pemicu” tersebut.

Wabah Menari penyakit psikogenik massal sering terjadi di masa-masa penuh kecemasan dan kekhawatiran. Di era modern, suara ambulans dan kehadiran petugas darurat dapat membuat orang berpikir bahwa epidemi serius sedang terjadi, sehingga mendengar atau melihat seseorang sakit dapat memicu respons serupa pada orang lain.

Baca Juga : Sergey Ponomarenko: Kisah Misteri Penjelajah Waktu dari Kyiv yang Tak Terpecahkan

Masih Dalam Penilitian “Wabah Menari” Sampai Zaman Sekarang

Meskipun berbagai teori telah diajukan, apakah penjelasan ini cukup untuk mengungkap misteri “Wabah Menari” 500 tahun silam masih belum terpecahkan. Untuk mengenang lima abad wabah tersebut, pada tahun 2018 diadakan pameran di Musée de l’Oeuvre Notre-Dame Strasbourg, film dokumenter TV, dan penerbitan novel karya penulis Prancis Jean Teulé.

Sebuah pesta tekno bahkan diselenggarakan oleh sekelompok DJ yang mengadopsi nama “1518” untuk mengenang peristiwa tersebut. Wabah Menari 1518 disebut sebagai yang terakhir terjadi.

Apakah menurut Anda penjelasan gangguan psikogenik massal paling mendekati kebenaran untuk fenomena misterius ini?