“Saya mungkin melakukannya. Saya mungkin tidak melakukannya,” kata Donald Trump di Gedung Putih. “Tidak seorang pun tahu apa yang akan saya lakukan.” Pernyataan ini mencerminkan Doktrin Ketidakpastian Trump—pendekatan yang membuat orang menebak-nebak, baik di dalam negeri maupun internasional. Ini bukan kebetulan; ini adalah teknik manajemen yang disengaja.
Doktrin ini terlihat jelas dalam keputusan tentang serangan udara Israel terhadap fasilitas nuklir Iran. Ketika pesawat pengebom AS dalam perjalanan, beberapa berspekulasi tentang keterlibatan Amerika, sementara yang lain menentangnya. Namun, tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi. Doktrin Ketidakpastian Trump tetap tidak tergoyahkan.
Prinsip Doktrin Ketidakpastian Trump dalam Kebijakan Ekonomi dan Domestik
Doktrin ini juga berlaku dalam kebijakan ekonomi dan domestik Trump. Dari isu tarif hingga keputusan mengerahkan marinir terhadap warga AS yang menentang badan imigrasinya, Trump memanfaatkan ketidakpastian sebagai metode kontrol. Dengan menciptakan kebingungan, ia mengontrol situasi. Orang-orang menunggu isyarat dari presiden, bergantung pada setiap kata yang ia ucapkan.
Efek pada Hubungan Internasional
Namun, metode ini gagal dalam urusan internasional. Pemimpin asing tidak seharusnya menebak-nebak. Mereka berfokus pada kepentingan nasional mereka sendiri. Di panggung dunia, Trump tidak pernah merasakan pengabdian yang ia dapatkan dari pendukung MAGA, yang menjadi salah satu alasan ia benci bepergian.
Ketegangan muncul jelas dalam pertemuan NATO. Trump menunjukkan rasa jijiknya terhadap demokrasi Eropa dan ketergantungan mereka pada Pentagon. Ia bahkan mengancam untuk menarik diri dari NATO jika negara anggota tidak mulai membiayai pertahanan mereka sendiri. Para pemimpin Eropa harus berusaha keras menjaga Trump di pihak mereka, sembari merencanakan tindakan darurat untuk menghadapinya jika ia memutuskan untuk meninggalkan mereka.
Matthew Whitaker, perwakilan AS di NATO, mencoba meyakinkan bahwa NATO “tidak pernah lebih terlibat,” namun mengakui ketidakpastian tentang apa yang akan Trump lakukan selanjutnya. “Saya tidak bisa mengklaim membaca pikirannya,” kata Whitaker. Inilah inti dari Doktrin Ketidakpastian Trump: tidak ada yang tahu.
Ketidakpastian dalam Konflik Global
Perang di Timur Tengah memperburuk ketidakpastian. Pemimpin Eropa cemas tentang Rusia dan potensi agresi teritorial lebih lanjut. Namun Trump tidak terpengaruh. Ia tidak mengakui Rusia sebagai agresor di Ukraina dan malah berharap perang berakhir dengan syarat yang mempermalukan NATO. Trump tidak peduli dengan konsekuensi strategis. Ia tidak ingin memihak Kyiv hanya karena itu yang dilakukan Joe Biden.
Dalam hal Iran, Trump menghadapi dilema yang lebih kompleks. Negosiasi dengan Teheran sudah gagal, dan meskipun intelijen AS menyatakan bahwa Iran belum dekat dengan kemampuan nuklir, Trump memilih untuk bertindak berdasarkan ambisi dan keinginan pribadi. Ia terjebak dalam permainan yang dimainkan oleh Benjamin Netanyahu, yang memanfaatkan keengganan Trump untuk terlihat lemah.
Baca Juga : Penggunaan Merek Dagang: Bebas atau Terbatas?
“Teori Orang Gila” dan Konsekuensinya
Pendukung Trump berpendapat bahwa gaya yang mudah berubah ini berhasil. Dalam strategi militer, ini dikenal sebagai “teori orang gila”. Dengan membuat musuh takut akan tindakan yang tidak rasional, Trump berharap memaksa mereka untuk memilih kehati-hatian. Namun, risiko jelas: hal ini mengajarkan dunia bahwa kegilaan bisa membawa manfaat. Penguasa Iran kini lebih yakin bahwa hanya senjata nuklir yang dapat melindungi mereka.
Namun, Trump tidak peduli dengan ini. Ia menginginkan kemenangan cepat, tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang. Ia bahkan marah pada Israel dan Iran karena melanggar gencatan senjata, serta merasa dipermainkan oleh Netanyahu.
Doktrin Ketidakpastian Trump dalam Diplomasi Global
Doktrin Ketidakpastian Trump memberi tahu negara-negara lain bahwa mereka tidak akan pernah tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Hal ini melemahkan respons diplomatik global dan menciptakan ketidakstabilan. Trump mengandalkan kepribadiannya yang mudah berubah untuk mengendalikan situasi yang tidak ia pahami, menciptakan kekacauan yang memperlihatkan ketidakberdayaannya, yang pada gilirannya memprovokasi kemarahan lebih lanjut.
Bagi negara-negara demokrasi Eropa, hal ini melemahkan koordinasi pertahanan. Mereka kesulitan menghadapi ancaman eksternal ketika kekuatan tertinggi dalam aliansi Anda adalah sumber ketidakstabilan. Namun, para pemimpin NATO tidak bisa berharap banyak dari Trump selama ia masih menjabat. Keandalan—yang sangat mereka butuhkan—tidak pernah menjadi bagian dari Doktrin Ketidakpastian Trump.
